*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini
Pers Amerika Serikat sejatinya pernah membantu pers Indonesia di dunia pers internasional. Itu bermula pada masa perang kemerdekaan Indonesia. Jurnalis Amerika Serikat George McTurnan Kahin melaporkan situasi pendudukan Belanda/NICA di Jogjakarta tanggal 18 Desember 1948. Kisah ini diduga yang menjadi alasan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memberikan beasiswa para jurnalis Indonesia studi pers ke Amerika Serikat, diantaranya BM Diah dan Mochtar Lubis. Studi pers ke Eropa/Belanda menjadi masa lalu.
Profesor Amerika: Indonesia beruntung punya UU Pers. Sabtu, 17 Maret 2018. Jakarta (Antara News) - Profesor Jurnalisme Universitas George Washington, Janet Steele berpendapat bahwa jurnalis Indonesia jauh lebih beruntung ketimbang di negara-negara Asia Tenggara lainnya karena telah memiliki Undang-Undang Pers. "Saya sudah pernah ke Singapura dan Brunei, walaupun teknologinya maju, tapi mereka masih dikontrol pemerintah. Setelah Reformasi ada UU Pers dan Dewan Pers, pemerintah tidak bisa campur tangan. Steele mengunjungi Indonesia dalam rangka penerbitan bukunya "Mediating Islam: Jurnalisme Kosmopolitan di Negara-Negara Muslim Asia Tenggara" berdasarkan penelitiannya terhadap media di Indonesia dan Malaysia. Menurut Steele, direktur Institute for Public Diplomacy and Global Communication, Undang-Undang No 40 tentang Pers telah memberikan jaminan perlindungan kepada wartawan untuk melakukan tugas-tugas jurnalistik dan jika terjadi masalah, pihak mana pun termasuk pemerintah harus menyelesaikannya melalui Dewan Pers. Steele meneliti kaitan Islam dan jurnalisme di tiga media di Indonesia, yakni Majalah "Sabili", Harian "Republika", Majalah "Tempo"; dan dua media Malaysia, yaitu "Harakah" dan "Malaysia Kini". Peraih gelar doktor bidang sejarah dari Universitas John Hopkins, AS, tersebut mengatakan penelitian kualitatifnya dapat dilakukan dengan dilandasi rasa saling percaya, pertemanan, dengan sesekali ia menjadi pengajar dalam kelas jurnalisme di berbagai media, termasuk di Yayasan Pantau dan Koran Tempo. (https://www.antaranews.com/)
Lantas bagaimana sejarah pers Amerika Serikat diantara pers Belanda dan pers Indonesia? Seperti disebut di atas, pers Amerika Serikatc pernah membantu Indonesia ketika pers Indonesia lumpuh pada saat terjadinya pendudukan Belanda/NICA ke wilayah Republik. Jurnalis yang membantu itu adalah George McTurnan Kahin yang kemudian BM Diah, Mochtar Lubis dan lainnya studi pers ke Amerika Serikat. Lalu bagaimana sejarah pers Amerika Serikat diantara pers Belanda dan pers Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pers Amerika Diantara Pers Belanda dan Pers Indonesia: George McTurnan Kahin, BM Diah, Mochtar Lubis
Banyak negara masa kini, yang telah terhubung dengan Indonesia masa kini, sudah terhubung di masa lampau. Tentu saja tidak hanya seperti Portugis, Belanda dan Inggris. Juga negara Amerika Serikat. Meski terbilang baru diantaranya, tetapi Amerika Serikat sudah terhubung dengan Indonesia paling tidak sejak era VOC. Apa yang menarik bagi orang Amerika hingga jauh ke Indonesia? Sudah barang tentu soal ekonomi. Kapal-kapal Amerika seperti dari Boston, Philadelphia dan New York sudah berlabuh di Batavia (kini Jakarta) pada era VOC. Intensitasnya semakin meningkat setelah Amerika Serikat mengusir Inggris dari Amerika yang diakhiri dengan proklamasi kemerdekaan Amerika Serikat 4 Juli 1774.
Pada era Pemerintah Hindia Belanda, Amerika Serikat telah membuka
konsulat di Batavia. Ini menunjukkan kepentingan Amerika di Hindia Belanda,
khususya Batavia sudah sangat berkembang, terutama di bidang perdagangan. Lalu
apakah ada misi lain Amerika Serikat di Hindia Belanda? Pada tahun 1811 Inggris
yang berbasis di India menginvasi Jawa. Kapal-kapal Amerika berpartisipasi
aktif dalam mengevakuasi orang-orang Belanda di Batavia untuk dipulangkan ke
Belanda (Inggris dan Amerika masih bermusuhan sejak 1774). Pada tahun 1816
Hindia Belanda harus dikembalikan kepada Kerajaan Belanda. Sejak itulah
konsulat Amerika didirikan di Batavia dengan hak istimewa. Lalu, adakah
keinginan Amerika untuk melakukan aneksasi di Hindia Belanda? Tampaknya ada,
dimulai dari Jambi. Pada tahun 1850 Kapten Gibson ditangkap di Palembang yang membuat
ketegangan antara Belanda dan Amerika Serikat selama tiga tahun (1850-1853).
Kapten Gibson dituduh melakukan makar, menghasut Sultan Jambi untuk melawan
otoritas Pemerintahan Hindia Belanda di Jambi. Gibson kemudian dipenjara di
Batavia, Kapten Gibson berhasil melarikan diri (yang diduga difasilirasi
Konsulat Amerika). Dalam perkembangannya kemudian Amerika Serikat mulai
melakukan aneksasi di Cuba (koloni Spanyol). Gagal. Lalu aneksasi dialihkan ke
Filipina. Berhasil. Amerika Serikat secara resmi menjadi penguasa di Filipina
sejak tahun 1898. Lantas masih adakah upaya Amerika Serikat secara politik
bermanuver di Indonesia? Tampaknya harus legowo karena sudah didahului oleh
Jepang (1942-1945).
Setelah kasus Amerika di Jambi tahun 1850, selang satu abad kemudian, apakah ada kaitannya dengan kejadian di Jawa pada tahun 1948. Dua orang Amerika, George McTurnan Kahin dan Frances Earle di Jogjakarta tanggal 19 Desember 1948 ditangkap militer Belanda/NICA. Lalu mereka berdua dibawa ke Batavia dengan pesawat (lihat Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad, 21-12-1948). Ini mirip dengan kajadian tahun 1850 di Palembang dimana Kapten Gibson diinternir ke Batavia (lalu dimasukkan ke dalam penjara) untuk menunggu pengadilan.
George McTurnan Kahin dan Frances Earle sudah beberapa waktu berada di
Yogjakarta, ibu kota Republik Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948
Belanda/NICA melakukan invasi ke wilayah Republik di Jawa dan di Sumatra.
Target utama invasi ini di Jawa adalah Yogjakarta, yang mana pada pagi hari
pesawat terbang Belanda/NICA telah menjatuhkan beberapa bom di Yogjakarta,
bahkan ada bom yang jatuh hanya 100 M dari kediaman George McTurnan Kahin.
Setelah pasukan memasuki kota siang hari, sejumlah pemimpin republic ditangkap
termasuk Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Mohamad Hatta.
Di Batavia tidak terinformasikan apakah sudah ada/belum konsulat Amerika Serikat, tetapi atas alasan keduanya tengah melakukan penelitian di wilayah Yogjakarta, lalu dibebaskan. George McTurnan Kahin melakukan penelitian atas nama Social Research Council, John Hopkins University.di New York dan Frances Earle melakukan penelitian atas nama Geographic Department di Washington University. Lantas mengapa George McTurnan Kahin mengirim berita ke kantor berita United Press di Amerika Serikat?
Bagian laporan George McTurnan Kahin sebagai berikut (tidak ditampilkan
disini semuanya): ‘Minggu pagi pukul setengah lima saya terbangun oleh suara
ledakan yang mengguncang seluruh rumah tempat saya berada. Serangkaian ledakan
yang dirasakan setelah itu memperjelas bahwa bom menghantam lapangan terbang.
Kami tahu bahwa Angkatan Udara Republik akan melakukan manuver hari itu dan
mengira itu telah dimulai. Tetapi ketika beberapa bom menghantam kota itu
sendiri, salah satunya hampir seratus meter dari rumah tempat saya berada, kami
berubah pikiran. Dengan terkejut kami menyadari bahwa pasti Belanda yang
mengincar markas angkatan udara Republik dan tentara Republik, yang terletak di
blok yang sama…Sekitar pukul 12:30, pertempuran jalanan yang sengit terjadi dan
lebih banyak bom dan peluncur roket berjatuhan… Letnan Belanda memerintahkan
semua pria asing untuk meninggalkan rumah. Para wanita diizinkan untuk tinggal
di dalam. Dia mengatakan bahwa kami semua akan dipindahkan ke Semarang dengan
pesawat…;’. Dalam laporan George McTurnan Kahin juga disebutkan ada seorang
pilot Amerika James Fleming dan pilot Filipina Jules Villaneuve ditahan. Dua
pilot ditangkap di Djokja karena dicurigai sebagai pelanggar batas blockade
yang melayani Republik.
Pembebasan George McTurnan Kahin tidak sepenuhnya. Fakta bahwa George McTurnan Kahin masih di Batavia, disebut sebagai seorang tahanan rumah (lihat De Volkskrant, 11-01-1949). Sebagai tahanan rumah, tentu saja George McTurnan Kahin masih bebas di dalam rumah/hotel, hanya saja tidak bisa keluar, tetapi komunikasi dengan menggunakan alat komunikasi dimungkinkan meski itu jauh ke Amerika. Laporan George McTurnan Kahin menurut pers Belanda, adalah laporan yang berbeda dari laporan yang mereka terima.
Sejak tangggal 17 Desember 1948, Jenderal Spoor telah mengumumkan
maklumat ke public. Boleh jadi tanggal ini merupakan batas awal penyensoran
berita. Pada hari yang sama pendudukan ke Jogja juga dipublikasikan maklumat
dari kamandan territorial Miiden Java di Semarang (Maj Gen van Meyer) dan
maklumat dari komandan brigade di Salatiga (Kolonel van Langen). Sejak itu,
pemberitaan di berbagai surat kabar di Hindia maupun di Belanda kurang lebih
seragam, kering dan singkat (lihat Nieuw Nederland, 20-01-1949). Suatu berita
yang muncul di Amerika Serikat (United Press/ George McTurnan Kahin) telah
menunjukkan perbedaan. Pers Belanda mencurigai telah terjadi penyensoran dan
keadaan yang sebaliknya sumber yang berasal dari Amerikan Serikat lebih terasa
mengena. Oleh karena itu pers Belanda sulit membedakan mana yang benar, apakah
sumber dari pemerintah atau sumber dari George McTurnan Kahin. Fakta bahwa,
menurut pers Belanda, apa yang dilaporkan George McTurnan Kahin tidak ada yang
menguntungkan pemerintah Belanda (di mata internasional). Hal itulah yang
menyebabkan pers Belanda sulit memastikan laporan yang mana yang benar. Layanan
Informasi Pemerintah dan Layanan Kontak Angkatan Darat benar-benar telah gagal,
menurut pers Belanda. Pers Belanda juga menyoroti foto yang beredar dimana
Soekarno yang duduk disamping seorang tantara di atas Jeep apakah itu sesuatu
yang palsu? Semua hal yang dipertanyakan pers Belanda tersebut boleh jadi
karena adanya perbedaan yang nyata antara yang dilaporkan George McTurnan Kahin
dengan yang bersumber dari pemerintah dan dari agkatan darat. Pers Belanda
menyindir: ‘Itikad buruk tidak dapat dilawan. Tetapi hal-hal lain tidak bisa
dimaafkan’. Pers Belanda menganalogikan Ketika Jerman mednduki Belanda tahun
1940: ‘Selama 5 jam perlawanan yang dilakukan Belanda terhadap invasi Jerman,
namun setiap perlawanan dari pihak Belanda dihilangkan’.
Laporan-laporan George McTurnan Kahin yang memicu pers Belanda mencurigai laporan-laporan pemerintah dan Angkatan darat di Indonesia, di satu sisi telah membuat pers Belanda setengah meradang. Belum tuntas masalah yang satu muncul maslah berikutnya. Apa yang ditakutkan pers Belanda benar-benar telah terjadi, bahaya yang mengerikan yang menjadi mangsa dunia. Pers asing telah memukul pers Belanda soal pemberitaan tentang Hindia Belanda (lihat Eindhovensch dagblad, 22-02-1949). Surat kabar di Amerikan Serikat, di Australia dan India misalnya telah memberi judul-judul berita yang justru membuat batin insan pers Belanda tersedak seperti judul berita di Australia: ‘Fiuh, orang Belanda kolonial, Anda harus segera belajar dari kami bagaimana orang memperlakukan orang kulit berwarna’.
Pers Belanda mendapat sumber berita langsung dari pemerintah di Hindia
Belanda dan dari Angkatan darat, yang menjadi sumber pemberitaan pers Belanda
dimana mereka memberi judul-judul berita mereka yang sangat berbeda dengan
judul-judul berita di Amrika Serikat dan Australia. Tentu saja sumber berita di
Amerika Serikat (United Press) yang juga dilansir di Australia, Inggris dan
India bersumber dari tangan pertama di lapangan di Jogjakarta George McTurnan
Kahin. Perbedaan sumber dan perbedaan isi berita inilah yang membuat pers
Belanda terdampak dalam pers internasional. Pemerintah Belanda dan Angkatan
darat di Indonesia dengan kekejamannya dengan metode fasis dalam darurat
pemberitaan internasional dan pers Belanda dalam darurat ketidakpercayaan. Pers
Italia juga ikut meramaikan isu internasional dengan judul-judul seperti:
‘Teror Belanda di Indonesia. Djocjakarta Kota Orang Mati’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
George McTurnan Kahin, BM Diah, Mochtar Lubis, dkk: Generasi Pers Internasional Indonesia
Pada saat George McTurnan Kahin melaporkan kejadian pendudukan Belanda/NICA di ibukota Republik Indonesia di Jogjakarta, BM Diah masih tetap menjadi pemimpin surat kabar Merdeka di Djakarta (sejak terbit pertama Oktober 1945). Sementara itu Mochtar Lubis juga masih tetap sebagai direktur kantor berita Antara.
Dalam situs Antara dinyatakan sebagai berikut: ‘Keberhasilan ANTARA
menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 ke seluruh dunia adalah wujud kecintaan dan baktinya yang besar bagi
perjuangan bangsa Indonesia. Dari buku Catatan Politik Pengalaman Wartawan
ANTARA oleh Ismet Rauf dan Saleh Danny Adam (2002:11) disebutkan rencana
penyebarluasan Proklamasi Indonesia ke seluruh dunia dipimpin oleh Adam Malik
yang mendiktekan naskah proklamasi dari tempat persembunyiannya karena
dikejar-kejar tentara Jepang. Adam Malik dibantu Pangulu Lubis, satu-satunya
orang ANTARA yang diminta bersiap-siap menyebarkan berita Proklamasi dengan
mengatakan “bersiap-siap menyiarkan sebuah berita penting”. Setelah teks
Proklamasi dibacakan Soekarno, Adam Malik menelpon ANTARA, diterima oleh Asa
Bafagih yang diminta untuk menyampaikannya kepada Pangulu Lubis dengan berpesan
“Jangan sampai gagal”. Pangulu mengirimkan naskah ke bagian radio dengan
menyelipkannya dalam morse-cast Domei, di antara berita-berita yang telah
dibubuhi izin Hodohan. Markonis Soegirin menjaga agar teks Proklamasi itu
tersiar dan Markonis Wua yang mengirimkan. Maka menyebarkan berita Proklamasi
Indonesia ke daerah dan internasional’. Apakah narasi ini bisa dikonfirmasi?
Lantas sejak kapan kantor berita, yang sejak era Pemerintah Hindia Belanda,
diaktifkan kembali setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia? Eksistensi kantor
berita Antara paling tidak sudah diketahui pada akhir Oktober 1945 dimana
disebut pemimpinnya Adam Malik (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 31-10-1945). Lalu yang mana yang lebih dulu eksis, kantor
berita Antara atau surat kabar Merdeka? Surat kabar Merdeka diketahui sudah
diketahui keberadaannya awal Oktober 1945. Oleh karena kesibukan Adam Malik dalam
bernegara (sebagai anggota Komite Pusat) pimpinan Antara diserahkan kepada Mochtar
Loebis. Pasca perjanjian Linggarjati, dimana Belanda/NICA terus menekan. kantor
berita Antara lalu ditutup (lihat De tijd: dagblad voor Nederland, 21-07-1947).
Diseburkan sepuluh jam setelah penangkapan sejumlah anggota kantor berita
Antara Indonesia dilakukan konferensi pers. Mochtar Lubis, Direktur Antara,
mengatakan: Belanda telah memperlakukan kami dengan baik, pemancar kami
diambil. Ketika kami ditangkap, kami tegang. Keluhan utama bahwa mereka telah
menyita mobil saya. Kemudian kantor berita Antara ditutup. Lalu tidak lama
kemudian Mochtar Lubis bekerja di bawah manajemen penerbit surat kabar Merdeka
(lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia,
12-08-1947). Disebutkan minggu lalu. edisi pertama dari koran pagi republik yang
baru di Batavia, bernama "Masa Indonesia", subjudul "The Times
of Indonesia". Direktur editorial adalah Mr Asa Bafagih, general manager
Mr MT Hoetagaloeng, penerbit adalah BM Diah. Dalam susunan redaktur termasuk Soemadi
dan Mochtar Lubis. Majalah ini juga termasuk kolom berita domestik singkat
dalam bahasa Inggris’. Selanjutnya Mochtar Lubis juga menjadi editor majalah
berita berhambar Merdeka (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 13-01-1948). Disebutkan selain koran republiken Merdeka
terbit majalah berita bergambar bernama Merdeka di Batavia, yang mana sebagai
editor adalah Mochtar Lubis. Secara teknis Antara masih bekerja (terutama di
wilayah Republik). Dalam perkembangannya Antara diketahui akan dibuka kembali
di Batavia (Nieuwe courant, 04-03-1948). Disebutkan “Berita Indonesia"
melaporkan bahwa kantor berita republik "Antara" akan segera membuka
kembali kantornya di Batavia, kata Aneta. Mochtar Lubis akan mengambil alih dan
karena itu telah mengundurkan diri dari surat kabar harian republik 'Merdeka',
dimana ia telah bekerja selama beberapa waktu.
Namun tampaknya pembukaan kantor di Batavia ini tidak terlaksana. Pada bulan Juni, Mochtar Lubis pemimpin Antara menulis artikel di ‘Sumber’ melontarkan kekesalannya di lingkungan Republik dengan kritik yang tajam (lihat Nieuwe courant, 16-06-1948). Disebutkannya ada indikasi korupsi, setiap orang hanya mementingkan partainya sendiri bukannya kepentingan negara. Dedikasi semua kekuatan negara dan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan, hanya itu yang diperlukan menurut Mochtar Lubis.
Mengapa kantor berita Antara ditutup di Batavia dan mengapa kantor berita
Antara tidak dibuka kembali Mochtar Lubis di Batavia? Surat kabar Merdeka,
pimpinan BM Diah masih tetap eksis di Batavia. Yang jelas Mochtar Lubis adalah
seorang Republiken tulen, Sementara itu, sebelumnya BM Diah pernah
dipermasalahkan PWI (lihat Eindhovensch dagblad, 26-11-1946). Oleh karena
Merdeka berkantor di Batavia, Batavia termasuk dalam organisasi pengusaha/pemimpin
pers Verenigde Dagbladpers (lihat Nieuwe courant, 30-08-1948).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar