*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini
Narasi sejarah Radjamin Nasoetion di Wikipedia
begitu minim. Hanya satu kalimat. Apakah Radjamin Nasoetion tidak begitu
penting dalam narasi sejarah Kota Soerabaya? Idem dito dengan Doel Arnowo,
namun narasinya ada beberapa kalimat. Sekali lagi apakah Doel Arnowo Harahap
tidak begitu penting dalam narasi sejarah Kota Soerabaya? Okelah. Sejarah tetaplah
sejarah. Seperti kata Ashli sejarah tempo doeloe: Sejarah seharusnya memiliki
permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang
bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri.
Radjamin Nasution gelar Sutan Kumala Pontas (15 Agustus 1892 – 10 Februari 1957) adalah Wali Kota Surabaya yang pertama. Ia juga merupakan salah satu anggota Komite Nasional Indonesia. Doel Arnowo (nama asli: Abdoel Adhiem) (30 Oktober 1904 – 18 Januari 1985) adalah Wali Kota Surabaya yang menjabat antara tahun 1950 sampai 1952. Selain itu, ia juga menjadi Rektor Universitas Brawijaya yang pertama, pada tahun 1963-1966. Doel Arnowo meninggal dunia di RSUD dr Soetomo, Surabaya pada 18 Januari 1985. Doel Arnowo merupakan penggagas pembangunan monumen Tugu Pahlawan di Surabaya yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 November 1952. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Wethouder di Gemeenteraad Soerabaja, Radjamin Nasoetion sejak 1931? Seperti disebut di atas, narasi sejarah Radjamin Nasoetion kurang diinformasikan. Fakta bahwa Radjamin adalah seorang anggota dewan kota senior di kota (gemeente) Soerabaja. Radjamin Nasoetion pernah anggota Volksraad dan menjadi Walikota Sioerbaja yang pertama. Lalu bagaimana sejarah Wethouder di Gemeenteraad Soerabaja, Radjamin Nasoetion sejak 1931? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Wethouder di Gemeenteraad Soerabaja, Radjamin Nasoetion Sejak 1931; Anggota Volksraad Jadi Walikota
Pada bulan Januari 1931, Raden Koesmadi, anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja mengundurkan diri (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-01-1931). Disebutkan pengunduran diri Koesmadi karena jabatan barunya sebagai sekretaris umum (organisasi kebangsaan) Parsatoean Bangsa Indonesia.
Dalam pemilihan anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja, Raden Koesmadi
dicalonkan kelompok ISDP untuk menjadi kandidat. Raden Koesmadi adalah pegawai
di kantor direktur penjara Soerabaja. Ada delapan kursi yang diperbutkan untuk
golongan pribumi di gemeenteraad Soerabaja. Dari 19 kandidat akhirnya terpilih
delapan orang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 11-07-1930). Disebutkan kedelapan yang
terpilih tersebut adalah Askaboel, Koesmadi, Lengkong, Ngion, Pringgodigdo, Ratulangie, Sabar en
Soerjodigdo.
Sehubungan dengan kekosongan satu kursi di gemeenteraad Soerabaja, muncul nama Radajamin Nasoetion sebagai salah satu kandidat. Namun belakangan, Koesmasi ingin kembali ke dewan. Itu berarti harus mengikuti pemilihan. Koesmadi mencalonkan diri kembali. Radjamin Nasoetion dan Raden Koesmadi akan bersaing memperebutkan satu kursi. Koesmadi dan Radjamin—keduanya terbilang sebagai bangsawan, yang satu dari Jawa Timur, dan satu lagi dari Tapanuli. Akan tetapi detik-detik terakhir Koesmadi mengundurkan diri.
Pada keesokan harinya, tanggal 25-02-1931 kedua calon datang ke kantor
panitera kota untuk pengesahan calon. Namun anehnya, hari berikutnya, Koesmadi
mengundurkan diri sebagai calon dan merekomendasikan dengan tulus dan hangat
kepada Radjamin. Koesmadi beralasan bahwa, Radjamin, selain anggota PBI juga
adalah tokoh Sumatra yang kuat dan terkemuka di Surabaya dan yakin Radjamin
akan lebih mampu untuk meningkatkan aspirasi rakyat di Dewan Kota.
Meski Koesmadi mengundurkan diri, dan hanya tinggal satu kandidat, pemilihan tetap dilakukan. Pada tanggal 10-03-1931 diperoleh kabar bahwa Radjamin menang mutlak dengan jumlah perolehan suara sebanyak 62 (suara perwakilan penduduk Surabaya). Radjamin Nasoetion adalah orang Sumatra pertama di dewan kota Soerabaja. Pada tanggal 7-04-1931 Dewan melakukan sidang, dimana sidang ini merupakan sidang pertama yang diikuti oleh Radjamin. Koesmadi tidak salah. Dalam rapat dewan itu, Radjamin langsung melakukan gebrakan yang membuat anggota dewan yang Sebagian besar orang Belanda ternganga. Radjamin mengusulkan empat proposal—proposal yang harus diperjuangkan oleh Radjamin untuk memenuhi aspirasi rakyat.
Radjamin bukanlah tokoh daerah, Radjamin lebih sebagai tokoh nasional. Radjamin dalam karir bea dan cukai sudah melihat Indonesia dari Sabang hingga Banyuwangi. Radjamin pernah tinggal di Padang Sidempuan, Medan, Batavia, Jambi, Kalimantan, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Radjamin seakan melihat Indonesia dari Surabaya. Ketika terjadi terjadi bencana besar di Sumatra Selatan, Juli 1933, Radjamin dengan sigap membentuk komite untuk mengumpulkan sumbangan bagi penduduk Sumatra Selatan yang ditimpa musibah. Komite terdiri dari Radjamin (ketua), Soemarto (sekretaris), dan Rajab (bendahara). Radjamin juga adalah pemain lapangan yang mampu membagi perhatian di bawah atap dan di luar gedung. Ketika berdinas di Medan, Radjamin membentuk perkumpulan sepakbola, Deli Voetbal Bond (DVB). Di Surabaya, Radjamin juga mengaktualisasi hobinya itu. Selain aktif membina sepakbola Surabaya, Radjamin juga aktif sepakbola non-klub, seperti di Bea dan Cukai, persatuan wartawan, dan organisasi profesi lainnya. Pada bulan November 1933, dalam ulang tahun perkumpulan sepakbola DOMAS di Surabaya dilakukan pertandingan sepakbola, baik antar klub maupun antar bidang profesi. Radjamin adalah salah satu kapten bermain mewakili kesebelasan PBI dan berhasil menciptakan gol ke gawang kesebelasan lainnya. Dalam penutupan acara, Radjamin termasuk tiga diantara pemain terbaik. Untuk pemberian hadiah ke pemain terbaik pertama, yang menyerahkan hadiahnya adalah Radjiman—yang mungkin dipandang panitia mewakili Anggota Dewan Kota. Radjiman adalah tokoh baru Surabaya yang benar-benar merakyat.
Dalam sidang Dewan berikutnya,
tanggal 28-05-1931 Walikota Bussemaker berbicara di hadapan anggota Dewan.
Dalam sidang ini dihadiri oleh 26 anggota dewan, termasuk Radjamin yang baru
sembuh dari sakit. Radjamin dalam hal ini mencecar sejumlah pertanyaan kepada
walikota, terutama masalah pertanahan, air bersih dan perumahan penduduk
(bagian dari proposal Radjamin). Walikota tampaknya hari-hari ke depan akan
menghadapi seorang pribumi yang cerdas, berani dan berpengalaman dalam
birokrasi pemerintah.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Anggota Volksraad Jadi Walikota: Radjamin Nasoetion di Soerabaja
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar