*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Galela adalah salah satu bahasa Halmahera Utara yang dituturkan di Maluku
Utara. Penuturnya berjumlah sekitar 79.000 orang (1990) dan tersebar Teluk
Galela di ujung utara pulau Halmahera, Morotai, Bacan, Obi dan di sepanjang
pantai barat daya Halmahera. Galela adalah sebuah kecamatan yang terletak
pesisir pantai bagian utara pulau Halmahera di Kabupaten Halmahera Utara,
provinsi Maluku Utara.
Studi tentang Pergeseran Bahasa pada Masyarakat Tutur Bahasa Galela di Desa Lemo Lemo oleh Dahrun Sarif dab Umar Hi. Rajab. Abstrak. Penelitian ini mengkaji tentang pergeseran bahasa yang terjadi pada masyarakat tutur bahasa Galela di desa Lemo-Lemo. Pergeseran bahasa pada masyarakat Lemo-Lemo merupakan suatu fenomena sosiolingusitik yang terjadi karena berbagai faktor, diantaranya adalah bilingualisme, multiilngualisme, migrasi dan kontak bahasa (language contact). Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi pergeseran bahasa dari bahasa Galela ke bahasa Ternate. Etnis Galela di desa Lemo-Lemo tidak lagi menggunakan bahasa Galela tetapi bahasa Ternate. Namun demikian, di antara mereka masih mengetahui bahasa Galela dengan baik. Bahasa Ternate kemudian menjadi bahasa utama (b1) bagi masyarakat Lemo-Lemo. Pergeseran bahasa ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu migrasi, kontak bahasa, presetise bahasa dan sikap bahasa. (Jurnal Penelitian Humano, Vol. 12. No. 1, Juni 2021)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Galela dipPulau Halmahera dan di pulau Morotai? Seperti disebut di atas, bahasa Galela dituturkab orang Gelela di Halmahera. Bahasa Ternate dan bahasa-bahasa di Halmahera. Lalu bagaimana sejarah bahasa Galela dipPulau Halmahera dan di pulau Morotai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Galela di Pulau Halmahera dan di Pulau Morotai; Bahasa Ternate dan Bahasa-Bahasa di Halmahera
Mengapa disebut bahasa Galela? Tempo doeloe tidak disebut Galela tetapi Gilolo. Mengapa? Yang jelas nama Gilolo sudah dikenal sejak masa lampau di era Portugis. Nama Halmahera dalam hal ini terbilang nama baru dimana sebelumnya dicatat sebagai Halamahera dan Almaheira.
Nama pulau masih disebut pulau Gilolo (lihat Algemeene konst- en
letter-bode, voor het jaar, 1821). Ini berarti Gilolo sebagai nama pulau masih
bertahan setelah tiga abad. Nama Halmahera yan disebut Almaheri adalah pantai
barat pulau yang berseberangan dengan pulau Ternate. Namun dalam
perkembangannya, nama Halmahera mulai muncul menggantikan nama Gilolo tahun
1824 yang mana dicatat sebagai pulau Gilolo atau Almahera. (lihat Rotterdamsche courant, 16-12-1824). Nama
Halamahera sudah dicatat oleh Francois Valentijn dalam bukunya yang diterbitkan
tahun 1724.
Pada masa Portugis pantai Almahera dicatat sebagai pantai Moro. Besar dugaan nama Moro adalah masa lampau yang kemungkinan diganti oleh pelaut-pelaut Portugis dengan nama Almaheira. Sejak kehadiran orang Portugis, di pulau didirikan stasion misionaris. Namun pada tahun 1535 Radja Gigolo yang didukung penduduk berragama Islam mengusui Portugis dari pulau (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1839).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Ternate dan Bahasa-Bahasa di Halmahera: Sejak Kerajaan Galela dan Kerajaan Ternate
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar