Minggu, 03 Desember 2023

Sejarah Bahasa (153): Tagalog Lega Bahasa Filipino, Batak Bangga Bahasa Indonesia; Melayu di Malaysia Resah Itu Bahasa Rojak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Ada bahasa promosi, ada juga bahasa yang degradasi. Bahasa Tagalog bertransformasi menjadi bahasa Filipino; bahasa Melayu bertransformasi menjadi bahasa Indonesia. Bahasa Filipina dan bahasa Indonesia dipromosikan. Bahasa Tagalog dan bahasa Melayu tak kan hilang, tetapi lestari di Filipina dan di Indonesia. Bagaimana denga bahasa Melayu di Malaysia? Yang jelas orang Melayu di Malaysia resah dengan ‘bahasa rojak’.


Bahasa rujak adalah suatu jenis tata bahasa di berbagai negara (khususnya di Malaysia dan Singapura) yang mencampurkan berbagai bahasa dalam satu kalimat atau percakapan, seperti halnya dengan bahasa pijin, Manglish/Inggris Malaysia dan Singlish/Inggris Singapura. Namun, bahasa dasarnya tetap saja merupakan bahasa ibu dari negara bersangkutan. Di Indonesia, bahasa yang demikian biasa disebut bahasa gado-gado. Bahasa ini dinamakan dengan Bahasa rujak karena bahasa ini memcampurkan bahasa lokal dengan bahasa-bahasa lain dalam satu percakapan, sehingga terlihat bercampur-aduk tak beraturan layaknya makanan rujak. Bahasa rujak menjadi kontroversi karena dianggap sebagai bahasa yang tidak baku dan merusak kemurnian bahasa dan dapat menimbulkan krisis dalam pembelajaran bahasa. Contoh kosakata bahasa rujak dalam bahasa Indonesia: Lihat bonekaku yang cute (lucu) ini; Love you sayang, good nite! Overall semuanya saya suka, I like it! (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Tagalog bangga bahasa Filipino, Batak bangga bahasa Indonesia? Seperti disebut di atas bahasa Tagalog dan bahasa Batak salah satu bahasa daerah di Filipina dan di Indonesia. Orang Melayu di Malaysia resah dengan ‘bahasa rojak’. Lalu bagaimana sejarah Tagalog bangga bahasa Filipino, Batak bangga bahasa Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tagalog Bangga Bahasa Filipino, Batak Bangga Bahasa Indonesia; Melayu di Malaysia Resah Bahasa Rojak 

Bahasa Indonesia dan bahasa Filipino memiliki sejarah yang berbeda, tetapi dibentuk dengan tujuan yang sama (sebagai bahasa nasional). Bahasa Filipino adalah bahasa Tagalog yang dikembangkan dari bahasa Tagalog yang berkembang di perkotaan (terutama wilayah Manila dan sekitar). Oleh karena itu bahasa Tagalog pada awalnya bagian dari bahasa Filipino. Bahasa Indonesia merupakan transformasi bahasa Melayu di wilayah perkotaan yang dikembangkan menjadi bahasa Indonesa.


Wikipedia: Bahasa Filipino (Wikang Filipino) mengacu pada pada bahasa nasional (Wikang pambansa/Pambansang wika) dari Filipina. Bahasa ini dirancang sebagai bahasa resmi. Filipino merupakan ragam standar dari bahasa Tagalog, yang juga merupakan bahasa daerah dari rumpun Austronesia yang dipertuturkan secara luas di Filipina. Filipino merupakan salah satu dari 185 bahasa-bahasa yang ada di Filipina yang tercatat dalam Ethnologue. Secara resmi, bahasa Filipino dijabarkan sebagai bahasa jati yang dipergunakan secara lisan dan tulis di Metro Manila, Wilayah Ibu kota Nasional dan juga pusat-pusat perkotaan di seluruh kepulauan (Filipina).

Bagaimana hubungan bahasa Tagalog dengan bahasa Batak? Banyak kosa kata elementer dalam bahasa Batak memiliki kemiripan dengan bahasa Tagalog. Demikian juga banyak kosa kata dalam bahasa Melayu memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu. Lalu, apakah bahasa Melayu mempengaruhi bahasa Batak dan bahasa Tagalog, atau sebaliknya?


Pada masa ini pembagian kelompok bahasa-bahasa sebagai berikut (lihat Wikipedia): Austronesia-Melayu Polinesia-Filipina-Filipina Tengah Raya-Filipina Tengah-Tagalog-Filipino; Austronesia-Melayu Polinesia-Sumatera Barat Laut-Kepulauan Penghalang-Batak; Austronesia-Melayu Polinesia-Melayu Sumbawa-Melayik-Melayu-Bahasa Indonesia.

Pembagian kelompok bahasa-bahasa haruslah dipandang berbeda dengan asal usul bahasa-bahasa. Pada masa ini disebutkan bahasa induk bahasa Austronesia adalah proto-Austronesia. Persebaran bahasa Austronesia adalah Asia Tenggara, Oseania, Madagaskar, Taiwan, Suriname, Tonga, Selandia Baru, Pulau Paskah, Tahiti, dan Hawai. Oleh karena tentang perserbaran memasukkan Suriname mungkin tidak masalah, tetapi masalahnya adalah mengapa orang asal Indonesia di Belanda tidak dimasukkan.


Penggolongan bahasa: Salah satu rumpun bahasa utama di dunia; meski hubungan dengan rumpun-rumpun lain sudah diajukan, namun belum ada yang diterima secara luas. Bahasa induk bahasa Austronesia adalah proto-Austronesia; Subcabang: Rukai, Tsouik, Puyuma, Formosa Barat Laut, Formosa Dataran Barat, Atayalik, Formosa Timur, Bunun, Paiwan dan Melayu-Polinesia. Catatan: mengapa sudah diajukan, namun belum ada yang diterima secara luas? Boleh jadi yang diajukan salah (tidak valid); Mengapa subcabang begitu banyak (Rukai, Tsouik, Puyuma, Formosa Barat Laut, Formosa Dataran Barat, Atayalik, Formosa Timur, Bunun, Paiwan) untuk satuan wilayah kecil jika dibandingkan dengan satuan wilayah yang sangat luas (Melayu-Polinesia)? Apa yang menjadi dasar penamaan Melayu-Polinesia tidak begitu jelas? Apakah bahasa-bahasa asli (daerah) berasal dari bahasa Melayu atau sebaliknya bahasa Melayu berasal dari bahasa asli.

Dalam Wikipedia dibuat contoh perbandingan kosakata dalam rumpun bahasa pada masing-masing wilayah: Malayu (mati); Jawa (mati, pati); Bugis (mate); Malagasi (mattÄ“); Tagalog (matay, patay); Tonga            (mate); Selandia Baru (mate); Tahiti (mate); Batak Toba (mate); Tetun (mate); Naueti       (mata).


Oleh karena yang diidentifikasi persamaannya, lalu apakah dengan demikian bahasa Melayu menjadi induk? Mengapa tidak diidentifikasi berdasarkan perbedaan? Misalnya kosa kata elementer lainnya seperti ayah dan ibu. Lantas apakah penggolongan bahasa-bahasa didasarkan atas persamaan atau atas perbedaan? Dalam hal ini apakah bermula dari persamaan lalu menjadi berbeda atau sebaliknya bermula dari perbedaan lalu sama? Terkesan lebih banyak pertanyaan yang muncul daripada memberikan jawaban.

Bahasa-bahasa terbentuk atas dasar perkembangannya sendiri-sendiri. Dalam perkembangannya pengaruh asing (dari luar) diadopsi yang memperkaya bahasa-bahasa asli (bahasa terdahulu). Juga ada bahasa yang terbentuk baru karena kombinasi dari berbagai bahasa-bahasa asli yang berdekatan ditambah bahasa asing (bahasa pendatang dari jauh). Lalu apakah dalam hal ini bahasa Melayu lebih awal jika dibandingkan bahasa Batak dan bahasa Tagalog? Lalu apakah bahasa Batak lebih awal dari bahasa Tagalog atau sebaliknya? Yang jelas bahasa Filipino terbentuk kemudian dari bahasa Tagalog dan bahasa Indonesia terbentuk kemudian dari bahasa Melayu.


Bahasa-bahasa asli secara alamiah lestari di wilayah pedalaman; sebaliknya bahasa baru terbentuk di wilayah pantai atau wilayah perbatasan. Bahasa asli di pedalaman penyebarannya lebih kaku (pelan) jika dibandingkan bahasa-bahasa di wilayah pesisir. Bahasa Melayu umumnya di wilayah pesisir. Bahasa asli dapat diperbandingkan dengan bahasa Melayu. Contoh: Apa, Si Apa (siapa), Si Narsar Si Lubis Si Regar; Apa=aha, si aha (siapa), ise; dimana=didia; kapan=andigan; meng-apa=mahua (m-ahua/m-aha); bagai-mana=biya.

Dalam sejarah siklus bahasa ada bahasa promosi (semakin banyak penutur dan semakin meluas sebarannya) dan ada bahasa mengalami degradasi (menjadi terbatas dan punah). Akan tetapi jangan lupa ada bahasa (asli) yang dianggap punah sejatinya sebagian kosa katanya tersimpan/lestari secara alamiah di dalam bahasa baru. Sebagai contoh ada anggapan bahasa Wales telah punah sama sekali, tetapi lupa memperhatikan di dalam bahasa Inggris banyak tersimpan kosa kata bahasa Wales. Lalu bagaimana halnya diantara bahasa-bahasa yang sama-sama masih eksis, diantara bahasa Batak, bahasa Tagalog dan bahasa Melayu? Penyelidikan terhadap hal itu masih belum diperhatikan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Melayu di Malaysia Resah Bahasa Rojak: Bahasa Asli Melayu di Malaysia Akan Hilang?

Pada masa ini di kalangan pegiat/pemerhati bahasa di Malaysia ada keresahan terhadap bahasa Rojak. Suatu bahasa Melayu yang dicampur/tercampur dengan bahasa lain terutama bahasa Inggris. Bahasa Rojak dirasakan semakin menjadi-jadi seiring dengan waktu. Lantas apa yang diresahkan? Apakah karena dianggap bahasa (asli) bahasa Melayu akan hilang?


Pada dasarnya bahasa-bahasa dunia, tidak ada bahasa yang tetap stagnan. Semua bahasa mengalami perkembangannya sendiri-sendiri. Ada yang bersifat evolutive seperti bahasa Inggris masa kini dan ada yang bersifat revolusif seperti bahasa Indonesia masa kini. Dalam hal ini bahasa Indonesia dikembangkan bukanlah bahasa Melayu asli (seperti di pedalaman/pedesaan), melainkan bahasa Melayu yang tercampur aduk (terutama sejak kehadiran orang Eropa di nusnatara). Bahasa yang tercampur ini disebut bahasa pasar (bahasa yang digunakan seperti di pasar, di jalanan, di pelabuhan). Bahasa pasar yang menjadi cikal bakal bahasa di Indonesia (baca: bahasa Indonesia) sesungguhnya adalah bahasa rojak sebagaimana pada hari ini di Malaysia.

Dalam sejarah bahasa-bahasa, bahasa menemukan jalannya sendiri. Perkembangan bahasa tidak bisa diatur tetap menjadi asli (bahasa Melayu Malaysia?), akan tetapi diatur dengan mengikuti perkemban bahasa itu sendiri dengan norma tertentu (bahasa Indonesia?). Jumlah kosa kata bahasa Indonesia pada tahun 1972 (EYD) sudah jauh lebih banyak pada masa ini (KBBI).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar