*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini
Pada
tahun 1886 Kongsie Lanfang dihapus (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 21-05-1886). Sejak itu tidak ada
lagi sisa Kongsi Lanfang di wilayah
Landak, Pontionak dan Mempawa. Pemerintah Hindia Belanda melikuidasinya. Namun
pada masa ini, masih ada kisah Kongsi Lanfang yang tersisa yakni adakalanya
diinterpretasi keliru sebagai semacam suatu republik. Padahal contoh semacam
republik hanya ditemukan di Depok.
Orang-orang Tiongkok sudah sejak lampau
berdagang ke Borneo, ke Sumatra, ke Jawa dan pulau-pulau lainnya. Namun
kebijakan pengadaan tenaga kerja asal Tiongkok baik yang dilakukan oleh para
pedagang VOC maupun para radja-radja atau sultan-sultan pada akhirnya
menimbulkan persoalan lain. Pada tahun 1740 terjadi pemberontakan tenaga kerja
asal Tiongkok di Batavia. Orang Cina yang sudah lama di Batavia melongo (dan
mereka jadi terseret). Pemimpin Cina di Batavia, Nie Hong tak berdaya.
Pemerintah VOC di Batavia melancarkan perang, akibatnya sekitar 10.000 orang
Cina terbunuh sia-sia. Mendatangkan tenaga kerja Tiongkok ternyata tidak
berhenti. Pada tahun 1821 terjadi pemberontakan Cina di pantai barat Borneo.
Lalu Pemerintah Hindia Belanda mengiri ekspedisi militer. Lagi-lagi banyak
korban jiwa. Pemberontakan di pantai barat Borneo terjadi, terjadi lagi. Pada
tahun 1854. Seperti halnya Nie Hong tempo doeloe, Kongsi Lanfang terjepit. Pada
tahun 1874 terjadi pemberontak di Deli, kembali lagi makan korban. Tjong Jong
Hian (Kongsi Hakka) mulai dapat mengatasinya.
Bagaimana
sejarah Kongsi Lanfang di pantai barat Borneo? Lantas mengapa kerap terjadi
pemberontakan orang-orang asal Tiongkok? Dalam hal ini haruslah dibedakan
antara orang-orang Cina yang sudah lama menetap di Hindia (Jawa, Sumatra dan
Borneo) sebagai penduduk resmi dan para tenaga kerja atau kuli yang didatangkan
dari Tiongkok sebagai warga pendatang. Warga pendatang termasuk orang-rang
dalam Kongsi Lanfang. Lalu bagaimana sejarah Kongsi Lanfang? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.