*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Tengah di blog ini Klik Disini
Tentang Orang Utan di Borneo sudah sejak lama diidentifikasi. Paling
tidak sudah dipajang gambar dan deskripsinya di Rijks Museum voor Natuurlijk Historie
te Leiden tahun 1840 (lihat Algemeen Handelsblad, 28-02-1840). Beberapa bulan
sebelumnya seorang penulis Belanda mengusulkan untuk dilakukan penyelidikan
lebih lanjut habitat dan populasi orang oetan di Sumatra dan Borneo (lihat De
vriend des vaderlands; een tijdschrift toegewijd aan den roem en de welvaart
van Nederland en in het byzonder aan de hulpbehoeftigen in hetzelve, 1840).
Disebutkan ada satu spesies yang disebut orang
oetan yang ditemukan di Sumatra dan Borneo. Untuk itu ada baiknya diteliti
wilayah mana yang aman sebagai kampung halaman satwa tersebut. Kami
berkesimpulan bahwa hanya Borneo dan Sumatera yang dapat diadopsi sebagai tanah
air Orangutan yang sebenarnya. Ciri-ciri yang sampai saat ini diketahui masih
cukup untuk mengasumsikan dua jenis di antaranya di Sumatra dan Borneo. Orang
Oetan dengan nama ilmiah Simia satyrus (mengacu pada taksonomi Carl Linnaeus,
1758. Kini, nama ilmiah Orangutan ditulis Pongo pygmaeus (lihat BMF Galdikas,
1984). Lantas mengapa disebut Orang [H]oetan? Karena menurut Galdikas
orangoetan adalah people of the forest (yang hanya terdapat di hutan-hutan
Sumatra dan Borneo). Pendapat Galdikas ini tampaknya tidak berubah sejak
diasumsikan pada tahun 1840 orang oetan hanya ada di Sumatra dan Borneo. Orang
Batak menyebut kera yang agak-agak mirip orang ini dengan nama mawas sedangkan orang
Dayak menyebutnya tahui. Lalu orang-orang Melayu yang berada di pantai
menyebutnya dengan orang [h]oetan. Oleh karena bahasa Melayu saat itu sebagai
lingua franca, maka nama Orang Oetan yang dikodifikasi sebagai sebutan untuk
jenis kera yang agak-agak mirip manusia ini. Berita inilah yang kemudian
disalin dan dibawa oleh orang-orang Belanda ke Eropa. Carl Linnaeus pada tahun
1758 memberi nama dengan Simia satyrus.
Lantas
bagaimana sejarah Orang Oetan di Kalimantan? Yang jelas sejarah orang utan
Borneo relatif bersamaan dengan sejarah orang utan di Batang Toroe (Residentie
Tapanoeli). Orang-orang Inggris di (teluk) Tapanoeli sudah mendengar kabar
keberadaan orang oetan di hutan Batangtoroe. Oleh kerana itu ahli botanis
Inggris, James Miller dikirim ke Batangtoroe pada tahun 1772. Lalu bagiamana
sejarah Orang Oetan di Borbneo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.