*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini
Sesungguhnya Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia (RI) sangat respek terhadap Atjeh. Ini dibuktikan dengan tiga kali kunjungannya ke wilayah Atjeh di dalam zaman sulit: 1948, 1951 dan 1953. Pada fase zaman sulit ini dimulai pada Januari 1946, Pemerintah RI harus mengungsi dari ibu kota Djakarta ke Jogjakarta. Pada bulan Juni 1948 Presiden Soekarno mengunjungi rakyat Indonesia (republiken) di Atjeh. Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, segera setelah RIS dibubarkan pada bulan Agustus 1950, Presiden Soekarno kembali ke Atjeh pada bulan Juli 1951 (setelah dibubarkannya RIS dan dibentuk kembali NKRI). Lalu Presiden Soekarno kembali ke Ateh pada bulan Maret 1953.
Lantas apa yang menjadi pangkal perkara munculnya pemberontakan di Atjeh pada tahun 1953? Yang jelas riak pemberontakan ini (di Langsa, Lhokseumawe dan Meulaboh) dimulai sejak kehadiran Presiden Soekarno di Medan dalam pembukaan PON ke-2 bulan September 1953 (lihat Algemeen Handelsblad, 22-09-1953). PON berakhir tanggal 27 September 1953 (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 28-09-1953). Lalu apa yang menyebabkan Presiden Soekarno tersudut? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.