Senin, 07 September 2020

Sejarah Manado (23): Prof Mr Ani Manoppo dan Kolonel AE Kawilarang Menjadi Anak Medan; Apa Ada Anak Medan di Manado?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini

Medan berada di utara pulau Sumatra, Manado berada di utara pulau Sulawesi. Medan dengan Malaysia, Manado dekat dengan Filipina. Wilayah rantau terdekat orang Minahasa di Manado, orang Tapanoeli di Medan. Orang-orang Minahasa dan Tapanoeli banyak merantau. Rantau terjauh orang Minahasa tempo doeloe hingga ke Medan. Lantas, apakah orang Tapanoeli merantau sampai jauh ke Manado?

Ada dua tokoh penting di Medan tempo doeloe yang berasal dari Minahasa, yakni Prof Mr Ani Manoppo dan Kolonel AE Kawilarang. Dua tokoh memegang jabatan penting. Ani Manoppo di Rechthoogeschool Batavia tahun 1930 satu kelas dengan Abdoel Abbas Siregar dan Alex Ernest Kawilarang di Akademi Militer Bandoeng 1941 satu kelas dengan Abdoel Haris Nasoetion. Dalam perang kemerdekaan Menteri Pertahanan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap tahun 1947 mengirim Mr Abdoel Abbas Siregar ke Sumyatra Timur. Namun pasukan dan pemerintah RI terdesak ke Tapanoeli (di Padang Sidempoean, Zuid Tapanoeli, kampong halaman Amir Sjarifoeddin Harahap, Abdoel Haris Nasoetion dan Abdoel Abbas Siregar). Ketika pasukan dan pemerintah RI terdesak di Padang Sidempoean, Kolonel Abdoel Haris Nasoetion, komandan Siliwangi tahun 1948 mengirim Letkol AE Kawilarang ke Bukittinggi untuk membebaskan Gubernur Militer Majoor Jenderal Dr Gindo Siregar dan Residen Militer Kolonel Mr Abdoel Abbas Siregar yang ditangkap dan ditahan oleh para pemberontak di Sawahlunto. Untuk menggantikan Gubernur Militer diangkat Abdoel Haki Harahap sebagai Residen Tapanoeli (yang beribukota di Padang Sidempoean). Selama Mr Abdoel Abbas Siregar ditahan di Sawahlunto, Mr Ani Manoppo tetap berada di Padang Sidempoean. Untuk sekadar diketahui Mr Ani Manoppo adalah istri Mr Abdoel Abbas Siregar. Jabatan terakhir Kolonel AE Kawilarang di Sumatra Utara adalah Panglima Bukit Barisan dan Prof. Mr Ani Manoppo, dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pada tahun-tahun ini Gubernur Sumatra Utara (Atjeh, Sumatra Timur dan Tapanoeli) dijabat oleh Abdoel Hakim Harahap.

Bagaimana sejarahnya Ani Manoppo AE Kawilarang merantau jauh hingga ke Medan? Yang jelas Ani Manoppo sudah kenal dekat dengan Abdoel Abbas Siregar sejak awal kuliah di Sekolah Hukum di Batavia dan AE Kawilarang sudah kenal dekat dengan Abdoel Haris Nsoetion sejak awal pendidikan di akademi militer di Bandoeng. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Lantas bagaimana permulaannya? Itu adalah bidang perhatian sejarah. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, sejarah adalah narasi fakta dan data. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan dan sejarah adalah narasi fakta dan data. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis (data), setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Ani Manoppo dan Abdoel Abbas Siregar

Surat kabar berbahasa Melajoe terbit di Batavia tahun 1926 yang diberi nama Bintang Timoer. Surat kabar ini didirikan oleh Parada Harahap. Setahun sebelumnya Parada Harahap telah mendirikan kantor berita (pertama) pribumi yang diberi nama Alpena. Parada Harahap merekrut WR Soepratman sebagai editor kantor berita Alpena dan Parada Harahap merekrut J Manoppo sebagai editor surat kabar Bintang Timoer.

Parada Harahap memulai kegiatan jurnalistik di Medan pada tahun 1918. Namanya menjadi sangat terkenal karena dengan sangat berani membongkar kasus penderitaan dan penganiayaan kuli asal Jawa di perkebunan di Deli. Parada Harahap sempat menjadi editor surat kabar Benih Mardika dan surat kabar Pewarta Deli. Kedua surat kabar ini terbit di Medan. Pada tahun 1919 Parada Harahap pulang kampong lalu mendirikan surat kabar Sinar Merdeka di Padang Sidempoean. Di kota pedalamaan ini Parada Harahap belasan kali dimejahijaukan dan beberapa kali dipenjara karena delik pers. Oleh karena Sinar Merdeka dibreidel, Parada Harahap hijrah ke Batavia dan menidirikan surat kabar Bintang Hindia pada tahun 1923. Lalu pada tahun 1925 Parada Harahap mendirikan kantor berita (persbureu) Alpena dan setahun kemudian di bawah bendera penerbit dan percetakan Bintang Hindia mendirikan surat kabar Bintang Hindia yang mana salah satu editornya adalah J Manoppo.. 

 

Pada tahun 1926 dua pemuda asal kampong Parada Harahap di Padang Sidempoean pulang ke tanah air dari Belanda. Yang pertama adalah Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi yang meraih gelar doctor (Ph.D) di bidang hukum di Leiden pada tahun 1925. Radja Enda Boemi kelahiran Batangtoru Padang Sidempoean memulai pendidikan hukum di Rechtschool Batavia tahun 1915. Setelah lulus ditempatkan di Medan. Beberapa tahun kemudian melanjutkan studi ke Belanda dan meraih gelar sarjana hokum (Mr) yang kemudian diteruskan ke tingkat doctoral dan lulus tahun 1925. Sebelumnya sudah ada yang meraih Ph.D bidang hokum yakni yang pertama Mr. Gondokoesoemo lulus pada tahun 1922 di Universiteit Leiden yang pada tahun yang sama juga RM Koesoemah Atmadja. Selanjutnya adalah Raden Soegondo lulus tahun 1923 yang kemudian pada tahun 1925 adalah Radja Enda Boemi dan Mr Soebroto. 

 

Yang kedua adalah Amir Sjarifoeddin Harahap pulang karena terpaksa karena masalah keluarga. Amir Sjarifoeddin Harahap setelah lulus sekolah dasar Eropa (ELS) di Sibolga melanjutkan sekolah menengah ke Belanda. Pada tahun 1925 Amir Sjarifoeddin Harahap memasuki iniversitas di Belanda. Namun setelah menyelesaikan tingkat pertama harus pulang ke tanah air. Amir Sjarifoeddin Harahap tidak kembali ke Belanda tetapi meneruskan kuliahnya di Batavia sehubungan dengan dibukanya sekolah hukum Rechthoogeschool (suksesi Rechtschool Batavia). Yang melanjutkan studi sekolah menengah (setelah lulus ELS) hanya ada dua orang. Selain Amir Sjarifoeddin adalah Egon Hanggara anak wakil wali kota (locoburgemeester) Padang Dr Abdoel Hakim Nasoetion. Egon Hakim berangkat ke Belanda tahun 1924. Egon Hakim mengikuti saudara sepupunya yang kuliah kedokteran di Belanda bernama Ida Loemongga (lulusan HBS sekolah Prins Hendrik School Batavia dan tahun 1922 melanjutkan studi ke Belanda (perempuan pribumi pertama studi ke Belanda).

Pada tahun 1928 NV Bintang Hindia mendirikan surat kabar berbahasa Belanda yang mana sebagai editor adalah J Manoppo. Oleh karena kesibukan Parada Harahap sebagai sekretaris PPPKI untuk mendukung tim editor Bintang Timoer, Parada Harahap merekrut Djamaloedin yang baru pulang studi jurnalistik dari Eropa. PPPKI adalah supra organisasi kebangsaan Indonesia singkatan Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia yang mana sebagai ketua adalah MH Thamrin (dari Kaoem Betawi).

Sebagai sekretaris PPPKI (yang didirikan tahun 1927) dan juga sebagai sekretaris Sumatranen Bond, Parada Harahap sedang sibuk membangun kantor-gedung PPPKI (di gang Kenari) dan juga mempersiapkan Kongres PPPKI (senior) pada bulan Semptember 1928 dan Kongres Pemoeda (junior) pada bukan Oktober 1928. Ketua panitia Kongres PPPKI ditunjuk Dr Soetomo, sedangkan untuk panitia Kongres Pemuda ditunjuk Soegondo (dari PPPI) sebagai ketua, Mohamad Jamin (Suatranen Bond) sebagai sekretaris dan Amir Sjaroefoeddin Harahap (Bataksche Bond) sebagai bendahara. Ketiga panitia inti Kongres Pemoeda ini sama-sama mahasiswa sekolah hukum (Rechthoogeschool). Mohamad Jamin adalah adik dari Djamaloedin, editor Bintang Timoer (Djamaloedin kemudian dikenal sebagai Adinegoro). Dr Soetomo adalah pendiri Boedi Oetomo yang sangat menghargai keberanian Parada Harahap dalam membongkar kasus poenalie santie (kontrak kuli perkebunan asal Jawa di Deli). Untuk mendukung sukses Kongres PPPKI dan Kongres Pemoeda, Parada Harahap yang juga ketua pengusaha pribumi Batavia (kini semacam KADIN) juga memperluas jangkauan Bintang Timoer dengan menerbitkan edisi Semarang (Midden Java) dan edisi Soerabaja (Oost Java).

Menjelang Kongres Pemoeda inilah muncul nama gadis asal Bolaang Mongondow AH Manoppo di dalam pemberitaan (lihat antara lain De koerier, 07-05-1928). Disebutkan di sekolah menengah atas AMS Bandoeng siswa-siswa yang naik dari kelas empat ke kelas lima antara lain Gele Haroen Al Rasjid, AH Manoppo (nona), PR Dorve (nona). Mohamad Natsir, RR Siti Soendari (nona) dan RM Soelasmirah (nona), Sementara di atas mereka yang naik dari kelas lima ke kelas enam antara lain Raden Mohamad Moesa, I Goesti Ktoet Poedja, AJ Supit, Raden Santoso dan Soetan Sjahrir.

Gele Haroen Al Rasjid, seperti diuraikan di belakang, adalah putra dari Dr Haroen Al Rasjid (Nasoetion) dan Alimatoe Sa’adiah (Harahap) di Telok Betong (Lampoeng). Kakek Gele Haroen adalah Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda, editor pribumi pertama dan pendiri organisasi kebangsaan (Indonesia) pertama di Padang tahun 1900 yang diberi nama Medan Perdamaian. Kakak (saudara perempuan) Gele Haroen bernama Ida Loemongga sejak 1922 studi kedokteran di Belanda yang pada tahun 1928 sedang mengikuti program doktoral (Ph.D) pada bidang kedokteran (Perermpuan pribumi bergelar Ph.D, tahun 1930). Setelah lulus AMD Bandoeng, Gele Haroen melanjutkan sekolah hukum ke Leiden dan bertemu dengan kakak perempuannya Ida Lomongga dan saudara sepupunya Egon Hakim. Gele Haroen  lulus dengan gelar Mr pada tahun 1936 dan menjadi advocaat di Lampoeng. Egon Hakim lulus dengan gelar Mr tahun 1937 dan menjadi advocaat di kota Padang. Sayang Soetan Sjahrir yang juga melanjutkan studi ke Belanda (tidak menyelesaikannya). Gele Hatroen kelak menjadi Residen RI pertama di Lampoeng.

Nona AH Manoppo setelah lulus AMS Bandoeng tahun 1930 melanjutkan studi ke sekolah hukum (Rechthoogeschool) Batavia. Mahasiswa yang diterima bersama AH Manoppo antara lain Raden Santoso dan dua  lulusan AMS Medan yakni Abdoel Abbas Siregar dan Mohamad Taib Dalimoente. Abdoel Abbas Siregar lahir di Medan tahun 1906.

Anak-anak asal Padang Sidempoean yang lahir di Medan tidak hanya Abdoel Abbas, juga Amir Sjarifoeddin Harahap dan lainnya. Salah satu anak Padang Sidempoean yang lahir di Djambi (Saroelangoen) tahun 1905 adalah Abdoel Hakim Harahap. Setelah menyelesaikan sekolah dasar Eropa (ELS) di Sibolga, Abdoel Hakim Harahap melanjutkan pendidikan MULO ke Padang. Selanjutnya Abdoel Hakim Harahap melanjutkan pendidikan HBS di Batavia di sekolah elit Prins Hendrik School. Di luar sekolah, Abdul Hakim Harahap di Batavia aktif dalam organisasi pemuda seperti Jong Islamieten Bond, Jong Batak dan Jong Sumatra Bond. Setelah lulus di Prins Hendrik School, Abdul Hakim Harahap mengikuti kursus dua tahun untuk layanan bea dan cukai. Abdul Hakim Harahap lalu ditempatkan di bea dan cukai di Medan 1927. Tiga tahun kemudian pada tahun 1930 Abdoel Hakim Harahap terpilih menjadi anggota dewan (gemeenteraad) Medan.

Pada tahun 1931 AH Manoppo, M Taib Dalimoente dan lainnya dinyatakan lulus ujian kandidat pertama Candidaats Examen 1e Gedeelte (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 09-07-1931). Anni H Manoppo lulus tahun 1935 dengan gelar sarjana hukum (Mr).

AH Manoppo tidak terlalu kesulitan mengikuti perkuliahan. Setelah menyelesaikan Candidaats Examen 2e Gedeelte tahun sebelumnya, AH Manoppo pada tahun 1933 lulus ujian kandidat doktoral (Mr) Doctoral Examen 1ste Gedeelte (lihat De koerier, 26-07-1933). Pada tahun 1935 lulus ujian Doctoral Examen 2de Gedeelte (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-02-1935) dan lulus ujian Doctoral Examen 3e Gedeelte (lihat De koerier, 18-11-1935).

Setelah lulus sekolah hukum, Mr Anni Manoppo ditempatkan sebagai ketua pengadilan di Indramajoe. Enam bulan kemudian Mr Anni Manoppo dipindahkan sebagai ketua di pengadilan (Landraad) di Chirebon (lihat Bataviaasch nieuwsblad,     15-09-1936). Pada tahun ini Gele Haroen (Nasoetion) berhasil mendapat gelar Mr di Universiteit Leiden.

Pada tahun 1936 setelah lulus dan mendapat gelar Mr, Abdoel Abbas Siregar membuka kantor pengacara (advocaat) di Telok Betoeng. Tidak lama kemudian Mr Gele Haroen Nasoetion bekerjasama dengan Mr Adoel Abbas Siregar dalam bidang advocaat di Lampong yang berkantor di Telokbetong (tempat dimana juga orang Eropa-Belanda berada). Sementara ayah dan ibu Mr Gele Haroen telah pindah ke Tandjong Karang (Lampong) untuk mengelola klinik (rumah sakit) swasta yang mereka dirikan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Abdoel Haris Nasoetion dan Alex Ernest Kawilarang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar