Minggu, 07 Maret 2021

Sejarah Papua (8): Sejarah Fakfak, Kota Tua di Pantai Barat Papua Seberapa Tua? Pelukis Jerman H von Rosenberg di Fakfak, 1860

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Kota apa yang paling tertua di Papua? Salah satu nominasinya adalah Fakfak. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, beberapa penulis menyebut Fakfak sudah dikunjungi oleh orang Eropa pada era VOC. Hal ini boleh jadi karena kedekatan geografisnya dengan Amboina. Okelah itu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah bagaimana situasi dan kondisi Fakfak pada masa awal penemuannya. Dan, bagaimana pula situasi dan kondisi Fakfak pada era selanjutnya.

Nama Fakfak pada masa ini adalah nama kabupaten di provinsi Papua Barat. Konon, kabupaten ini terkenal sebagai penghasil pala. Kabupaten Fakfak dibentuk pada tahun 1969 seiring dengan pembentukan Provinsi Irian Barat. Fakfak, tidak hanya terbilang sebagai kota tua, pusat pemerintahan pertama di era Hindia Belanda juga di Fakfak. Oleh karena itu dalam hal sejarah, Fakfak memiliki keutamaan di wilayah Papua. Sebelum Pemerintah Hindia Belanda membentuk cabang pemerintahan di wilayah Papua, wilayah Papua sejak era VOC berada di bawah yurisdiksi Kesultanan Tidore.

Lantas bagaimana sejarah Fakfak? Seperti disebut di atas Fakfak sudah sejak lama dikenal. Salah satu pelukis terkenal asal Jerman Hermann von Rosenberg pernah ke Fakfak. Dalam hubungan ini menarik untuk menarasikan kembali sejarah Fakfak dari berbagai sumber (teks, peta dan lukisan). Namun yang tetap menjadi pertanyaan adalah sejak kapan Fakfak dikenal secara luas. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Fakfak Seberapa Tua

Apa yang mendorong keinginan pelukis asal Jerman Hermann von Rosenberg ke Papua dan juga mengunjungi Fakfak tentu saja atas dasar profesinya sebagai pelukis yang ingin merekam beberapa situs penting. Disebutkan Hermann von Rosenberg berada di Fakfak tahun 1860. Petualangan ke Papua khususnya Fakfak yang dilakukan oleh Rosenberg tidaklah dipandang sekadar perjalanan dan aktivitas seorang pelukis, tetapi lebih dari itu, lukisan adalah suatu gambaran fakta yang dapat dijadikan sebagai data sejarah.

Teknologi fotografi baru muncul pada tahun 1850an, jasa fotografi di Batavia dan Buitenzorg baru muncul pada tahun 1857 yang dikelola seorang pengusaha asal Inggris yang sudah lama di Australia. Kehadiran Rosenberg di Papua di era transisi era kemahiran melukis dengan era kahdiran teknologi baru. Yang jelas hasil rekaman fakta alam dan peristiwa berupa lukisan dapat dianggap setara dengan satu artikel dalam suatu jurnal. Itulah makna keberadaan Rosenberg di Fakfak yang tidak hanya bekerja untuk diri sendiri juga bekerja untuk membantu Pemerintah Hindia Belanda.. Hermann von Rosenberg diketahui pertama kali ketika mendampingi geolog dan botanis Jerman FW Junghuhn tahun 1840 dalam suatu ekspedisi ilmiah ke Tanah Batak. Hermann von Rosenberg juga ke Singkil dan pulau-pulau barat Sumatra seperti Mentawai. Setelah 20 tahun, Hermann von Rosenberg berada di Papoea. Ini mengindikasikan bahwa Hermann von Rosenberg sudah merekam Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Saat itu memang ada pelukis terkenal pribumi Raden Saleh, namun spesialisasi mereka berbeda. Raden Saleh cenderung melukis figur orang atau melukis profil hewan besar seperti kuda dan harimau, Hermann von Rosenberg cenderung memilih lanskap atau situs-situs penting di suatu wilayah. Dalam hal inilah keutamaan Hermann von Rosenberg di Sumatra, Jawa dan Papua. Hasil-hasil lukisan Hermann von Rosenberg menjadi seakan potret hidup (video) bagi Alfred Russel Wallace dalam kajian-kajianya tentang Indonesia (Hindia Belanda). Alfred Russel Wallace sebagai ilmuan Zoologi memiliki kemampuan yang melukis spesimen flora dan fauna seperti pohon, ranting, daun dan buah, hewan-hewan kecil bahkan seukuran kutu. Pada era itu, kemampuan melukis bagi seorang ilmuwan (apakah dirinya atau dibantu para pelukis) bagai seorang peneliti masa kini dengan kamera di tangan. Lukisan: Lanskap Angkola dan sungai Batangtoru (kini Tapanuli Selatan) oleh H. von Rosenberg 1840.

Begitu penting kehadiran Hermann von Rosenberg di Papoea, tetapi namanya kurang terinformasikan dala narasi sejarah Papua. Namun demikian, kehadiran Hermann von Rosenberg di Papua khususnya di Fakfak mengindikasikan bahwa Fakfak begitu penting saat itu untuk Pemerintah Hindia Belanda (di Batavia). Seperti kehadiran Hermann von Rosenberg di Tanah Batak, begitu pula pentingnya arti kehadiran Hermann von Rosenberg di Fakfak. Sebelumnya gambaran situasi dan kondisi Papoea hanya sebatas sketsa-sketsa, peta-peta geografis dan keterangan singkat tentang perjalanan navigasi pelayaran ke wilayah Papoea.

Sketsa dan peta yang menggambarkan geografis Papoea sudah ada sejak era Portugis. Namun identifikasi dalam peta diduga kuat hanya sebatas informasi yang didapat dari pedagang-pedagang pribumi di Amboina, Banda dan Ternate (Tidore). Sejak kehadiran Belanda di Hindia Timur (VOC) laporan-laporan navigasi pelayaran orang Eropa ke wilayah timur Maluku (Papoea) semakin intens. Dalam peta-peta navigasi pelayaran ini umumnya nama-nama geografis yang penting seperti nama pulau, teluk, tanjung dan naa wilayah (kawasan). Nama-nama tempat dalam artik nama kampong atau nama pelabuhan nyaris tidak satupun yang teridentifikasi. Identifikasi nama tempat seperti kampong atau situs penting lainnya baru muncul pada awal era Pemerintah Hindia Belanda. Kehadiran Hermann von Rosenberg di Papoea khususnya Fakfak melengkapi keterangan-keterangan geografis yang ada selama ini. Lukisan kota-kota pelabuhan atau situs lainnya (benteng) sudah sejak era VOC sangat intens tetapi baru terbatas di wilayah Maluku (antara lain di Amboina, Banda, Ternate, Tidore, Batjan).

Sejak reorganisasi Residentie Terrnate (1828) nama-nama penting di Papoea yang diidentifikasi dan terkait dengan Kesultanan Tidore adalah pulau Misool, pulau Adi, pulau Namatota, pulau Jobi dan lainnya. Dimana radja Adi berkedudukan di pulau Adi tidak disebutkan (tidak terindentifikasi). Para penulis geografi menyebut karena kampong-kampong para radja-radja seperti Radja Adi, empat radja (Radja Ampat) kerap berpindah-pindah (tidak permanen seperti kampong atau kota-kota di Maluku). Nama Fakfak boleh jadi dilaporkan kali pertama oleh Hermann von Rosenberg.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Awal Pembentukan Cabang Pemerintahan di Papua

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar