Rabu, 18 Januari 2023

Sejarah Surakarta (44): Awal Mula Islam di Surakarta; Terbentuknya Kota-Kota Islam di Pantai Utara Jawa hingga Kerajaan Pajang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Fakta masa kini penduduk Jawa umumnya Bergama Islam. Suatu pulau yang masih ditemukan banyak sisa-sisa peradaban Hindoe Boedha, seperti prasasti, candi dan bentuk-bentuk kebudayaan lainnya. Lalu sejak kapan masuknya Islam di pulau Jawa, khusus di wilayah pedalaman seperti di Surakarta. Agama Islam telah menggantikan agama mayoritas penduduk sebelumnya. Sejarah masuknya Islam adalah bagian penting dari sejarah modern Jawa.   


Masuknya Islam di Jawa: Proses dan Buktinya Kompas.com-29/04/2022. Diduga, kedatangan Islam ke Nusantara untuk pertama kalinya dibawa oleh para pedagang dari Timur Tengah, Persia, dan India. Salah satu buktinya ditemukan makam berangka tahun 1082 di desa Leran, Gresik, Jawa Timur. Kemudian, di Mojokerto, di sekitar kotaraja Majapahit, juga ditemukan banyak makam Islam kuno, berasal tahun 1374 (era Majapahit). Sebelum Islam berkembang, yang sangat berpengaruh di Jawa adalah Kerajaan Majapahit bercorak Hindu-Buddha. Menurut BJO Schrieke, Islam masuk ke Jawa 1416, berita Ma Huan, seorang Muslim China berkunjung ke pesisir Jawa 1416 (Ying-Yai Sheng-Lan), disebutkan orang-orang Islam yang tinggal di Gresik, diantaranya pedagang dari Timur Tengah, Arab, Persia, dan India. Selain itu, ditemukannya makam Malik Ibrahim, berasal dari Persia, meninggal pada 822 H atau 1419 M. Ketika Kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaannya di era pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389), banyak penduduknya yang telah beragama Islam, disebabkan oleh hubungan dagang antara Muslim pendatang di pesisir utara Jawa. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik dianggap sebagai wali pertama Jawa. Pengaruh agama Hindu Shiwa dan Buddha di Majapahit secara perlahan tergantikan Islam. Banyak para pedagang yang akhirnya menetap dan menikah wanita Jawa. Alhasil, Islam memengaruhi lingkungan keluarga hingga berkembang pesat di seluruh Jawa (https://www.kompas.com/)_

Lantas bagaimana sejarah awal permulaan Islam di Surakarta? Seperti disebut di atas, kini penduduk Jawa mayoritas beragama Islam. Dalam hubungan ini sejak kapan masuknya Islam di pedalaman Jawa khusunya di Surakarta. Berbagai penulis menyebut ketika sudah terbentuk kota-kota (kerajaan-kerajaan) Islam di pantai utara Jawa. Lalu bagaimana sejarah awal permulaan Islam di Surakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Awal Permulaan Islam di Surakarta; Terbentuknya Kota-Kota Islam di Pantai Utara Jawa hingga Kerajaan Pajang 

Pada era Pemerintah Hindia Belanda, pengelompokan populasi terdiri dari pribumi, Eropa/Belanda dan Timur asing. Pada tempat/kota tertentu dimana kelompok Cina cukup besar jumlahnya dibedakan antara kelompok Cina dan kelompo Timur asing (Oostersche vreemdelingen). Demikian juga jika ada kelompok suku tertentu di suatu tempat/kota juga dibedakan diantara pribumi asli dengan pribumi pendatang. Khusu untuk kelompok Timur asing dalam perkembangannya, jika dan hanya jika cukup besar populasinya maka dibedakan kelompok Arab secara tersendiri. Demikian juga dengan kelompok orang Moor di Batavia.

 

Di Soerakarta kelompok Cina sudah sejak lama dibedakan secara sendiri. Besarnya populasi Cina di Soerakarta sudah ada jabatan pemimpin kelompoknya yang berpangkat Kaptein dengan anggotanya satu atau beberaap Luiten. Pangkat tertinggi adalah Majoor seperti yang ada di Semarang (dan kelak di Medan).  Pada tahun 1867 kelompok Timur asing diangkat pemimpinannya (Hoofd der vreemde Oosterlingen) yakni Sech Amad bin Ali Alkalib. Pada tahun 1871 jabatan Hoofd der Oostersche vreemdelingen dipegang oleh Bin Ameli Marikar. Lalu sejak 1873 pengelompokannya menjadi Hoofd der Arabieren en Mooren yang dijabat oleh Habib Moehammad bin Moehammad Nina (lihat Almanak 1875).

Di Soerakarta, pengelompokkan populasi Vreemde Oosterlingen sejak 1873 disusutkan menjadi kelompok Arabieren en Mooren. Oostersche Vreemdelingen digunakan karena orang Arab dan orang Moor yang dominan. Kelompok minoritas Oostersche vreemdelingen tidak terwakili dari besar populasinya. Oostersche vreemdelingen, selain Cina, Arab dan Moor bisa orang Asia lainnya seperti Persia, India/Bengale atau  Jepang. Namun yang menarik dalam hal ini jumlah populasi Moor cukup signifikan di (wilayah) Soerakarta.

 

Orang Moor (bahasa Spanyol: Orang Moro) adalah orang Muslim dari zaman pertengahan yang tinggal di Al-Andalus (Semenanjung Iberia termasuk Spanyol dan Portugis zaman sekarang) dan juga Maroko dan Afrika barat, yang budayanya disebut Moorish. Kata ini juga digunakan di Eropa untuk menunjuk orang yang memiliki keturunan Arab atau Afrika. Nama Moor berasal dari suku kuno Maure dan kerajaan Mauritania. Orang Moor/bangsa Moor pernah memerintah Spanyol antara 711 M hingga 1492. Pemimpin Islam yang mencapai Spanyol pertama kalinya adalah Abd al-Rahman. Orang-orang Kristen di Semenanjung Iberia mengawali penggunaan istilah ‘Moor’ secara eksklusif untuk umat Islam.

Konon, pada era VOC, orang Moor di pedalaman Jawa lebih dulu eksis dari orang Arab. Orang-orang Moor tersebar di seluruh Hindia Timur, mulai dari Sumatra hingga wilayah Papua. Pada era VOC orang-orang memainkan peran penting dalam perdagangan di kota-kota pantai di pulau Madura. Dalam Perang Jawa pertama (era VOC), orang-orang Moor juga memainkan peran yang tergabung dalam kesatuan kerajaan melawan pasukan VOC. Oleh karena itu sangat dimungkinkan pembentukan kelompok populasi di Soerakarta sejak 1873 (tetapi meski dipisahkan dengan orang Arab tetapi berada di bawah satu kepemimpinan).


Sejak perang Salib di Eropa pada abad ke-11, banyak orang-orang Moor yang keluar dari Eropa dan kemudian menyebar ke berbagai tempat hingga mencapai Hindia Timur. Pada era Majapahit, sebaran orang-orang Moor sudah sangat luas di Hindia Timur bahkan sudah mencapai Canton (Tiongkok). Dibanding dengan orang Arab dan orang Persia, orang-orang Moor lebih menyatu dengan penduduk pribumi (boleh jadi karena tidak memiliki negara lagi). Boleh jadi karena komunitas orang Moor sudah banyak di Hindia Timur, pada tahun 1345 seorang utusan Moor Ibnoe Batoetah mengunjungi Sematra, Semenanjung dan Tiongkok. Mendes Pinto yang pernah mengunjungi Kerajaan Aroe di pantai timur Sumatra tahun 1537 menyebut penasehat militer adalag orang-orang Moor. Pasukan Kerajaan Aroe dicatat Mendes Pinto sebanyak 15.000 orang dimana delapan ribu orang Batak dan sisanya didatangkan dari Jambi, Minangkabau, Indragiri, Broenai dan Luzon.

Lantas sejak kapan keberadaan orang-orang Moor di pedalaman Jawa khususnya di wilayah Soerakarta. Apakah dalam hal ini orang-orang Moor juga berperan dalam permulaan agama Islam di Soerakarta?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Terbentuknya Kota-Kota Islam di Pantai Utara Jawa hingga Kerajaan Pajang: Islamisasi di Surakarta

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar