Senin, 15 Januari 2024

Sejarah Bahasa (238): Bahasa Tehit Distrik Teminabuan, Sorong Selatan Semenanjung Doberai; Dialek Pegunungan dan Pantai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Tehit atau Kaibus adalah sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Papua yang dituturkan di kampong Kohoin distrik Teminabuan. Bahasa tetatangganya adalah bahasa Ogit. Dialek bahasa Tehit adalah Tehit Jit, Mbol Fle, Saifi, Imyan, Sfa Riere, Fkar dan Sawiat Salmeit. Bahasa Tehit berbeda dengan bahasa Tehit Dit, bahasa Maibrat, bahasa Kalabira dan bahasa Moraid.


Teminabuan adalah sebuah distrik di kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, Kata Teminabuan merupakan gabungan dari kata Temini dan Abuan yang berarti "pelabuhan besar". Awalnya orang Tehit dipimpin oleh raja-raja kecil yang berkedudukan di empat weri (bandar), yaitu Weri Sar, Weri Konda dan Weri Kasrer (Seribau), dan Weri Ambuam yang kemudian hari berkembang menjadi Teminabuan. Raja yang paling dominan berkedudukan di Teminabuan, gelarnya Raja Kaibus atau Woronemin dengan raja pertamanya bernama Anggok Kondjol. Penduduk asli Teminabuan adalah suku Tehit, kemudian ada juga suku Imekko dan Maybrat. Ibukota kabupaten, distrik Teminabuan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Sorong Selatan tahun 2020 mencatat data keberagaman keagamaan di kecamatan Teminabuan Kristen sebanyak 62,47% (Protestan 59,02% dan Katolik 3,45%) dan Islam 37,40% (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tehit di distrik Teminabuan, kabupaten Sorong Selatan Semenanjung Doberai? Seperti disebut di atas bahasa Tehit dituturkan di wilayah Teminabuan. Dialek pegunungan dan dialek pantai. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tehit di distrik Teminabuan, kabupaten Sorong Selatan Semenanjung Doberai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Tehit di Distrik Teminabuan, Sorong Selatan Semenanjung Doberai; Dialek Pegunungan dan Pantai 

Bahasa Teminabuan atau yang dikenal dengan bahasa Tehid yang terdiri dari puluhan kampung yang berbeda yang sebagaian besar bahasanya sama, namun dialeknya berbeda (lihat Sarlota Yasmemi, 2021). Disebutkan ada perbedaan dan persamaan fonetik kosa kata antara Teminabuan Gunung dan Teminabuan Pantai. Kosa kata ‘kamu’ di Teminabuan Gunung disebut Nen sedangkan Teminabuan Pantai menyebutnya Nan. Ada perbedan fonetik.


Wilayah Teminabuan sudah lama terinformasikan terutama di wilayah pantai. Dalam daftar yang dikumpulkan oleh Yasmeni, ada beberapa kata yang secara fonetik berbeda antara wilayah gunung dan wilayah pantai. Beberapa berupa kosa kata elementer seperti ayah dan ibu. Beberapa kosa kata di luar daftar Swadesh. Dari daftar yang ada hanya kosa kata finggen yang ditemukan dalam bahasa-bahasa lain di luar Papua dari bagian barat wilayah bahasa. Ini mengindikasikan pengaruh bahasa asing dalam bahasa Tehit sangat minim jika tidak dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Namun tentu saja daftar ini sangat terbatas. Akan tetapi dengan hanya memperhatikan kosa kata elementer sudah mengindikasikan bahasa Tehit tidak dipengaruhi bahasa luar/asing. Dari kosa kata dalam daftar terkesan tidak ada perbedaan bahasa Tenimabuan Gunung dan bahasa Tenimabuan Pantai, perbedaan yang ada hanya sekadar perbedaan dialek (gunung vs pantai).

Wilayah Tenimabuan dieksplorasi pada tahun 1912 (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1913). Disebut wilayah ini daerah Kaiboes atau Faiboes yang berada di selatan/barat Sorong. Wilayah Kaiboes berada di teluk Kaiboes; di sebelah barat Selegin, Serbau dan Wèrfera; di sebelah utara Teminaboean; dan di sebelah timur Semorra, Konda, Wèrsar dan Wèrmit.


Berdasarkan Peta 1935 sudah ada jalan rintisan dari selatan di Inanwetan hingga ke Teminaboean di utara. Di bagian dalam teluk Kaiboes terdapat kampong Konda. Sungai yang berasal dari Teminaboean bermuara ke teluk Kaiboes. Antara Konda dan Reminaboen terdapat kampong Wersar. Inanwatan berada tepat di wilayah pantai. Pada masa ini Teminaboean dan Inanwatan sama-sama nama distrik/kecamatan.

Setelah dibentuknya cabang pemerintahan local, pada tanggal 19 Maret 1928, sebuah tim terdiri dari lima petugas polisi pedesaan pribumi, yang salah satunya adalah orang Menado yang menjabat sebagai komandannya, pergi dari Teminaboean ke desa pegunungan di pedalaman di Eles untuk melakukan sensus (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1932). Dalam kegiatan ini termasuk Radja Moeda Besi, kepala desa Teminaboean. Kampong terdekat dari Eles adalah Pengasen dan Derfi.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dialek Pegunungan dan Dialek Pantai: Pantai Barat Wilayah Kepala Burung Papua 

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar