Tampilkan postingan dengan label Sejarah Banyuwangi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Banyuwangi. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Juni 2023

Sejarah Banyuwangi (25):Bondowoso Tanpa Laut Tetangga Banyuwangi Dekat tapi Jauh; Gunung Merapi Gunung Ijen Gunung Raung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Orang Madura menyebut nama Bondowoso dengan nama Bandabasa. Apa bedanya? Okelah, banda sama dengan bondo. Lalu apakah woso sama dengan basa? Jika bondo sama dengan banda, bukankah woso sama dengan wasa. Mengapa basa? Dalam hal ini basa analog dengan boso. Itu satu hal. Dalam hal ini soal sejarah wilayah Bondowoso sendiri.


Bondowoso (Madura: Bândâbâsa) wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Ibu kota kabupatennya strategis, yakni berada di persimpangan jalur dari Kecamatan Besuki dan Kabupaten Situbondo menuju Jember. Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten tidak memiliki wilayah pesisir laut di wilayah Tapal Kuda. Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah: wilayah barat merupakan pegunungan (bagian dari Pegunungan Iyang), bagian tengah berupa dataran tinggi dan bergelombang, sedang bagian timur berupa pegunungan (bagian dari Dataran Tinggi Ijen). Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten di daerah Tapal Kuda yang tidak memiliki garis pantai. Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang menghubungkan antar provinsi. Keadaan yang kurang strategis tersebut yang menyebabkan Bondowoso cenderung lebih sulit berkembang jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Bondowoso tanpa laut tetangga Banyuwangi dekat tapi jauh? Seperti disebut di atas, wilayah (kabupaten) Bondowoso wilayah tanpa perairan/laut. Wilayah diantara gunung-gunung, gunung Merapi, gunung Ijen, gunung Raung dan gunung Argapura. Lalu bagaimana sejarah Bondowoso tanpa laut tetangga Banyuwangi dekat tapi jauh? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (24): Jember, Dipisah Gunung Raung Banyuwangi; Pembangunan Jalan Membuka Isolasi wilayah Banyuwangi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Jember berada di sebelah barat wilayah Banyuwangi. Apa kaitan antara dua wilayah. Yang jelas wilayah Banyuwangi sudah dikenal sejak masa lampau. Bagaimana dengan wilayah Jember? Apakah wilayah Jember sebagai wilayah yang dikenal sejak dari dulu? Yang jelas juga wilayah Jember berada di lereng sebelah barat gunung Raung dan di lereng sebelah selatan gunung Argapura.


Jember adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur. Secara administratif, wilayah Jember meliputi Kepulauan Nusa Barung, yang berada di Selatan Laut Jawa. Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatsblad Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928, mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929. Pemerintah Regenschap Jember yang semula terbagi dalam tujuh Wilayah Distrik, pada tanggal 1 Januari 1929 sejak berlakunya Staatsblad No. 46/1941 tanggal 1 Maret 1941 Wilayah Distrik dipecah menjadi 25 Onderdistrik, yaitu: Distrik Jember (Jember, Wirolegi, dan Arjasa); Distrik Kalisat (Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, dan Sukowono); Distrik Rambipuji (Rambipuji, Panti, Mangli, dan Jenggawah); Distrik Mayang (Mayang, Silo, Mumbulsari, dan Tempurejo); Distrik Tanggul (Tanggul, Sumberbaru, dan Bangsalsari); Distrik Puger (Puger, Kencong Gumukmas, dan Umbulsari); Distrik Wuluhan (Wuluhan, Ambulu, dan Balung). Secara geografis berbentuk dataran ngarai yang subur pada bagian Tengah dan Selatan, dikelilingi pegunungan yang memanjang sepanjang batas Utara dan Timur serta Samudra Indonesia sepanjang batas Selatan dengan Pulau Nusa Barong yang merupakan satu-satunya pulau yang ada di wilayah Kabupaten Jember. Ketinggian antara 0–3.330 M. Kabupaten Jember mempunyai banyak sungai/kali yang bermanfaat untuk pertanian. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Jember, dipisahkan gunung Raung Banyuwangi? Seperti disebut di atas, Jember berada di sebelah barat Banyuwangi di lereng sebelah barat gunung Raung. Pembangunan jalan darat dari wilayah Jember membuka isolasi wilayah Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah Jember, dipisahkan gunung Raung Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 04 Juni 2023

Sejarah Banyuwangi (23):Gilimanuk di Bali, Gili Lain Dimana?Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Banyuwangi Hubung Selat Bali


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Gili adalah pulau. Apakah Gilimanuk dulunya suatu pulaui? Apakah manuk di Bali artinya sama dengan sungai Tjimanoek di Indramajoe dan tanjung Manokwari di Papua. Mengapa Gilimanuk di Jembrana, Bali yang dipilih untuk menghubungkan pelabuhan Banyuwangi di pulau Jawa. Apakah itu jarak terpendek di selat Bali? Tentu saja tidak.


Pelabuhan Gilimanuk adalah sebuah pelabuhan feri di kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali yang menghubungkan Pulau Bali dengan Pulau Jawa via perhubungan laut (Selat Bali). Pelabuhan Gilimanuk berada dalam naungan dan pengelolaan dari ASDP Indonesia Ferry. Pelabuhan ini dipilih para wisatawan yang ingin menuju Pulau Jawa menggunakan jalur darat. Setiap harinya, ratusan perjalanan kapal feri melayani arus penumpang dan kendaraan dari dan ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Gilimanuk di Bali. Rata-rata durasi perjalanan yang diperlukan antara Gilimanuk-Ketapang atau sebaliknya dengan feri ini adalah sekitar 1 jam (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Gilimanuk di Bali, gili lainnya dimana? Seperti disebut di atas, di Gilmanuk dibangun pelabuhan untu menghubungkan pelabuhan Banyuwangi di Jawa. Dalam hal ini pelabuhan Gilimanuk dan pelabuhan Banyuwangi hubungkan selat Bali. Lalu bagaimana sejarah Gilimanuk di Bali, gili lainnya dimana? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (22): Panarukan Tempo Dulu, Era Situbondo di Panaroekan; Batavia Hingga Banjoewangi Hanya di Panaroekan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Dahulu lebih dikenal Panarukan, pada masa ini Situbondo. Mengapa? Panarukan di pantai, Situbondo di belakang pantai. Nama Panaroekan adalah nama kuno, nama yang mewakili wilayah kabupaten Situbondo yang sekarang. Pada awal Pemerintah Hindia Belanda rencana pembangunan trans-Java hanya sampai di Panaroekan. Mengapa tidak sampai ke Banjoewangi? Apakah karena ada gunung Baluran?


Panarukan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Situbondo. Kecamatan ini berjarak sekitar 8 Km dari ibu kota Kabupaten Situbondo ke arah barat. Pusat pemerintahannya berada di Desa Wringin Anom. Nama Panarukan yang dahulu dieja Panaroecan /Panarokkan dikenal terutama sebagai ujung timur Jalan Raya Pos atau Grote Postweg yang dibangun Gubernur Jenderal Daendels. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: di utara selat Madura, di timur kecamatan Mangaran, di selatan/barat kecamatan Kendit. Situbondo (Madura: Situbândâ) adalah sebuah wilayah kabupaten. Ibu kotanya adalah Kecamatan Situbondo. Situbondo mempunyai pelabuhan penumpang dan niaga bernama Pelabuhan Panarukan. Mayoritas penduduk suku Madura. Konon, Situbondo zaman dahulu suatu danau besar. Situbondo merupakan bagian dari konflik-konflik perebutan wilayah dan kekuasaan kerajaan Majapahit dengan kerajaan Blambangan, di daerah ini diyakini perang Paregreg sebagai kehancuran Majapahit terjadi. Pada mulanya nama kabupaten Situbondo adalah kabupaten Panarukan dengan ibu kota di Situbondo. Nama kabupaten diubah menjadi kabupaten pada tahun 1972. Kabupaten Situbondo berada pada ketinggian 0-1.250 M. Wilayah rata-rata di selatan barat seperti Jatibanteng dan Sumbermalang. Di wilayah utara terdapat Kecamatan Bungatan wilayah tertingginya 1.250 M. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Panarukan tempo doeloe, Panaroekan masa Situbondo? Seperti di sebut di atas, Panaroekan adalah nama kuno. Bahkan sudah dicatat di dalam teks Negarakerragama. Bagaimana dengan nama Situbondo. Dalam pembangunan jalan trans Java dari Batavia hingga Banjoewangi hanya di Panaroekan. Lalu bagaimana sejarah Panarukan tempo doeloe, Panaroekan masa Situbondo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 03 Juni 2023

Sejarah Banyuwangi (21): Sukaraja Tempo Doeloe, Kota Hilang Sejarah Banyuwangi? Soekaradja, Daerah Aliran Sungai Kali Saba


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Dimana itu kota Soekaradja tempo doeloe di wilayah Banyuwangi? Kota ini terbentuk di wilayah hulu daerah aliran sungai Kali Saba. Sementara itu di daerah aliran sungai Kali Klampok, di muara sungai terbentuk kota Banjoewangi. Dua kota ini kini telah menyatu sebagai kota Banyuwangi masa kini. Hanya nama Banyuwangi yang lestari sebagai nama kota.


Melihat Sejarah Penjara Soekaradja Banyuwangi. Kumparan.com. 14 September 2017. Pada masa jabatannya, Rasiden Letnan Clement de Harris (1788-1800) mempekerjakan para narapidana di perkebunan pribadinya di desa Sukaraja (utara Kota Banyuwangi). Mereka menanam merica dan kopi. Pada tahun 1803 Engelhard mengusulkan pengamanan narapidana kembali pengaturan lama. Tempat tahanan Soekowidi masih merupakan bagian dari Soekaraja. Di Soekowidi narapidanya hanya untuk menggarap sawah, sedangkan tempat tahanan BOMO untuk pembelian bambu. Sementara itu, perkebunan tersebut telah berubah menjadi hutan. Perkebunan dan pekerja narapidana ini mempunyai sejarah yang timpang. Pada zaman Culturstelsel di itu dikembangkan Kultur Nopal dengan pengelolaan Cochenille (serat nila). Pada tahun 1809 perkebunan itu diserahkan pada rakyat, terutama pada 200 KK yang pada tahun 1808 telah tiba dari Jembrana Bali. Mungkin mereka ini tergolong sebagai orang Blambangan dari generasi tua yang pada tahun 1772 menyingkir ke pulau Bali akibat kalah Perang Bayu. Pada tahun 1862 Sukaraja dijadikan perkebunan pemerintah, dan sifat sebagai tempat buangan narapidana dihapuskan.  (https://kumparan.com/)

Lantas bagaimana kota Soekaradja, kota yang hilang dari sejarah Banyuwangi? Seperti disebut di atas, dulu eksis kota Soekaradja seperti halnya kota Banjoewangi. Namun keduanya telah menyatu menjadi kota Banyuwangi. Kota Soekaradja ini bermula di daerah aliran sungai Saba. Lalu bagaimana kota Soekaradja, kota yang hilang dari sejarah Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (20): Kota Rogojampi di Wilayah Banyuwangi,Penting Karena Ada Keutamaan; Banjoewangi vs Rogodjampi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Di wilayah Banyuwangi seakan kota Banyuwangi menutupi nama-nama kota lainnya. Banyak kota-kota kecil di wilayah Banyuwangi dulunya sangat dikenal. Kota Rogojampi adalah salah satu kota penting tempo doeloe, tetapi kini hanya dianggap kota biasa-biasa saja. Hal itulah mengapa tidak ada narasi sejarah kota Rogojampi.


Rogojampi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan Rogojampi memiliki luas wilayah 48,43 Km2 yang dibagi ke 10 desa. Wilayah kecamatan ini dilewati oleh beberapa sungai seperti Sungai Binau, Sungai Tambong, Sungai Bomo, dan Sungai Lumbun. Ada 10 desa di kecamatan Rogojampi, yakni: Aliyan, Bubuk, Gitik, Gladag, Karangbendo, Kedaleman, Lemahbangdewo, Mangir, Pengatigan, Rogojampi. Kecamatan Rogojampi adalah kecamatan yang didapuk menjadi pusat agribisnis di Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan Rogojampi berbatasan dengan Selat Bali. Pantai yang sering dikunjungi adalah Pantai Blimbingsari. Kecamatan Rogojampi memiliki wilayah perkotaan yang cukup ramai. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kota Rogojampi di wilayah Banyuwangi, penting karena keutamaannya? Seperti disebut di atas, sejarah kota Rogojampi kurang atu boleh dikatakan tidak terinformasikan. Mengapa? Banjoewangi vs Rogodjampi. Lalu bagaimana sejarah kota Rogojampi di wilayah Banyuwangi, penting karena keutamaannya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 02 Juni 2023

Sejarah Banyuwangi (19): Kota Sempu di Wilayah Banyuwangi, Apa Ada Pentingnya? Daerah Aliran Sungai Setail Tempo Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Sempu di wilayah Banyuwangi? Nama Sempu juga ada di kabupaten Malang di pantai selatan, di Kediri. Apakah itu berkaitan? Sempu berada di daerah aliran sungai Setail di lereng gunung Rao, sementara pulau Sempu berada di pantai selatan Jawa. Lalu apakah kedua tempat itu hanya sekadar dihubungkan (lalu lintas) air? Itu satu hal. Hal lain dalam hal ini bagaimana sejarh Sempu di wilayah Banyuwangi.


Pada awalnya kecamatan Sempu saat ini merupakan sebuah desa yang berada di wilayah administrasi kecamatan Genteng tetapi pada tahun 1995 berdasarkan Peraturan pemerintah No.37 tahun 1995 dibentuklah sebuah kecamatan baru yaitu kecamatan Sempu yang wilayah/desa nya mengambil sebagian dari wilayah di kecamatan Genteng dan di kecamatan Singojuruh. Diawal pembentukanya kecamatan Sempu hanya mempunyai 5 desa, desa-desa tersebut adalah 4 desa yang sebelumnya berada di wilayah kecamatan Genteng, yaitu Desa Sempu, Desa Temuguruh, Desa Karangsari dan Desa Jambewangi serta 1 desa yang sebelumnya berada di wilayah kecamatan Singojuruh, yaitu desa Desa Gendoh. Pada saat pertama kali dibentuk pada tahun 1995, wilayah kecamatan Sempu hanya terdiri dari 5 desa, tetapi saat ini ada 7 desa di kecamatan Sempu: Gendoh, Temuguruh, Jambewangi, Karangsari, Sempu, Temuasri (pemekaran dari desa Temuguruh), Tegalarum (pemekaran dari desa Sempu). Wilayah kecamatan ini dilewati beberapa sungai yaitu Sungai Setail dan Sungai Gumarang (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kota Sempu di wilayah Banyuwangi? Seperti disebut di atas, Sempu di wilayah Banyuwangi hanya sebuah kota kecil (kota kecil). Apa pentingnya? Itu dia. Sempu berada di daerah aliran sungai Setail sejak tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah kota Sempu di wilayah Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (18): Kota Muncar di Wilayah Banyuwangi, Apa Keutamaannya? Teluk Blambangan dan Sungai Setail Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Muncar di wilayah Banyuwangi. Apa pentingnya? Nah, itu dia. Okelah, tidak apa. Tentu saja Muncar memiliki sejarahnya sendiri. Hanya saja selama ini kurang terinformasikan. Pada masa ini Muncar hanya dikenal sebagai pelabuhan perikanan. Sejarah Muncar haruslah dikaitkan dengan sejarah kerajaan Blambangan dan sungai Setail.


Muncar adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Di kecamatan Muncar ini terdapat pelabuhan ikan terbesar se-pulau Jawa yaitu Pelabuhan Muncar yang merupakan pelabuhan penghasil ikan laut terbesar kedua setelah Bagan Siapi-api. Kecamatan Muncar juga dikenal sebagai sentra penghasil buah semangka terutama di Desa Tembokrejo dan Desa Sumbersewu sedangkan tempat wisata yang paling populer dan masih alami di kecamatan Muncar adalah Teluk Biru. Desa/kelurahan yang terdapat di kecamatan ini adalah: Blambangan, Kedungrejo, Kedungringin, Kumendung, Sumberberas, Sumbersewu, Tambakrejo, Tapanrejo, Tembokrejo, Wringin Putih. Wilayah kecamatan ini dilewati oleh beberapa sungai seperti Sungai Binau, Sungai Bomo, dan Sungai Lumbun. Suku Bangsa yang mendiami Kecamatan Muncar adalah, Suku Osing, Jawa, Mandar, Bugis dan Madura (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Muncar di wilayah Banyuwangi, apa keutamaannya? Seperti disebut di atas, sejarah Muncar kurang terinformasikan. Fakta bahwa sejarah Muncar terkait dengan teluk Blambangan dan sungai Setail tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah Muncar di wilayah Banyuwangi, apa keutamaannya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 01 Juni 2023

Sejarah Banyuwangi (17): Kereta Api di Wilayah Banyuwangi, Mengapa Itu Penting? Jalur Bondowoso-Banyuwangi via Jember


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Penanda navigasi terpenting pembangunan jalur kereta api adalah pembangunan stasion. Stasion kereta api di Banyuwangi menjadi penting karena awalnya hanya satu jalan menuju kota Banyuwangi. Dalam pengembangan jaringan kereta api di pulau Jawa kemudian dikembangkan jalur Banyuwangi-Jember.


Stasiun Banyuwangi adalah stasiun kereta api nonaktif yang terletak di ibu kota Kabupaten Banyuwangi, tepatnya di Karangrejo, Banyuwangi. Stasiun yang terletak pada ketinggian +6 m ini termasuk dalam Wilayah Aset IX Jember. Stasiun ini dahulu merupakan stasiun kereta api yang letaknya paling timur di Jawa sebelum digantikan dengan Stasiun Banyuwangi Baru (sekarang Ketapang) pada tahun 1985, yang terletak 10 km dari kota ke arah utara, satu kompleks dengan Pelabuhan Ketapang. Meski demikian, Stasiun Banyuwangi Lama tetap masih beroperasi setelah Stasiun Banyuwangi Baru beroperasi, hingga akhirnya benar-benar dinonaktifkan pada tahun 1988. Sulit mengangkut hasil bumi dari wilayah Banyuwangi melalui pelabuhan pelabuhan ekspor di Panarukan. Banyuwangi merupakan daerah yang terisolasi dan dikurung oleh bukit-bukit terjal yang tidak bisa dilalui jalan desa maupun jalur pedati. SS menawarkan kereta api sebagai solusi dalam mengangkut hasil-hasil bumi. Jalur kereta api mulai terwujud dengan mulai dibangunnya jalur baru Kalisat–Banyuwangi mulai tahun 1897. Jalur ini dibangun membelah gunung, melintasi dua terowongan, serta memiliki jembatan yang cukup dalam di petak Garahan–Mrawan. Jalur ini dibuka penuh untuk layanan umum pada tanggal 2 Februari 1903 oleh SS. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kereta api di wilayah Banyuwangi, mengapa penting? Seperti disebut di atas, jalur kereta api menuju Banyuwangi penting, tetapi tidak mudah merealisasikannya. Jalur kereta api Bondowoso-Banyuwangi via Jember. Lalu bagaimana sejarah kereta api di wilayah Banyuwangi, mengapa penting? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (16): Pertanian dan Perkebunan di Wilayah Banyuwangi; Sejak Zaman Kuno Era Kerajaan Balambangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah pertanian di wilayah Banyuwangi? Kurang mendapat perhatian. Padahal wilayah Banyuwangi adalah wilayah zaman kuno yang unggul dalam produk-produk ekspor. Sejarah pertanian di wilayah Banyuwangi tampaknya hanya sebatas sejarah perkebunan yang dimulai pada era Pemerintah Hindia Belanda.


Bupati: Perkebunan Miliki Sejarah Panjang di Banyuwangi. Antara.com. Minggu, 4 Oktober 2015. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengemukakan bahwa kehidupan perkebunan memiliki akar sejarah yang sangat panjang di daerahnya. "Kehidupan perkebunan ini memiliki sejarah panjang dan telah menjadi bagian dari budaya Banyuwangi. Untuk itu kami masukkan agenda karena Banyuwangi Festival memang digelar untuk mengangkat tradisi dan budaya Banyuwangi," katanya saat membuka Banyuwangi Plantation Festival (BPF) di Banyuwangi. BPF itu menyuguhkan aneka hasil dan tradisi perkebunan di tengah perkebunan karet. Terasa sekali aroma perkebunan yang khas, yakni aroma getah karet, seduhan kopi dan coklat hangat yang baunya begitu menggoda. Anas mengatakan gelaran festival ini dirancang untuk mengangkat potensi perkebunan yang dimiliki Banyuwangi. Selain juga, untuk melestarikan budaya dan tradisi masyarakat yang hidup di perkebunan. Ia menjelaskan bahwa Banyuwangi memiliki areal perkebunan yang luasnya mencapai 82.143,63 hektare yang tersebar di beberapa wilayah. Komoditas kebunnya beragam mulai kopi, kelapa kopra, kelapa deres, tembakau, kakao, tebu, cengkeh, karet, vanili, abaca, kapas, dan kapuk randu. Sejumlah komoditas seperti kelapa kopra, vanili dan kopi bahkan telah diekspor ke beberapa negara. (https://jatim.antaranews.com/)

Lantas bagaimana sejarah pertanian dan perkebunan di wilayah Banyuwangi? Seperti disebut di atas, di wilayah Banyuwangi sejatinya memiliki sejarah pertanian yang panjang sejak masa lampau. Namun kurang terinformasikan. Bagaimana kesinambungan sejak zaman kuno hingga era masa kini? Lalu bagaimana sejarah pertanian dan perkebunan di wilayah Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 31 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (15):Pelabuhan di Kota Banyuwangi, Dimana Kapan? Pelabuhan Banjoewangi, Pelabuhan Boom, Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Ada yang menyebut Pelabuhan Boom sudah eksis sejak era Majapahit? Bagaimana bisa. Yang jelas pelabuhan tertua di wilayah Banyuwangi berada di Balambangan di daerah aliran sungai Blambangan (kini sungai Setail). Kota Banyuwangi sendiri adalah kota baru, tempat pemukiman baru yang terbentuk pada era VOC. Lalu apakah sudah adalah Pelabuhan Boom? Namun semua itu adalah prosesnya dari awal hingga era Pelabuhan Boom dan kini era Pelabuhan Ketapang.


Pelabuhan Ketapang adalah sebuah pelabuhan feri di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali via perhubungan laut (Selat Bali). Pelabuhan dapat dicapai dengan melewati Jalan Gatot Subroto. Pelabuhan Ketapang berada dalam naungan dan pengelolaan dari ASDP Indonesia Ferry. Pelabuhan ini dipilih para wisatawan yang ingin menuju Pulau Bali menggunakan jalur darat. Setiap harinya, ratusan perjalanan kapal feri melayani arus penumpang dan kendaraan dari dan ke Pulau Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk di Bali. Rata-rata durasi perjalanan yang diperlukan antara Ketapang - Gilimanuk atau sebaliknya dengan feri ini adalah sekitar 1 jam. Pelabuhan ini akan terintegrasi dengan Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi yang masih dalam tahapan perencanaan (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pelabuhan di kota Banyuwangi, dimana dan kapan? Seperti disebut di atas di wilayah Banyuwangi juga terdapat pelabuhan sejak masa lampau. Pelabuhan di Banyuwangi masa ke masa Pelabuhan Boom hingga pelabuhan masa kini di Ketapang. Lalu bagaimana sejarah pelabuhan di kota Banyuwangi, dimana dan kapan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 30 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (14): Jalan di Wilayah Banyuwangi, Antara Kota Balambangan dan Banjoewangi via Rogodjampi; Laut ke Darat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Tidak ada jalan darat pada peta-peta VOC di wilayah Banyuwangi. Hanya ada jalan air, melalui sungai (sungai Setail) dari laut ke kota Balambangan dan melalui laut sepanjang pantai timur (mulai muara sungai Balambangan/sungai Setail) dan pantai selatan (hingga teluk Gradjakan). Pembangunan jalan baru terjadi pada awal Pemerintah Hindia Belanda selama pendudukan Inggris. Era jalan darat dimulai.


Mengapa Ujung Jalan Raya Pos Daendels Tidak Berakhir di Banyuwangi? Kumparan.com. 23 Agustus 2017. Pembangunan jalan raya Pos ini adalah kebijakan Pemerintah Hindia Belanda (dilaksanakan Daendels) demi kelancaran mobilisasi pengangkutan kopi dari pulau Jawa serta memudahkan trasportasi sampai ke daerah-daerah pedalaman. Pada tanggal 5 Mei 1808, Daendels melakukan perjalanan dari Buitenzorg menuju Semarang dan terus sampai ke Jawa bagian timur. Pada awalnya, dari Anyer dan berakhir di Panarukan, namun kemudian diperpanjang hingga ke Banyuwangi. Tahun 1811 pembangunan jalan tahap kedua ini sampai ke Banyuwangi. Titik akhir jalan di ujung Timur sebenarnya bukan Panarukan, tapi di Banyuwangi. Kenapa tidak tertulis sampai di Banyuwangi? Jalan ke Banyuwangi terputus dari Sumberwaru hingga ke Bajulmati.  Dari Bajulmati, jalan baru dibangun dan diperlebar hingga ke Banyuwangi, seperti di peta 1815 - 1856.  Titik nol Jalan Groote Postweg ini, menurut data peta tahun 1815 di sekitar pendopo hingga kampong Klembon, kelurahan Singonegaran. Sedangkan titik nol bagian selatan berada di Sekitar Perliman Banyuwangi. Jalan ini tidak dibangun di masa Deandles. Pembangunan Jalan dari Genteng hingga ke Banyuwangi, titik nolnya berada di Perliman dan masih belum dibangun jalan ke Kumitir. (https://kumparan.com/banyuwangi_connect/)

Lantas bagaimana sejarah jalan di wilayah Banyuwangi, antara Balambangan dan Banjoewangi via Rogodjampi? Seperti disebut di atas jalan-jalan raya di wilayah Banyuwangi dapat dikatakan masih baru. Baru karena dimulai pada awal Pemerintah Hindia Belanda. Transportasi laut bergeser ke transportasi darat. Lalu bagaimana sejarah jalan di wilayah Banyuwangi, antara Balambangan dan Banjoewangi via Rogodjampi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 29 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (13): Agama Islam di Wilayah Banyuwangi; Masjid Baiturrahman, Masjid Tertua di Kota Banyuwangi (1773)?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini persentase penduduk di wilayah Banyuwangi beragama Islam sebesar 84,37 persen dari keseluruhan penduduk. Persentasi kedua adalah agama Hindu sebesar 13,23 persen. Gambaran seakan Banyuwangi dalam banyak hal begitu dekat dengan (pulau) Bali. Dalam sejarah agama, di wilayah Banyuwangi, seperti halnya di Jawa bagian lainnya, umumnya Hindu. Masuknya agama Islam ke Jawa juga pada akhirnya mencapai wilayah Banyuwangi (pada era VOC). Bagaimana dengan keberadaan masjid?


Masjid Baiturrahman Banyuwangi adalah sebuah masjid yang berada di Banyuwangi, kabupaten Banyuwangi. Latar belakang berdirinya masjid ini dimulai sejak tanggal 7 Desember 1773, hal ini berdasarkan data pada surat wakaf yang berupa denah gambar arsitektur masjid dari keluarga besar Raden Tumenggung Wiraguna I—Bupati pertama Banyuwangi. Masjid ini sejak awal pembangunan setidaknya mengalami beberapa renovasi, yakni pada tahun 1844, 1971, 1990, dan tahun 2005. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah agama Islam di wilayah Banyuwangi? Seperti disebut di atas, penyebaran agama Islam di wilayah Banyuwangi bermula pada era VOC. Salah satu penanda navigasi sejarah adalah keberadaan masjid. Pada masa ini masjid Baiturrahman di kota Banyuwangi disebut masjid tertua. Lalu bagaimana sejarah agama Islam di wilayah Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 28 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (12): Orang Osing di Wilayah Banyuwangi; Mix Population, Apa Masih Ada Penduduk Asli di Indonesia?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Bangsa adalah satu hal, suku bangsa lain lagi. Penduduk asli satu hal, mix population lain lagi. Seperti halnya orang Batak, orang Jawa, orang Tengger, orang Osing juga tidak dapat dikatakan suatu bangsa, tetapi dapat dikatakan orang asli yang mendiami suatu wilayah/kawasan tertentu. Orang asli dalam hal ini adalah populasi terdahulu yang masih eksis di suatu wilayah. Orang Osing adalah salah satu suku di Indonesia masa kini yang membentuk bangsa Indonesia.


Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi juga disebut sebagai Laros (Lare Osing) atau Wong Blambangan. Orang Osing menggunakan bahasa Osing. Pada awal terbentuknya masyarakat Osing kepercayaan utama suku Osing adalah Hindu-Buddha seperti halnya Majapahit. Namun berkembangnya kerajaan Islam di Pantura menyebabkan agama Islam dengan cepat menyebar di kalangan suku Osing. Masyarakat Osing mempunyai tradisi puputan, seperti halnya masyarakat Bali. Puputan adalah perang terakhir hingga darah penghabisan sebagai usaha terakhir mempertahankan diri terhadap serangan musuh yang lebih besar dan kuat. Tradisi ini pernah menyulut peperangan besar yang disebut Puputan Bayu pada tahun 1771. Suku Jawa Osing berada di kecamatan Songgon, Rogojampi, Blimbingsari, Singojuruh, Kabat, Licin, Giri, Glagah dan sebagian berada di kecamatan Banyuwangi, Kalipuro dan Sempu. Ada juga sekelompok kecil di kecamatan Srono, Cluring, Gambiran dan kecamatan Genteng. Orang Osing menyebut mereka dengan sebutan "Wong Osing" dengan "Tanah Blambangan". Suku Osing berbeda dengan suku Bali dalam hal stratifikasi sosial. Suku Osing tidak mengenal kasta. Kesenian suku Osing sangat unik seperti Gandrung, Patrol, Seblang, Angklung, Tari Barong, Kuntulan, Kendang Kempul, Janger, Jaranan, Jaran Kincak, Angklung Caruk dan Jedor. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Orang Osing di wilayah Banyuwangi? Seperti disebut di atas, penduduk asli di wilayah Banyuwangi adalah orang Osing. Penduduk mix population adalah warga Banyuwangi. Dalam hubungan ini apakah masih ada penduduk asli terawal di Indonesia? Lalu bagaimana sejarah Orang Osing di wilayah Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 27 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (11): Tanaman Lucu di Banyuwangi (Etlingera elatior):Kecombrang Siala Batak, Sekala Lampung, Honje Sunda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Mengapa lucu di Banyuwangi? Di wilayah bukan, tetapi honje di Sunda, kecombrang di Jawa dan siala di Batak. Seperti halnya orang Sunda, orang Jawa dan orang Batak serta sekala di Lampong, tanaman lucu dimanfaatkan oleh orang Osing. Buah lucu, honje, kecombrang dan siala yang berbentuk bijian termasuk rempah-rempah. Bunganya juga menjadi ragam sayuran yang membuat khas masakan gulai dan masakan sayuran. Apakah dalam hal ini tanaman lucu di wilayah orang Osing di Banyuwangi memiliki sejarahnya sendiri?


Lucu Nama Sambal ini Khas Banyuwangi. RadarBanyuwangi. 10 April 2023. Tak pelak, sambal kecombrang pun populer dengan sebutan sambel lucu di kalangan warga suku Oseng. Selain memanjakan lidah dan menyegarkan aroma masakan, ternyata kecombrang juga memberikan manfaat untuk kesehatan. Ini karena kecombrang mengandung antibakteri dan antioksidan. Sejatinya, kecombrang adalah tumbuhan berwarna merah yang termasuk dalam jenis rempah-rempah. Bagian bunga kecombrang yang masih kuncup, sering kali dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Terutama dalam beberapa menu kuliner berupa sambal. Selain itu, kecombrang kerap digunakan sebagai bauran bumbu penyedap pada menu makanan. Baik yang ditumis, maupun sayuran berkuah. Sama seperti kemangi, kecombrang juga memberikan sensasi aroma kuat yang segar pada masakan. Aroma segar ini bermanfaat untuk mengurangi anyir pada bahan makanan tertentu, seperti ikan atau seafood. Menurut Siti Suhaimah, 32, penjual makanan di Desa Karanganyar, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, masakan yang terbuat dari kecombrang cukup banyak diminati. Salah satunya yakni sambal kecombrang. Pada masakan tumis maupun berkuah pun, Siti bisa mencampurkan kecombrang untuk menambah cita rasa yang menggugah selera. ‘Berkat aromanya yang khas, sangat mudah untuk membedakan masakan yang menggunakan kecombrang dengan masakan lainnya’, ujarnya. (https://radarbanyuwangi.jawapos.com/)

Lantas bagaimana sejarah tanaman lucu di Banyuwangi (Etlingera elatior)? Seperti disebut di atas, tanaman lucu dimanfaatkan orang Osing sebagai rempah-rempah. Nama umum tanaman lucu adalah kecombrang yang mana disebut di siala Batak, sekala Lampung dan honje Sunda. Lalu bagaimana sejarah tanaman lucu di Banyuwangi (Etlingera elatior)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 26 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (10): Selat Bali, Tempo Dulu Nama Selat Blambangan; Keutamaan Navigasi Pelayaran Selat Bali-Selat Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Selat Bali di Banyuwangi. Tempo doeloe namanya selat Blambangan (straat van Balambangan). Itu semua berbeda situasi dan kondisi di kawasan selat. Sebagaimana penamaan nama geografis sejak awal kehadiran pelaut Eropa (Portugis/Belanda) ditentukan siapa dan darimana sumber diperoleh. Pada era VOC, sumber di Banyuwangi, tetapi kemudian sumber merujuk di Bali. Saat mana selat Blambangan bergeser menjadi nama Selat Bali, lalu selat Bali menjadi selat Lombok. Mengapa di dua selat di dua sisi pulau Bali ini penting dari masa ke masa.


Selat Bali adalah selat memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Selat Bali dihubungkan layanan kapal ferry dengan Pelabuhan Gilimanuk (Bali) dan Pelabuhan Ketapang (Jawa). Pelabuhan Ketapang di desa Ketapang, Kalipuro, Banyuwangi. Pelabuhan Gilimanuk pelabuhan feri di kelurahan Gilimanuk, Melaya, Jembranai. Dirut PT Pelindo III, mengatakan, proyek pelabuhan wisata ini akan dibangun di lahan seluas 44,2 hektar di Pantai Boom. Pelabuhan Marina di Pantai Boom ini akan terintegrasi Pelabuhan Benoa di Bali dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur. Pelabuhan Ikan Muncar. Pelabuhan rakyat ini berada di Muncar, Banyuwangi. Kawasan ini juga menjadi salah satu pusat pengalengan ikan terbesar setelah Bagansiapiapi di Rokan Hilir, Riau. Beberapa pantai di selat Bali di Banyuwangi seperti Pantai Watudodol, Pantai Boom, Pantai Cacalan, Pantai Solong, Pantai Cemara, Pulau Santen, Pantai Sobo, Pantai Kampe, Rumah Apung Bangsring, Pantai Blimbingsari, Pantai Muncar, Tanjung Sembulungan dan lainnya. Di sisi Bali ada Pulau Menjangan dan Pantai Gilimanuk. Selat Bali memiliki pemandangan bawah air yang indah. Oleh karena itu terdapat titik-titik dimana pemandangan tersebut bisa dinikmati seperti di Bangsring Underwater (Bunder) di desa Bangsring, Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan bagian dari Taman Nasional Bali Barat. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Selat Bali, tempo doeloe Selat Blambangan? Seperti disebut di atas, dari masa ke masa selat Balambangan/selat Bali begitu penting. Mengapa memiliki keutamaan navigasi pelayaran di Selat Bali dan Selat Lombok. Lalu bagaimana sejarah Selat Bali, tempo doeloe Selat Blambangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 25 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (9):P'gunungan Selatan di Wilayah Banyuwangi dan Pantai Selatan Jawa; G.Raung-Pantai Timur di Banyuwangi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Seandainya wilayan (daratan) Australia tidak dicaplok Inggris dari hak otoritas VOC/Belanda, boleh jadi pantai selatan Jawa tidak sesepi selarang. Nasib malang dialami pantai selatan Jawa. Di wilayah selatan pulau Jawa ini sudah sedari doeloe populasi penduduk di kawasan pegunungan selatan (pegunungan Kendeng) meramaikan navigasi pelayaran perdagangan. Bagian wilayah zaman kuno ini berada di wilayah Banyuwangi yang sekarang.


Gunung Betiri. Gunung Betiri adalah sebuah gunung yang berada di Provinsi Jawa Timur. Gunung Betiri merupakan salah satu puncak tertinggi di kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Gunung Betiri masih merupakan bagian dari rangkaian zona Pegunungan Selatan Jawa. Secara Administrasi, Gunung Betiri terletak di perbatasan dua kabupaten yakni Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. Di Kabupaten Banyuwangi gunung ini mencangkup Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggrahan, Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan di Kabupaten Jember meliputi Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember. Gunung Betiri memiliki ketinggian 1.233 meter di atas permukaan air laut Mdpl dengan ketinggian relative 1.215 Mdpl. Sejumlah Gunung disekitarnya adalah Gunung Betiri I (1.160 Mdpl), Gunung Betiri II (1.020 Mdpl) dan Gunung Butak (960 Mdpl). Sungai yang berhulu dari Gunung Betiri diantaranya Sungai Sanen, dan Sungai Sukamande. (https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/)

Lantas bagaimana sejarah Pegunungan Selatan di wilayah Banyuwangi dan Pantai Selatan Jawa? Seperti disebut di atas, pegunungan selatan Banywangi di pantai selatan Jawa kurang mendapat perhatian dalam sejarah Indonesia. Yang banyak ditulis adalah Gunung Raung dan Pantai Timur di Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah Pegunungan Selatan di wilayah Banyuwangi dan Pantai Selatan Jawa?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 24 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (8): Pulau di Wilayah Banyuwangi; Boom, Santen, Watulayar dan Tabuhan Serta Pulau di Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Adakah pulau di wilayah Banyuwangi? Tentu saja ada. Apa menariknya dalam sejarah Banyuwangi? Okelah satu hal. Di masa lampau ada pulau besar di Banyuwangi, namun kemudian menghilang. Mengapa? Apakah ada pulau baru yang terbentuk? Pulau Boom dan pulau Santen dekat kota Banyuwangi adalah peulau-pulau yang terbentuk baru. Disebut pada masa ini ada pulau-pulau di tengah laut antara lain pulau Tabuhan di utara dan pulau Watulayar di selatan. Tentu saja banyak pulau di kecamatan Pesanggrahan.


Pulau Tabuhan Banyuwangi: Pulau Kecil Tak Berpenghuni di Tengah Selat Bali. Wisata Pulau Tabuhan Banyuwangi, pulau Tabuhan merupakan pulau kecil yang kosong atau tidak berpenduduk dengan luas sekitar 5 hektar, lokasi pulau berada diantara Pulau Jawa dan Bali, ditengah selat Bali. Pulau Tabuhan meski kecil tapi memiliki pantai berpasir putih yang luas, kehidupan bawah lautnya yang menakjubkan, serta flora dan fauna yang cantik dan satu-satunya lokasi di Banyuwangi yang ideal untuk aktivitas Kiteboarding. Di tengah-tengah pulau terdapat pohon-pohon hijau yang subur dan dikelilingi dengan pasir berwarna putih. Selain itu, kejernihan air laut yang unik ini bergradasi seperti biru mudah dan hijau muda jika di lihat dari kejauhan. Berlokasi di kecamatan Wongsorejo Banyuwangi. Akses menuju wisata Pulau Tabuhan ini bisa ditempuh dengan menggunakan perahu. Dari arah pantai kampe di Wongsorejo maupun dari arah Watudodol di kecamatan Kalipuro. Untuk bisa menyeberangi pulau tabuhan dari arah Banyuwangi hanya butuh waktu hingga 45 menit dengan menggunakan perahu. Kedalaman laut mulai dari tiga meter sudah dapat melihat banyak biota laut yang cantik-cantik. Misalnya saja seperti ikan yang berwarna warni dan terumbu karang. (https://www.exploreijen.com/2021/)

Lantas bagaimana sejarah pulau-pulau di wilayah Banyuwangi? Seperti disebut di atas, di wilayah Banyuwangi ada pulau yang hilang dan ada pulau yang terbentuk baru. Pulau-pulau yang masih eksis di wilayah Banyuwangi antara lain Boom, Santen, Watulayar, Tabuhan dan pulau pulau di kecamatan Pesanggrahan. Lalu bagaimana sejarah pulau-pulau di wilayah Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 23 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (7): Dulu Semenanjung Blambangan dan Kini Taman Nasional Alas Purwo; Pulau Proa Doeloe, P. Jawa Meluas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Semenanjung Blambangan termasuk di dalamnya wilayah Taman Nasional Alas Purwo. Tempo doeloe hanya ada nama satu kampong di kawasan, kampong Proa. Apakah nama Proa kemudian menjadi Poerwo? Yang jelas nama semenanjung mengikuti nama ibu kota kerajaan Balambangan. Besar dugaan pulau Proa menyatu dengan daratan Jawa yang kemudian kini dikenal sebagai Semenanjung Blambangan.


Taman Nasional Alas Purwo terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, kabupaten Banyuwangi, di ujung paling timur Pulau Jawa, termasuk pesisir pantai selatan. Sebagai taman nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan 1992, seluas 43.320 ha, masuk dalam Semenanjung Blambangan. Ekosistem hutan hujan tropika hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau, hutan tanaman, hutan alam, dan padang rumput. Taman Nasional Alam Purwo tempat ritual Pagerwesi umat Hindu, berbatasan dengan Pulau Bali. Di dalamnya ada Pura Luhur Giri Salaka. Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Alas Purwo sangat tinggi. Juga terdapat jenis hewan banteng, kijang, rusa, lutung, kancil, macan tutul, anjing hutan dan kucing hutan. Di pesisir pantai dapat ditemukan empat jenis penyu. TN Alas Purwo beberapa zonasi: Inti; Rimba; Pemanfaatan; Penyangga. Wilayah sebelah barat curah hujan lebih tinggi. Secara umum kawasan topografi datar, bergelombang ringan sampai barat dengan puncak tertinggi gunung Lingga Manis (322 M). Hampir keseluruhan jenis tanah liat berpasir. Sungai di kawasan umumnya dangkal dan pendek, yang mengalir sepanjang tahun di bagian barat sungai Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kuncur, Gunung Kunci, Goa Basori, dan Sendang Srengenge. Masyarakat di sekitar kawasan bertani, buruh tani, dan nelayan (tinggal di wilayah Muncar), yang merupakan salah satu pelabuhan ikan terbesar di Jawa, dan di wilayah Grajagan. Mayoritas penduduk agama Islam, beragama Hindu terutama di desa Kedungasri dan desa Kalipait. Secara umum masyarakat sekitar TN Alas Purwo digolongkan sebagai masyarakat Jawa tradisional. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Semananjung Blambangan dan Taman Nasional Alas Purwo? Seperti disebut di atas taman nasional Alas Purwo kini kawasan yang menjadi ujung dari Semenanjung Blambangan. Suatu pulau Proa tempo doeloe yang menjadi satu bagian pulau Jawa semakin meluas. Lalu bagaimana sejarah Semananjung Blambangan dan Taman Nasional Alas Purwo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.