Kamis, 01 Juni 2023

Sejarah Banyuwangi (16): Pertanian dan Perkebunan di Wilayah Banyuwangi; Sejak Zaman Kuno Era Kerajaan Balambangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah pertanian di wilayah Banyuwangi? Kurang mendapat perhatian. Padahal wilayah Banyuwangi adalah wilayah zaman kuno yang unggul dalam produk-produk ekspor. Sejarah pertanian di wilayah Banyuwangi tampaknya hanya sebatas sejarah perkebunan yang dimulai pada era Pemerintah Hindia Belanda.


Bupati: Perkebunan Miliki Sejarah Panjang di Banyuwangi. Antara.com. Minggu, 4 Oktober 2015. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengemukakan bahwa kehidupan perkebunan memiliki akar sejarah yang sangat panjang di daerahnya. "Kehidupan perkebunan ini memiliki sejarah panjang dan telah menjadi bagian dari budaya Banyuwangi. Untuk itu kami masukkan agenda karena Banyuwangi Festival memang digelar untuk mengangkat tradisi dan budaya Banyuwangi," katanya saat membuka Banyuwangi Plantation Festival (BPF) di Banyuwangi. BPF itu menyuguhkan aneka hasil dan tradisi perkebunan di tengah perkebunan karet. Terasa sekali aroma perkebunan yang khas, yakni aroma getah karet, seduhan kopi dan coklat hangat yang baunya begitu menggoda. Anas mengatakan gelaran festival ini dirancang untuk mengangkat potensi perkebunan yang dimiliki Banyuwangi. Selain juga, untuk melestarikan budaya dan tradisi masyarakat yang hidup di perkebunan. Ia menjelaskan bahwa Banyuwangi memiliki areal perkebunan yang luasnya mencapai 82.143,63 hektare yang tersebar di beberapa wilayah. Komoditas kebunnya beragam mulai kopi, kelapa kopra, kelapa deres, tembakau, kakao, tebu, cengkeh, karet, vanili, abaca, kapas, dan kapuk randu. Sejumlah komoditas seperti kelapa kopra, vanili dan kopi bahkan telah diekspor ke beberapa negara. (https://jatim.antaranews.com/)

Lantas bagaimana sejarah pertanian dan perkebunan di wilayah Banyuwangi? Seperti disebut di atas, di wilayah Banyuwangi sejatinya memiliki sejarah pertanian yang panjang sejak masa lampau. Namun kurang terinformasikan. Bagaimana kesinambungan sejak zaman kuno hingga era masa kini? Lalu bagaimana sejarah pertanian dan perkebunan di wilayah Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pertanian dan Perkebunan di Wilayah Banyuwangi; Sejak Zaman Kuno Era Kerajaan Balambangan

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejak Zaman Kuno Era Kerajaan Balambangan: Apakah Hanya Unggul dalam Pertanian?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar