Tampilkan postingan dengan label Sejarah Madura. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Madura. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Desember 2022

Sejarah Madura (31): Mohamad Thabrani, WR Supratman, Parada Harahap; Kongres Pemuda 26, PPPKI 27, Indonesia Raya 28


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini   

Pada tahun 1926 ada tiga pemuda yang cukup menonjol di Batavia yakni Parada Harahap (pemimpin surat kabar Bintang Timoer), WR Supratman (editor kantor berita pribumi Alpena) dan WR Supratman (editor suratt kabar Hindia Baroe). Ketiganya terbilang progresif dan memiliki kecenderungan berpikir di bawah paying persatuan nasional. Mereka bertiga dalam hal yang berbeda berperan penting dalam terselenggaranya Kongres Pemuda 1926 (Mohamad Thabrani); terbentuknya Perhimpoenan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia /PPPKI (Parada Harahap); dan terbentunya lagu kebangsaan Indonesia Raya (WR Supratman).


Mohamad Tabrani atau Mohammad Tabrani Soerjowitjirto lahir di Pamekasan, 10 Oktober 1904. M. Tabrani boleh digolongkan sebagai wartawan dari angkatan tua sekaligus pelopor pemakaian bahasa Indonesia. Sepanjang pergerakan nasional Indonesia, nama M. Tabrani selalu tercatat. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh Jong Java dan pemimpin redaksi Harian Pemandangan pada periode Juli 1936 hingga Oktober 1940. Tabrani mengokuti pendidikan MULO dan OSVIA, Bandung. Minat jurnalistik Tabrani mncul ketika ia menamatkan OSVIA. Pada tahun 1925, Tabrani sudah memimpin harian Hindia Baroe. Sewaktu belajar di Eropa, di Universitas Köln (Universität zu Köln), dia membantu beberapa surat kabar di Indonesia pada periode 1926 hingga 1930. Pada waktu itu, masih jarang pemuda Indonesia menuntut pelajaran ilmu jurnalistik di luar negeri dan hanya beberapa orang seperti, Djamaluddin Adinegoro, Jusuf Jahja dan Tabrani (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Mohamad Thabrani, WR Supratman, Parada Harahap? Seperti disebut di atas mereka adalah tiga tokoh pemuda di Batavia yang cukup berperan dalam tiga hal yang berbeda tetapi saling berkaitan; Kongres Pemuda 1926, PPPKI 1927 dan lagu Indonesia Raya 1928. Lalu bagaimana sejarah Mohamad Thabrani, WR Supratman, Parada Harahap? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 11 Desember 2022

Sejarah Madura (30): Sarekat Madoera di Jawa; Awal Sejarah Organisasi Kebangsaan Indonesia Era Pemerintah Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Adakah organisasi kebangsaan (orang asal) Madura pada era Pemerintah Hindia Belanda? Tampaknya kurang terinformasikan. Salah satu yang terkenal di Jawa adalah organisasi kebangsaan Boedi Oetomo (didirikan di Batavia, 25 Medi 1908). Organisasi Boedi Oetomo dan organisasi kebangsaan Sarekat Madoera adalah dua diantara ratusan organisasi kebangsaan di (pulau) Jawa pada era Pemerintah Hindia. Kedalam daftar ini termasuk Sumatranen Bond dan Bataksche Bond.


Organisasi kebangsaan Indonesia pertama didirikan pada era Pemerintah Hindia Belanda adalah Medan Perdamaian di Padang pada tahun 1900. Organisasi kebangsaan ini didirikan atas dasar persatuan etnik untuk membangkitkan kesadaran berbangsa dan turut memperhatikan pembangunan (orang) pribumi dalam berbagai bidang, termasuk Pendidikan, pers dan pertanian. Organisasi ini diinisiasi ileh seorang pensiunan guru dan editor surat kabar berbahasa Melayu Pertja Barat, Dja Endar Moeda. Pada tahun 1902, Dja Endar Moeda sebagai ketua Medan Perdamaian memberikan sumbangan untuk peningkatan pendidikan di Semarang sebesar f14.000. Pada tahun 1908 tidak lama setelah pendirian Boedi Oetomo, di Belanda Soetan Casajangan menginisiasi organisasi kebangsaan yang diberi nama Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia). Soetan Casajangan adalah guru yang melanjutkan pendidikan tinggi di Belanda sejak 1905. Susunan penguru Indische Vereeniging adalah Soetan Casajangan sebagai ketua, Raden Soemitro sebagai sekretaris. Para komisioner adalah Hussein Djajadiningrat dan Raden Kartono (abang dari RA Kartini). Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda dan Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan adalah alumni sekolah guru (kweekschool) Padang Sidempoean.

Lantas bagaimana sejarah Sarekat Madoera di Jawa? Seperti disebut di atas, Sarekat Madoera adalah salah satu organisasi kebangsaan (Indonesia) yang didirikan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Sarekat Madoera adalah bagian dari sejarah organisasi-organisasi kebangsaan Indonesia era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah Sarekat Madoera di Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (29): Raden Majang Koro dan Pasukan Barisan Madoera; P. Koesoemo hingga Oerip Soemohardjo - AH Nasoetion


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Sejarah adalah narasi fakta dan data. Namun harus diingat sejarah terbagi ke dalam era yang berbeda-beda. Selama kehadiran Belanda bahkan dapat dibedakan era ekspedisi awal Belanda, era VOC, era Pemerintah Hindia Belanda (termasuk era pendudukan Inggris). Tentu saja ada era pendudukan Jepang dan era perang kemerdekaan dan terakhir era Republik Indonesia. Dalam konteks inilah kita membicarakan salah satu orang Madura yang menjadi perwira pada era Pemerintah Hindia Belanda adalah Raden Majang Koro. Dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia adalah satu rezim pemerintahan dan Pemerintah Hindia Belanda adalah rezim pendahulu. Seadainya Raden Majang Koro masih berkarir pada era perang kemerdekaan, Raden Majang Koro boleh jadi menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. Dalam hal inilah setiap era, interpretasi sejarah juga harusnya berbeda.


Siapa Raden Arya Omong Koro? (https://kumparan.com/). Ditilik dari berbagai dokumen sejarah berbahasa Belanda yang acap dipakai sejarawan Indonesia, seperti KITLV.nl, dan koran sezaman seperti Java Bode, tidak ada catatan terkait nama Raden Arya Omong Koro. Catatan tentang orang yang dimaksud dari pesan tersebut lebih tepat merujuk ke satu nama. Dia adalah Raden Arya Majang Koro, bukan Arya Omong Koro. “Di Bangkalan telah wafat Raden Majang Koro, pensiunan Kolonel dari Korps Barisan,” demikian tertulis di koran Java Bode edisi 23 Oktober 1906. Jadi tidak ada orang bernama Raden Arya Omong Koro. Kolonel Raden Ario Majang Koro adalah keturunan bangsawan dari Bangkalan. Ia lahir sekitar tahun 1832. Dalam ‘Onze vestiging in Atjeh’ karya G.F.W Borel, Majang Koro masuk ke dunia militer pada tanggal 15 Agustus 1848 sebagai sukarelawan tentara di Surabaya. Nama kelompok tentara itu Kaboen Surabaya. Kariernya di dunia kemiliteran terus menanjak. Dia dipromosikan menjadi kopral pada 16 Januari 1850 dan naik lagi menjadi sersan pada tanggal 25 Juni 1850. Pada tahun 1873, saat ia masih berpangkat mayor ia dikirim ke Aceh. Dalam “Perang Aceh dan Kisah Kegagalan Snouck Hurgronje” karya Paul t’Veer (1985) disebutkan ekspedisi pertama Aryo Majang Koro di Tanah Rencong dipimpin Mayor Jenderal JHR Kohler. Namun Kohler terbunuh pada 14 April 1873, tepat di depan Masjid Raya Aceh. “Sebagai mayor Korps Barisan, Majang Koro memimpin pasukan yang terdiri dari orang-orang Madura ke Aceh, pada 1873-1874,” demikian yang tertulis. Saat itu Majang Koro berhasil memukul mundur lawan. Ia kemudian mendapat penghargaan Ridder Willems-Orde dengan pangkat kolonel titurer. Majang Koro meninggal di Bangkalan pada tahun 1906.

Lantas bagaimana sejarah Raden Majang Koro dan pasukan Barisan Madoera? Seperti disebut di atas, Raden Majang Koro seorang perwira asal Madura pada era Pemerintah Hindia Belanda dengan pangkat terakhir Overste. Banyak perwira pribumi pada era Pemerintah Hindia Belanda termasuk (Majoor) Oerip Soemohardjo dan (Letnan) AH Nasoetion. Lalu bagaimana sejarah Raden Majang Koro dan pasukan Barisan Madoera? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 10 Desember 2022

Sejarah Madura (28): Zending di Madura, Apa Orang Madura Harus Islam? Zending di Tapanuli, Tidak Semua Orang Batak Islam


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini   

Pada era Pemerintah Hindia Belanda terbentu slogan orang Melayu adalah Islam, orang Minangkabau adalah Islam. Di wilayah Semenanjung Malaya sebaliknya semua orang beragama Islam adalah Melayu. Slogan ini tidak muncul di Jawa, di Sunda dan di Tapanuli. Bagaimana dengan di Bali? Seperti halnya di Tanah Melayu, apakah orang Madura harus Islam? Itu adalah satu hal. Dalam hal ini kita sedang mendeskripsikan (kegitan) zending di Tanah Madura. Agama adalah satu hal dan afiliasi kultural (etnik/suku) adalah hal lain lagi.


Kegiatan zending di Madura berawal abad ke-19 seorang penduduk pulau Jawa keturunan Madura, Tosari menjadi Kristen (1843). Tosari coba menyebarkan Kristen ke Madura, namun orang Madura tidak menerimanya. Beberapa tahun kemudian ia dijunjung tinggi sebagai salah seorang pendekar gereja Jawa, dengan nama kehormatan Kiyai Paulus Tosari. Salah seorang utusan misionaris dari negeri Belanda yang beroperasi di Jawa Timur pada masa Paulus Tosari adalah Samuel Harthoorn. Pada tahun 1864 Harthoorn dan istrinya mulai menetap di Pamekasan di Madura. Selama empat tahun di Madura usahanya gagal dan terhenti setelah terjadi tragedi tahun 1868. Ketika Pendeta Harthoorn sedang keluar kota, segerombolan orang Madura di Pamekasan mengepung rumahnya dan membunuh istrinya. Setelah peristiwa yang begitu mengerikan itu, Harthoorn hengkang membawa trauma dan dukanya meninggalkan Madura selama-lamanya. Selanjutnyua datang JP Esser, pendeta muda yang pandai, belajar teologia dan memperdalam bahasa Madura sampai mencapai gelar doctor dan memasuki pulau Madura 1880. Misinya gagal, dan menetap di Bondowoso, lalu pindah ke Sumberpakem, yang penduduknya banyak suku Madura dan Dr Esser membabtis seorang Madura, Ebing 23 Juli 1882. Dialah orang Madura pertama yang memeluk agama Kristen.  Pada tahun 1886, Dr. Esser menyelesaikan terjemahan seluruh Kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Madura namun tidak terbit karena Esser meninggal umur 37 tahun. Pada tahun 1889, seorang pendeta muda H van der Spiegel, berangkat ke Jawa Timur untuk meneruskan misi mendiang Esser yang kemudian sebuah tragedi terjadi di Madura, gereja Ebing dibakar massa. Lalu seorang rekan sekerja Spiegel, pendeta F Shelfhorst sejak tahun 1912 dan keluarganya tinggal di Kangean Madura. Usaha Shelfhorst gagal. Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Madura baru selesai 1994 oleh Cicilia Jeanne d’Arc Hasaniah Waluyo, dengan judul “Alketab E Dhalem Basa Madura (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah zending di Madura, apakah orang Madura harus Islam? Seperti disebut di atas kegiatan zending pernah di pulau Madura, tetapi dapat dikatakan terbilang gagal. Apakah ini juga karena ada slogan seperti di tempat lain, orang Madura harus Islam? Sementara itu zending di Tapanuli dapat dikatakan terbilang berhasil dan itu menyebabkan tidak semua orang Batak beragama Islam. Lalu bagaimana sejarah zending di Madura, apakah orang Madura harus Islam? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (27): Pasukan Madura Era Pemerintah HindiaBelanda;Pasukan Pribumi Pendukung Militer pada Era VOC/Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Jauh sebelum terbentuk pasukan Madura, sudah sejak era VOC/Belanda ada pasukan pribumi pendukung militer VOC. Pasukan pribumi ini antara lain berasal dari Ambonia, Ternate, Banda, Boeton, Makssar/Boegis. Sementara itu militer VOC didatangkan dari berbagai negara yang terikat kontrak seperti dari Belanda sendiri, Prancis dan Jerman. Pasukan pribumi yang berasal dari berbagai wilayah atas dasar inisiatif para pemimpin local atau didukung oleh para raja-raja. Pasukan Madura mulai muncul pada awal Pemerintah Hindia Belanda.


Korps Barisan Madura adalah satu kesatuan militer pada era Pemeirntah Hindia Belanda antara tahun 1831 dan 1929. Kesatuan ini terdiri dari orang suku Madura. Bangkalan adalah basis utama pasukan. Pada awalnya kesatuan ini di bentuk sebagai pembebasan pembayaran pajak oleh penguasa Madura kepada pemerintah kolonial. Perannya cukup dominan dalam setiap peperangan yang terjadi di Hindia. Ketika pemerintah kolonial Belanda berhasil mereorganisasi berbagai kerajaan di wilayah Madura, barisan ini tetap dipertahankan. Pada tahun 1891 ditetapkan sebagai Korps Barisan Madura di bawah kontrol langsung Pemerintah Hindia Belanda. Pada strata sosial militer pada saat itu, prajurit barisan dianggap sebagai abdi. Sedangkan jabatan perwira sampai letnan disebut mantri-mantri barisan. Untuk mantri akan mendapat imbalan desa percaton dengan tambahan keuntungan-keuntungan dari berbagai pelayanan tetap. Abdi barisan akan mendapat sawah percaton dan upah. Orang Madura meskipun agresif, tapi tidak senang berdinas militer seperti yang diharapkan Belanda. Perekrutan tentara kolonial banyak yang menemui jalan buntu meskipun telah diiming-imingi berbagai janji dan harta benda. Perbedaan yang mencolok antara barisan dan prajurit lain adalah boleh tinggal di rumah bersama keluarga dan kegiatan latihan pun tidak akan mengganggu kegiatan sehari-hari untuk bertani. Setelah barisan dibentuk pada tahun 1831, barisan menjadi tradisi mengakar pada tiga kerajaan dan dapat dijadikan sarana untuk melanggengkan kekuasaan bangsawan. Dalam barisan terdapat tiga korps atau kesatuan, yaitu korps barisan Sumenep, korps barisan Pamekasan, dan korps barisan Bangkalan. Ketiga barisan ini berada pada pengawasan langsung Gubernur Jawa Timur. Setiap korps terdiri dari infanteris yang dipimpin langsung oleh perwira Madura sendiri (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pasukan Madura era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, itu baru muncul pada awal era Pemerintah Hindia Belanda sebagai kelanjutan yang pernah ada sejak era VOC/Belanda. Semua itu muncul karena bersifat situasional. Lalu bagaimana sejarah pasukan Madura era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 09 Desember 2022

Sejarah Madura (26):Migrasi OrangMadura, Orang Madura Bermigrasi; Tuban, Surabaya dan Wilayah Tapal Kuda Timur Pulau Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Pada era Pemerintah Hindia Belanda dilakukan dua kali sensus. Hasil sensus pendudukan tahun 1920 (SP 1920) jumlah migran terbanyak di Jawa berasal dari Minahasa. Orang Batak berada di urutan kedelapan (868 jiwa). Dalam SP 1930 bagaimana migrasi orang Jawa dan orang Madura mengindikasikasi terdapat di banyak wilayah. Sejarah migrasi orang Madura sendiri sudah berlangsung lama, dimulau di wilayah pantai timur Jawa terutama di wilayah Soerabaja dan wilayah Tapal Kuda.


Migrasi Orang-Orang Madura Ke Jawa Timur Tahun 1870-1930. Andreas Kresnan Hadi (Skripsi 2016). Abstrak: Hubungan antara pelabuhan-pelabuhan di Madura dan kota-kota di pantai Jawa Timur membawa dampak besar bagi kedua belah pihak, khususnya masyarakat Madura. Dengan munculnya Undang-Undang Agraria pada tahun 1870, membuat Jawa Timur menjadi kawasan perkebunan yang besar. Serta membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar pula. Masyarakat Madura dengan geografis dan ekonominya yang buruk, tidak melewatkan kesempatan ini. Atas dasar faktor ekonomi sebagian besar masyarakat Madura bermigrasi ke wilayah Jawa Timur. Banyak yang menetap dan tinggal disana, namun ada pula yang tetap pulang ke Madura tiap bulannya. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui faktor penarik dan pendorong, serta dampaknya bagi orang Madura dan masyarakat asli Jawa Timur dari adanya migrasi orang-orang Madura ke Jawa Timur tahun 1870-1930. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis, dengan tahapan. heuristik pencarian sumber sejarah, kritik sumber, interpretasai penulisan sejarah. Faktor ekonomilah yang menjadi motivasi utama, ketika masyarakat Madura bermigrasi ke Jawa Timur. Banyaknya lahan-lahan perkebunan baru yang membutuhkan tenaga kerja, membuat peluang kerja mereka semakin besar, proses migrasi tersebut tejadi secara berantai. Dampak migrasi di daerah tujuan pada akhirnya menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk, bertambahnya tingkat kepadatan penduduk, perkembangan wilayah, diferensiasi sosial dan mobilitas sosial. (http://library.fis.uny.ac.id)

Lantas bagaimana sejarah migrasi orang Madura, orang Madura bermigrasi? Seperti disebut di atas, pada masa ini orang Madura terdapat di banyak tempat, tidak hanya di pulau Madura. Namun bagaimana orang Madura menyebar menjadi manarik dipelajari seperti di Tuban, Soerabaya dan timur Jawa di wilayah Tapal Kuda. Sejak kapan? Lalu bagaimana sejarah migrasi orang Madura, orang Madura bermigrasi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (25): Garam dan Industri Garam di Madura; Asam di Gunung Garam di Laut, Mangapa Ada Garam di Grobogan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Garam dan Industri Garam di Madura. Keren ya. Nah, itulah pulau Madura. Satu hal yang penting soal garam, karena menjadi sumber mineral yang esensial bagi tubuh dan garam itu banyak diproduksi di Madura. Kontribusi Madura soal garam sudah berlangsung sejak lama, dan begitu penting pada er Hindia Belanda. Hal yang lain soal garam adalah mengapa ada garam di pedalaman Jawa di Grobogan? Lalu pada era VOC/Belanda, di kampong saya di district Angkola di pedalaman Sumatra bagiuan utara (kini Tapanuli Selatan) garam dijadikan sebagai alat tukar (lihat Daghregister 3 Maret 1703). 


Kompas.com mengkompilasi dari beberapa sumber: Pulau Madura memiliki julukan Pulau Garam, karena penghasil garam terbesar di Indonesia. Semua kabupaten di Pulau Madura memiliki tambak garam, dengan proses penjemuran untuk memanen kristal garam sebelum diolah. Cara pengolahan garam rakyat dikenal dengan sebutan 'Madurese', cara orang Madura untuk membuat garam. Garam diambil mulai dari lapisan terbawah hingga atas, dan para petani garam secara tradisional memindahkan air laut antarmeja garam. Secara nasional Indonesia mencatat produksi garam sebanyak 1.020.925 ton. Sebanyak 372.728 disumbangkan dari Jawa Timur dimana Sumenep mencatat produksi garam sebanyak 126.662 ton. Capaian itu menjadi jumlah produksi garam terbesar di Jatim. Masih tahun 2017 Sumenep jadi produsen garam terbesar kedua di Tanah Air setelah Indramayu di urutan pertama produksi 167.930 ton. Sampang menghasilkan garam sebanyak 110.343 ton, Pamekasan 40.613 ton, dan Bangkalan sebanyak 3.352 ton. Salah satu keunikan Madura adalah pekatnya air laut di perairan sungai dan muara yang memiliki kandungan mineral garam tinggi. Hal ini disebabkan oleh tidak banyaknya sungai dan muara serta sumber air tawar di wilayah tersebut. Topografi yang relatif datar di sisi selatan juga memudahkan untuk membangun tambak garam. Selain itu Pulau Madura juga memiliki musim kering yang panjang antara 4 hingga 5 bulan yang memungkinkan petani garam mendapatkan hasil maksimal (ttps://surabaya.kompas.com/)

Lantas bagaimana sejarah garam dan industri garam di Madura? Seperti disebut di atas pulau Madura terkenal dengan garam karena produksi yang tinggi Produksi garam di Madura sudah sejak lama. Soal garam sesuai pepatah ‘asam di gunung dan garam di laut’. Namun pepatah itu tidak berlaku di tempat lain sebab ada sumber garam di Grobogan di pedalaman Jawa. Lalu bagaimana sejarah garam dan industri garam di Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 08 Desember 2022

Sejarah Madura (24): Selat Madura dan Ide Pembangunan Kanal Muara Sungai Solo di Sidajoe; Padi Sawah Jawa vs Garam Madura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Ada adagium pada era Pemerintah Hindia Belanda: Maluku masa lalu, Jawa, masa kini, Sumatra masa depan. Demikian juga di pulau Madura. Tempo doeloe pantai utara adalah pintu depan, kini pintu depan di pantai selatan. Garam di pantai selatan diperkaya dengan pembangunan pertanian di pantai utara. Namun itu tidak cukup. Semua karena kekurangan air, tetapi pantai timur Jawa kelebihan air, yang bahkan kerap terjadi bencana banjir. Dalam hal ini di wilayah muara sungai Solo dekat ke Madura dikembangkan untuk persawahan. Apa dampaknya bagi Madura?


Presiden RI Resmikan Bendungan Nipah di Madura. Dalam upaya meningkatkan produksi padi di wilayah Jawa Timur, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melaksanakan pembangunan Jaringan Irigasi Nipah yang terletak di Desa Tabanah, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang. Jaringan Irigasi Nipah direncanakan dapat mengairi areal persawahan seluas 1.150 Ha, dengan bangunan pengambilan utama dari Bendung Tebanah dan Bendung Montor. Jaringan irigasi ini terdiri dari 925 Ha sawah baru yang merupakan pengembangan sawah tadah hujan dan sisanya adalah Daerah Irigasi (DI) Montor seluas 225 Ha yang merupakan sawah eksisting. Sebenarnya, studi mengenai pembangunan Bendungan Nipah sudah dilakukan sejak tahun 1973, kemudian dimulai pembebasannya pada tahun 1982. Namun, di tahun 1993 terjadi kendala sosial pada pelaksanaan pembangunan Bendungan Nipah, sehingga pelaksanaannya sempat terhenti dan dilanjutkan kembali pada tahun 2004. Pembangunan Bendungan Nipah selesai pada tahun 2008, namun karena terkendala pembebasan lahan, proses pengisian baru dimulai pada tahun 2015. "Bendungan ini disiapkan untuk jangka panjang produksi pangan kita," kata Presiden Joko Widodo saat meresmikan pengoperasian Bendungan Nipah di Sampang, Madura, seperti dikutip dari keterangan tertulis Tim Komunikasi Presiden, Sabtu (19/3). Nantinya masih akan ada lagi pembangunan bendungan di beberapa tempat karena kita tahu nantinya dengan pertambahan penduduk dunia itu manusia akan rebutan dua hal, yaitu energi dan pangan. Karena kuncinya ada di air, jika air mencukupi maka pangan dan energi kita akan mecukupi hingga kedepannya, lanjut Presiden RI. Selain untuk mengairi DI, Bendung Nipah juga bermanfaat sebagai konservasi sumber daya air, dan perikanan darat. Presiden Joko Widodo mengatakan pentingnya koordinasi dan kerjasama yang baik antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah akan menghasilkan sinergi yang baik. Selain itu pendekatan kepada masyarakat adalah kunci untuk melancarkan pekerjaan pelaksanaan pembangunan (https://sda.pu.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah selat Madura dan pembangunan kanal muara sungai Solo di Sidajoe? Seperti disebut di atas, tanaman pangan khususnya beras, penduduk di pulau Madura tergantung dari (pulau) Jawa, sebaliknya garam Madura diekspor ke Jawa. Namun garam tidak pernah cukup dalam pembangunan, pertanian bagiamna? Pembangunan kanal muara sungai Solo memiliki dampak untuk pemenuhan pangan di Madura. Lalu bagaimana sejarah selat Madura dan pembangunan kanal muara sungai Solo di Sidajoe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (23): Pertanian di Madura Sejak Era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda;Asam di Bukit dan Garam di Pantai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Pepatah asam di gunung garam di laut di pulau Madura, dapat diartikan garam di pantai dan asam di bukit. Fakta bahwa di pulau Madura sejatinya tidak ada gunung, yang ada adalah bukit-bukit yang rendah. Namun pantai di pulau Madura sangat sesuai dengan produksi garam. Akan tetapi kita sedang membicarakan pertanian di pulau Madura, sejarah pertanian sejak era VOC/Belanda.

Sejarah Tembakau Masuk Madura di dalam disertasi Kuntowijoyo di Universitas Columbia, 1980 berjudul: "Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris Madura 1850-1940". Disebutkan di masa kejayaan tembakau, tiap selesai panen, dealer- dealer sepeda motor akan kehabisan stok karena diborong orang Madura. Tembakau di Madura erat kaitannya dengan tebu. Di masa lalu, tebu adalah simbol kapitalisme. Tahun 1870 jadi penanda masuknya kapitalisme di Indonesia. Di tahun itu, Pemerintah Hindia Belanda membuat beberapa peraturan baru yang mengubah Indonesia dari sistem jajahan ala VOC menjadi sebuah jajahan yang bersistem liberal. Perkebunan yang dulunya dimonopoli pemerintah, kini boleh diusahakan modal-modal swasta. Sistem kerja paksa dan rodi dihapus dan diganti dengan sistem kerja upah secara bebas. 'Mulai sejak itu mengalirlah modal-modal asing ke Indonesia, menggarap pertambangan, perkebunan dan pabrik-pabrik," "Walaupun pengusaha- pengusaha perkebunan tidak dapat memiliki tanah, namun mereka dapat dan berhak menyewa dari Pemerintah atau "Bumiputra”. Dan dengan kekuasaan uangnya mereka berhasil memaksa desa-desa menyewakan tanah-tanah desa dan biasanya dengan memberikan premi tertentu kepada kepala-kepala desa," Dokumen-dokumen Belanda menyebut tebu telah masuk ke Madura sejak 1835 atau 35 tahun sebelum tebu meluas di pulau Jawa. Tebu pertama diperkenalkan satu kongsi pengusaha dari Eropa. Ujicoba penanaman pertama di lahan-lahan milik Kerajaan Pamekasan dengan luas tak lebih dari 400 bau. Ketika sistem kerajaan di Madura dihapus oleh Hindia Belanda pada 1858, penanaman tebu dilanjutkan oleh pemerintah kolonial dan panennya terus meningkat hingga mencapai 10 ribu pikul pada 1860 (https://www.liputan6.com/regional/)

Lantas bagaimana sejarah pertanian di pulau Madura sejak era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, karakteristik alam di pulau Madura berbeda dengan di pantai timur pulau Jawa. Tentu saja pertanian ada di pulau Madura. Hanya saja pepatahnya menjadi asam di bukit, garam di pantai. Lalu bagaimana sejarah pertanian di pulau Madura sejak era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 07 Desember 2022

Sejarah Madura (22): Pendidikan di Pulau Madura, Sejak Kapan Bermula? Bagaimana Membaca Ulang Sejarah di Wilayah Madura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Bagaimana sejarah pendidikan di pulau Madura? Tampaknya kurang terinformasikan. Okelah, itu tujuan kita untuk mengetahui sejarah pendidikan di pulau Madura. Dalam hal ini pendidikan yang kita maksud adalah pendidikan modern dengan menggunakan aksara Latin. Introduksi pendidikan modern tersebut di pulau Madura baru terjadi pada era Pemerintah Hindia Belanda. Seperti di tempat lain pada masa yang sama, pendididikan dianggap sebagai bentuk upaya untuk mencerdaskan penduduk. Pada masa ini, pendidikan akan membantu untuk membaca ulang sejarah. Salah satu diantaranya sejarah pendidikan.


Membaca (Ulang) Sejarah Madura, dinarasasikan oleh AR Setiawan berdasarkan diskusi bersama Prof Dr Abdul Hadi WM. Beberapa kutipan sebagao berikut: beberapa konten kesejarahan dalam literasi yang tersedia ‘banyak bermasalah’...ada pembelokan yang secara substansi mengarah pada pembohongan sejarah…perlu dibaca dan dikonstruksi ulang dengan basis lintas keilmuan. Sejarah tidak bisa dipandang dari satu sisi ilmu sejarah saja. Unsur dan aspek kesejarahan perlu digali dari disiplin ilmu lainnya, seperti arkeologi, geografi, antropologi, ekonomi, hukum, termasuk sastra (bahasa, linguistik, dan filologi). Sebuah peristiwa di masa tertentu perlu dibaca secara komprehensif dari banyak sudut pandang… Madura, sebagai locus yang kerap terpinggirkan dari narasi besar…ada kekerabatan yang kuat antara manusia Madura dengan Jawa, Sunda, Blambangan, Bali, Bima, Melayu, Makassar hingga Aceh. Titik-titik persinggungan ini juga penting digali dan dipelajari. Untuk apa? Mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang asbabunnuzul tentang peristiwa, kejadian, dan tokoh yang membentuk kebudayaan Madura… Sebagaimana dimafhumi, sejarah yang dituliskan mayoritas adalah sejarah milik pemenang atau penguasa. Inilah pentingnya pembacaan kritis terhadap sejarah…Sejarah Madura, secara substansial sarat pertautan agama dan budaya (https://radarmadura.jawapos.com/sastra-budaya/07/08/2022/)

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di pulau Madura, sejak kapan bermula? Seperti disebut di atas, sejarah Pendidikan di pulau Madura kurang terinformasikan. Mengapa? Itu satu hal. Hal yang lebih penting sekarang adalah bagaimana membaca ulang sejarah di wilayah Madura khususunya dalam bidang Pendidikan. Lalu bagaimana sejarah pendidikan di pulau Madura, sejak kapan bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (21): Kesehatan di Wilayah Madura; Epidemi, Dokter Belanda, Sekolah Kedokteran dan Dokter Asal Pulau Madura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Apakah ada sejarah kesehatan di wilayah (pulau) Madura? Tampaknya tidak ada yang perduli sehingga sejarah Kesehatan di wilayah Madura kurang terinformasikan. Apa pentingnya sejarah Kesehatan di wilayah Madura? Seperti di wilayah lain, sejarah kesehatan menggambarkan bagaimana asal mula peningkatan status kesehatan, khususnya di pulau Madura sehingga penduduk di Madura sekarang menjadi lebih sehat dibandingkan masa lampau. Peran para dokter penting dalam mengatasi permasalahan awal kesehatan di Madura (epidemic). Salah satu diantara dokter tersebut adalah Dr Mohamad Anwar.


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Moh. Anwar Sumenep, Madura, Jawa Timur, merupakan rumah sakit satu-satunya milik Pemerintah Kabupaten Sumenep. Sebelum tahun 1973, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumenep menyatu dengan Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Sumenep. Ketika itu dinamakan Kantor Malaria, kantornya berada di Jl. Dr. Soetomo, Desa Pajagalan, Kecamatan Kota, Sumenep. Pada tahun 1980 dimulai pembangunan gedung baru Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumenep yang terletak di Jl. Dr. Cipto No. 42 Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep (di lokasi sekarang). Pada tahun 2005 terjadi perubahan nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumenep menjadi Rumah Sakit Daerah dr. H. Moh. Anwar. Nama Dr. H. Moh. Anwar mengambil nama dokter putra daerah yang pertama kali mendharma baktikan profesinya sebagai dokter di Kabupaten Sumenep
(https://faktualnews.co/2021/03/13/)

Lantas bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Madura? Seperti disebut di atas, sejarah kesehatan di wilayah Madura kurang terinformasikan. Dalam sejarah Kesehatan di wilayah Madura terutama di pulau Madura terkait dengan kehadiran dokter-dokter Belanda, terjadinya epedimik, dan keutamaan sekolah kedokteran dan dokter-dokter asal pulau Madura. Lalu bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 06 Desember 2022

Sejarah Madura (20): Aksara Pulau Madura, Bagaimana Awal Terbentuk Aksara Madura? Persebaran Aksara-Aksara Era Nusantara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Apakah ada aksara Madura? Yang jelas sudah ada penelitian tentang bahasa Madura. Disebutkan aksara Madura mirip aksara Jawa. Dalam aksara-aksara nusantara, para peneliti merujuk pada kebedaan aksara Pallawa di masa lampau. Di duga aksara asli Nusantara (seperti aksara Batak dan aksara Jawa) diturunkan dari aksara Pallawa. Pada zaman berikutnya muncul aksara Jawi (aksara Arab gundul). Sejak kehadiran orang Eropa (Portugis dan Belanda), diintroduksi aksara Latin (yang umum digunakan di Indonesia pada masa ini).

.

Abstrak: Dalam perkembangan kebudayaan suatu masyarakat, tulisan memainkan peranan yang penting sekall dalam sejarah kehidupan manusia, berkenaan dengan masalah kehidupan sehari-hari, sosial, politik, kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Salah satu suku bangsa di Nusantara yang masyarakatnya memiliki sistem tulisan adalah suku bangsa Madura. Masyarakat Madura menyebutnya dengan istilah carakan Madam atau aksara jaba. Disebut aksara jaba karena tulisan iniherasal dari luar Madura, yaitu Jawa. Secara fisik, bentuk maupun jumlah hurufnya memang mirip dengan tulisan Jawa, hanacaraka, hanya cara membacanya yang agak berbeda. Pada masa dahulu, aksara jaba bulcan saja digunakan sebagai sarana komunikasi melainkan juga sarana untuk menuangkan aspirasi keindahan. Sayang sekali, pada masa kini, tulisan Madura nyaris dilupakan oleh para pendukungnya, terutama generasi mudanya. Meskipun demikian, sebagai sarana sastra, fenomena tulisan Madura. di masa Ialu sampai sekarang rnasih dapat kita lihat buktinya, terabadikan dalam naskah-naskah kuno Madura. Sayang sekall, keterikatan orang pada tradisi lama seringkali menyebabkan munculnya pandangan khusus mengenai naskah-naskah lama tersebut, sehingga ada orang yang mengkultuskannya dan ada pula yang tidak memperdulikannya. Berkenaan dengan hal di atas, penelitian ini dilakukan. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana peranan tulisan Madura dalam masyarakat pendukungnya, dilihat dari fenomena rnasa lalu dan kini. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa orang Madura yang dapat membaca dan menulis aksara Jawa pada masa kini sudah sangat sedikit jurnlahnya, sedangkan naskah-naskahnya pun sekarang hanya dihargai sebagai benda keramat atau benda antik yang laku dijual (Aksara dan Naskah Madura: Peninggalan Budaya Nusantara, Titik Pudjiastuti dan Muhammad Fuad, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997).

Lantas bagaimana sejarah aksara di pulau Madura, bagaimana awal terbentuk aksara Madura? Seperti disebut di atas, aksara Madura mirip aksara Jawa dan untuk itu sudah ada penelitian tentang kebedaaan aksara Madura. Bagaimana dengan persebaran aksara-aksara di Nusantara? Lalu bagaimana sejarah aksara di pulau Madura, bagaimana awal terbentuk aksara Madura?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (19):Bahasa Madura Bahasa Asli Diantara Bahasa Melayu-Bahasa Jawa; Perbedaan Dialek Bahasa di Pulau Madura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini   

Bahasa adalah satu hal. Bagaimana bahasa terbentuk hal lain lagi. Lalu bagaimana sejarah bahasa Madura? Dalam hal ini bahasa Madura adalah bahasa yang umumnya digunakan di pulau Madura, dimana dialek Sumenep yang dijadikan acuan. Bahasa Madura, khususnya kosa kata memiliki banyak kemiripan dengan dengan bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Hal itu boleh jadi karena bahasa Melayu sebagai lingua franca (pulau Madura cukup terbuka) dan kedekatan pulau Madura dengan pulau Jawa.


Bahasa Madura adalah bahasa digunakan suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 8 juta orang, terutama di pulau Madura, Jawa Timur atau di wilayah disebut Tapal Kuda (Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi). Fonotaktik dalam bahasa Madura jauh lebih kompleks jika dibandingkan fonotaktik bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Melayu-Polinesia. Bahasa Madura memiliki asal usul erat dengan bahasa Jawa Kuno (mengingat dalam Kakawin Nagarakretagama pupuh 15). Bahasa Madura juga memiliki serapan dari bahasa Melayu sebagai sesama bangsa Austronesia, bahasa Arab, bahasa Tionghoa, dan beberapa bahasa lainnya. Bahasa Madura juga memiliki keterkaitan erat dengan Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Bahasa Bali mengingat masih merupakan satu komunitas budaya. Sebagian besar kata-kata dalam bahasa Madura berakar dari bahasa Melayu. Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di pulau Madura sendiri ada beberapa dialek seperti Bangkalan, Bawean (di pulau Bawean), Pamekasan, Sampang, Sapudi (di pulau Sapudi) dan Sumenep. Dialek yang dijadikan acuan bahasa Madura adalah dialek Sumenep. Di pesisir pulau Jawa, bercampur dengan bahasa Jawa, disebut bahasa Madura Pendalungan (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Madura, bahasa asli diantara bahasa Melayu dan bahasa Jawa? Seperti disebut di atas, bahasa Madura dianggap berbeda dengan bahasa Jawa, tetapi juga berbeda dengan bahasa Melayu. Satu yang jelas bahasa Madura memiliki perbedaan dialek bahasa di Pulau Madura. Lalu bagaimana sejarah bahasa Madura, bahasa asli diantara bahasa Melayu dan bahasa Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 05 Desember 2022

Sejarah Madura (18):Sungai-Sungai di Pulau Madura; Gunung-Gunung Rendah di Pulau Madura dan Geomorfologi Wilayah Madura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Sungai-sungai di pulau Madura? Tentu saja tidak dalam konteks membandingkan sunga-sungai yang panjang di wilayah Jawa Timur seperti sungai Solo dan sungai Surabaya dan sungai Brantas. Sungai-sungai besar di Jawa Timur berhulu di gunung-gunung tinggi seperti sungai Soerabaya yang berhulu di gunung Semeru. Di pulau Madura hanya gunung-gunung rendah (bukit) yang ditemukan, dimana sungai-sungai di pulau Madura berhulu. Jelas berbeda. Meski demikian, ada persamaannya. Seperti sungai-sungai di Jawa Timur, sungai-sungai di pulau Madura juga menyebabkan proses sedimentasi (terbentuknya daratan baru). Dalam hal ini kita sedang mendeskripsikan geomorfologis di pulau Madura.  


Daftar sungai di Madura semuanya berhulu di pegunungan kapur: Kali Baru, lintasan barat, laut Jawa,  melintasi Bangkalan; Kali Balige, selat Madura; Kali Klempes, selat Madura; Kali Lebak, lintasan barat, laut Jawa; Kali Pasian, selat Madura, melintasi Sumenep; Kali Pasongsongan, laut Jawa, melintasi Pasongsongan; Kali Sampang, selat Madura, melintasi Sampang; Kali Saroka, selat Madura, melintasi Saronggi; Kali Sedung, laut Jawa; Kali Semajul, selat Madura, melintasi Pamekasan; Kali Sumberbanger, laut Jawa; Kali Tambing, laut Jawa; Kali Temburu, laut Jawa, melintasi Tamberu. Kali Sampang mengalir dari utara ke selatan melintasi tiga kecamatan di Kabupaten Sampang termasuk Kota Sampang. Kali Sampang berhulu di selatan bukit Betating, desa Gunung Rancak, kecamatan Robatal dan bermuara di selat Madura, kecamatan Sampang. Sungai ini merupakan sungai utama di daerah aliran sungai (DAS) Kemuning atau kadang juga disebut DAS Bediyan seluas sekitar 382,304 km2 mencakup lima kecamatan yaitu Robatal, Karang Penang, Kedungdung, Omben dan Sampang. Sejumlah anak sungai yang bermuara ke Kali Sampang antara lain: sungai Gunungmaddah, Colak, Malaka, Bediyan, Lancaran, Batulebar, Lepelle, Arnih (Wikipedia). Sungai Sumber Pucung panjangnya 8.8 Km; Semajid (17 Km); Torbang (3.5 Km); Pengarengan (7.9 Km); Sampang (30 Km) dan sungai Sorokah (14 Km) (BPS Jawa Timur)

Lantas bagaimana sejarah sungai-sungai di pulau Madura? Seperti disebut di atas di pulau Madura terdapat beberapa sungai, namun sungainya tidak sepanjang sungai-sungai di pulau Jawa. Satu yang pasti gunung-gunung di pulau Madura rendah yang menyebabkan geomorfologi wilayah Madura berbeda dengan wilayah pulau Jawa. Lalu bagaimana sejarah sungai-sungai di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (17): Gunung Semeru dan Pulau Madura; Sejarah Letusan Gunung Api Pulau Jawa, Gempa Bumi Wilayah Madura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Hari kemarin, Minggu, 4 Desember 2022 terjadi erupsi gunung Semeru (awan panas, debu vulknaik dan guguran). Tidak ada gempa, tetapi erupsi tersebut pada hari ini diberitakan ada satu dusun yang telah tertimbun akibat dampak vulkanik Semeru. Belum lama ini telah terjadi gempa di Garut, yang mana sebelunya gempa terjadi di Cianjur. Dari semua itu kita hanya berharap kerugian menimal (benda dan jiwa). Sementara mengikuti perkembangan yang terjadi di gunung Semeru, mari kita mempelajari sejarah apakah ada kaitan letusan gunung api di wilayah Semeru dan gempa bumi (di daratan pulau Jawa) dengan situasi dan kondisi di wilayah (pulau) Madura.


Gunung Semeru adalah gunung berapi kerucut di Jawa Timur yang juga gunung tertinggi di pulau Jawa dengan puncaknya Mahameru, 3.676 M. Gunung Semeru berada di wilayah kabupaten Malang dan Lumajang. Catatan letusan pertama yang terekam 8 November 1818. Pada rentang 1829-1878 juga terjadi beberapa kali letusan hingga tahun 1913 tetapi tidak banyak informasi yang terdokumentasikan. Letusan pada abad ke-19 terjadi pada tahun 1829, 1830, 1832, 1836, 1838, 1842, 1844, 1845, 1848, 1851, 1856, 1857, 1860, 1864, 1867, 1872, 1877, dan 1878, 1884 1899. Pada 1941-1942, terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang. Leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Beberapa aktivitas vulkanik juga tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1961, 1963, 1967, 1969, 1972, 1990, 1992, 1994 Demikian seterusnya. Pada 1 Desember 2020, gunung Semeru mengalami letusan yang diikuti guguran awan panas dari puncak. Adapun jarak luncur guguran awan panas ini mencapai 2-11 kilometer. Tanggal 4 Desember 2021 pukul 15.10 WIB, gunung Semeru Meletus. Gempa vulkanik berkaitan dengan letusan, guguran dan hembusan asap kawah telah terjadi sebanyak 54 kali gempa letusan atau erupsi, 4 kali gempa guguran, dan 18 kali gempa hembusan. Pada 16 Desember 2021 tercatat pukul 23.00 WIB, gunung Semeru dinaikkan statusnya oleh PVMBG dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Hari kemarin Desember 2022 tercatat pukul 12.00 WIB, gunung Semeru dinaikkan statusnya dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah gunung Semeru dan pulau Madura? Seperti disebut di atas, gunung Semeru di timur pulau Jawa tidak jauh dari pulau Madura. Sejumlah gunung tinggi berdekatan dengan gunung Semeru dimana diantaranya masih banyak yang aktif termasuk gunung Semeru. Sementara itu di pulau Madura tidak ada gunung tinggi, tetapi kerap terjadi gempa. Apakah itu berkaitan? Lalu bagaimana sejarah gunung Semeru dan pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.