*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini
Pada tahun 1926 ada tiga pemuda yang cukup
menonjol di Batavia yakni Parada Harahap (pemimpin surat kabar Bintang Timoer),
WR Supratman (editor kantor berita pribumi Alpena) dan WR Supratman (editor
suratt kabar Hindia Baroe). Ketiganya terbilang progresif dan memiliki
kecenderungan berpikir di bawah paying persatuan nasional. Mereka bertiga dalam
hal yang berbeda berperan penting dalam terselenggaranya Kongres Pemuda 1926
(Mohamad Thabrani); terbentuknya Perhimpoenan Perhimpoenan-Perhimpoenan
Kebangsaan Indonesia /PPPKI (Parada Harahap); dan terbentunya lagu kebangsaan
Indonesia Raya (WR Supratman).
Mohamad Tabrani atau Mohammad Tabrani Soerjowitjirto lahir di Pamekasan, 10 Oktober 1904. M. Tabrani boleh digolongkan sebagai wartawan dari angkatan tua sekaligus pelopor pemakaian bahasa Indonesia. Sepanjang pergerakan nasional Indonesia, nama M. Tabrani selalu tercatat. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh Jong Java dan pemimpin redaksi Harian Pemandangan pada periode Juli 1936 hingga Oktober 1940. Tabrani mengokuti pendidikan MULO dan OSVIA, Bandung. Minat jurnalistik Tabrani mncul ketika ia menamatkan OSVIA. Pada tahun 1925, Tabrani sudah memimpin harian Hindia Baroe. Sewaktu belajar di Eropa, di Universitas Köln (Universität zu Köln), dia membantu beberapa surat kabar di Indonesia pada periode 1926 hingga 1930. Pada waktu itu, masih jarang pemuda Indonesia menuntut pelajaran ilmu jurnalistik di luar negeri dan hanya beberapa orang seperti, Djamaluddin Adinegoro, Jusuf Jahja dan Tabrani (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Mohamad Thabrani, WR Supratman, Parada Harahap? Seperti disebut di atas mereka adalah tiga tokoh pemuda di Batavia yang cukup berperan dalam tiga hal yang berbeda tetapi saling berkaitan; Kongres Pemuda 1926, PPPKI 1927 dan lagu Indonesia Raya 1928. Lalu bagaimana sejarah Mohamad Thabrani, WR Supratman, Parada Harahap? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.