Tampilkan postingan dengan label Sejarah Madura. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Madura. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Desember 2022

Sejarah Madura (45): Rd Ario Soerjowinoto gelar Rd Adipati Ario Tjakraningrat; Dinasti Tjakraningrat hingga (Wali) Negara Madura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Raden Ario Soerjowinoto bukan orang biasa. Raden Ario Soerjowinoto memiliki gelar tinggi di Madura, Raden Adipati Ario Tjakraningrat. Namun bagaimana perjalanan sejarahnya kurang terinformasikan. Mengapa? Apakah tidak ada yang tertarik menulisnya? Okelah itu satu hal. Dalam hal ini mari kita telusuri riwayat Raden Ario Soerjowinoto..


Cakraningrat (dulu Tjakraningrat) adalah nama gelar bangsawan di pulau Madura, yang disandang oleh satu garis keluarga pangeran, sultan, dan regent pada masa Pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1678. Garis tersebut dimulai dengan diangkatnya seorang pangeran Madura oleh Sultan Agung untuk memerintah keseluruhan pulau atas nama Mataram, berkedudukan di Sampang. Di awal abad ke-19, Daendels, kemudian Raffles, "menganak emaskan" wangsa Cakraningrat dengan memberi mereka gelar "Sultan", serta nama wangsa mendapat sisipan kata 'adi' (artinya unggul, besar) menjadi Cakraadiningrat. Namun, di paruh kedua abad ke-19, Belanda tidak memberi gelar tersebut lagi. Anggota keluarga Cakraningrat yang paling terkenal adalah: Adipati Cakraningrat I (bertahta 1624-1647); Vassal Mataram; Panembahan Cakraningrat II (bertahta 1647-1707); Panembahan Cakraningrat III (bertahta 1707-1718); Panembahan Cakraningrat IV (bertahta 1718-1746); Panembahan Cakraadiningrat V (bertahta 1745-1770); Panembahan Cakraadiningrat VI (bertahta 1770-1779); Sultan Cakraadiningrat I (atau Sultan Tjakraadiningrat I, bertahta 1780-1815); Sultan Cakraadiningrat II (atau Sultan Tjakraadiningrat II, bertahta 1815-1847); Panembahan Cakraadiningrat VII (bertahta 1847-1862); Panembahan Cakraadiningrat VIII (bertahta 1862-1882). Kemudian Kerajaan dibubarkan. Selanjutnya, Sampang dan Bangkalan dipisah masing-masing menjadi afdeeling tersendiri (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Raden Ario Soerjowinoto gelar Raden Adipati Ario Tjakraningrat? Seperti disebutkan di atas, meski sangat dikenal dan terkenal, narasi sejarahnya kurang terinformasikan. Raden Ario Soerjowinoto adalah berasal dari dinasti Tjakraningrat. Lalu bagaimana sejarah Raden Ario Soerjowinoto gelar Raden Adipati Ario Tjakraningrat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 18 Desember 2022

Sejarah Madura (44): Pulau Mandangin di Sampang, Madura; Bagaimana Pulau Pasir Putih di Pantai Selatan Pulau Madura?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Wilayah geografis pulau Madura masa kini berbeda dengan masa lampau. Dari empat penjuru mata angin seakan pulau Madura hanya memiliki pulau-pulau di pantai timur (wilayah kabupaten Sumenep). Dalam sejarahnya, dulu ada pulau di pantai barat tetapi telah menyatu dengan daratan, konon di pantai utara juga pernah ada pulau. Bagaimana dengan pantai selatan? Mengapa kini dikenal pulau Mandangin? 


Pulau Mandangin adalah nama desa dan juga nama pulau yang berada di kecamatan Sampang, kabupaten Sampang. Pulau Mandangin adalah salah satu tempat wisata di Sampang, dan dapat dijangkau dengan perahu bermotor dari pelabuhan Tanglok. Pulau Mandangin dikenal akan keindahan pasir putih, terumbu karang, dan kehidupan masyarakatnya yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Ada cerita dahulu seseorang yang bernama Bangsacara dibunuh di pulau ini oleh Bangsapati suruhan Raja Bidarba yang ingin merebut kembali Ragapatmi (mantan istrinya) yang sudah sembuh dari penyakit kulitnya yang mengerikan (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pulau Mandangin di wilayah Sampang, Madura? Seperti disebut pulau Mandangi sangat dikenal dan terkenal masa ini sebagai pulau pasir putih di pantai selatan pulau Madura. Akan tetapi mengapa pulau ini tidak dikenal? Lalu bagaimana sejarah pulau Mandangin di wilayah Sampang, Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (43): Nama Pulau Poteran di Madura; Nama-Nama Pulau di Sumenep Poteran versus Talango, Sapudi dan Raas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Ada nama desa di pulau (wilayah kecamatan) Raas, kabupaten Sumenep. Akan kita hanya berbicara tentang pulau Poteran di kabupaten Sumenep. Pulau Poteran yang dekat dengan kota Sumanep di Kalianget menjadi satu kecamatan (kecamataan Talango). Disebutkan pada masa ini di pulau Poteran, yang dihuni pepolasi penduduk Madura terdapat makam ulama asal Sulawesi Syekh Yusuf al-Makassari yang juga ditemukan di Afrika Selatan. Bagaimana bisa?


Poteran adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara pulau Madura. Secara administratif, pulau ini merupakan sebuah kecamatan tersendiri (yakni kecamatan Talango) dalam wilayah kabupaten Sumenep. Populasi penduduk pulau merupakan suku Madura. Pulau Puteran merupakan pulau yang secara geografis paling dekat dengan daratan pulau Madura dibandingkan dengan pulau-pulau lain dalam wilayah kabupaten Sumenep. Kecamatan Talango terdiri dari desa-desa Talango, Padike, Gapurana, Cabbiya, Essang, Palasa, Kombang, dan Poteran. Kantor kecamatan Talangi di desa Talango
(Wikipedia)..

Lantas bagaimana sejarah pulau Poteran di wilayah Sumenep, Madura? Seperti disebut di atas, ada nama desa Poetaran di pulau Raas dan ada nama desa Talango di pulau Poetaran. Pulau-pulau yang masuk wilayah Sumenep antara lain pulau Poteran, pulau Sapudi dan pulau Raas, tetapi di masa lampau yang ada adalah pulau Talangoe, pulau Sapoedi dan pulau Raas. Mengapa nama pulau Talangoe menjadi nama pulau Poteran? Lalu bagaimana sejarah pulau Poteran di wilayah Sumenep, Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 17 Desember 2022

Sejarah Madura (42): Ambunten di Pantai Utara Pulau Madura, Bagaimana Kisahnya? Geomorfologi Ambunten Antara Dua Sungai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Apakah ada sejarah Ambunten? Tentu saja ada, tetapi kurang terinformasikan. Bagaimana sejarahnya? Itu dia. Seperti halnya Sepulu, kota Ambunten berada di pantai utara Madura. Sejarah Ambunten boleh jadi sangat menarik. Bukan karena ada gugusan karang Karang Tangis dan goa Gambar. Yang kurang terperhatikan antara lain sungai Ambunten sendiri, Sungai Ambenten ini diduga yang menggarmabarkan geomorfologis wilayah dimana kemudian terbentuk kampong Ambunten (tidak jauh dari Karang Tangis).    


Ambunten adalah sebuah kecamatan di kabupaten Sumenep. Dahulu, dua desa di kecamatan Ambunten merupakan tempat kraton Sumenep yaitu di desa Kelesa dusun Mandaraja (Panembahan Mandaraja) dan di Desa Bukabu (Pangeran Bukabu). Di sebelah barat Pantai Ambunten tedapat gugusan karang yang berderet di sepanjang tepi pantai bersama pohon-pohon kelapa, gugusan karang ini oleh penduduk setempat dinamai Karang Tangis. Sementara Sungai Ambunten sering dijadikan sebagai pelabuhan perahu-perahu nelayan. Perahu-perahu nelayan diikatkan pada pohon-pohon kelapa yang berderat di tepi sungai, pada masing-maing pohon kelapa terdapat dermaga untuk jalan meniti yang terbuat dari sebilah atau dua bilah bambu yang diikat melintang di batang kelapa. Goa Gambar yang terletak di Desa Tambaagung Barat yang berbatasan dengan Desa Tambaagung Tengah. Ambunten dikenal sebagai sentra pembuatan terasi yang terletak di Kampung Pandeman Desa Ambunten Timur dan Desa Campor Barat. Kecamatan Ambunten sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa; sebelah selatan kecamatan Rubaru; sebelah timur dibatasi oleh kecamatan Dasuk; sebelah barat dibatasi kecamatan Pasongsongan. Kecamatan Ambunten terdiri dari desa-desa: Ambunten Barat, Ambunten Tengah, Ambunten Timur, Belluk Ares, Belluk Kenek, Belluk Raja, Bukabu, Campor Barat, Campor Timur, Keles, Sogian, Tambaagung Ares, Tambaagung Barat, Tambaagung Tengah, Tambaagung Timur (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Ambunten di pantai utara pulau Madura, bagaimana kisahnya? Seperti disebut di atas, Ambunten pada masa ini menjadi nama kecamatan di pantai utara Madura. Sejarahnya mungkin sangat menarik karena wilayah Ambunen secare geomorfologis berada diantara dua sungai. Lalu bagaimana sejarah Ambunten di pantai utara pulau Madura, bagaimana kisahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (41): Sepulu di Pantai Utara Madura; Sepoeloeh (1878) Sapoeloe (1885), Sapolo(1883) Sapoelo(1903) Sepoelo(1906)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe nama tempat adakalanya ditemukan dengan nama bilangan seperti pulau Dua (Bangka), pulau Seribu (Banten), pulau Sambilan (pantai timur Sumatra). Apakah dalam hal ini nama tempat Sepulu di pulau Madura (kini nama kecamatan) juga adalah nama bilangan? Yang jelas di dekat kota Bangkalan ada nama tempat disebut Sambilangan. Dalam bahasa Jawa, 'sapoelo' berarti (angka bilangan) 'sepuluh' (lihat Verhandelingen van het Bataviaasch genootschap, der konsten en weetenschappen, 1784). 


Sepulu, Bangkalan. Sepulu sebuah kecamatan di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Daerah ini terletak di Pulau Madura. Dari sejarahnya nama Sepulu ada dua versi, (1) Sepulu berasal dari 1 pulau kecil (se pulau) yang konon daerah ini jika air laut pasang maka membentuk pulau kecil sehingga masyarakat memberi nama Sepulau (Sepulu). (2) Sepulu berasal dari jumlah sumur-sumur yang dulunya dikeramatkan dan biasa dijadikan sumber air minum oleh masyarakat, rasanya enak dibandingkan sumber air lainnya, sepanjang tahun airnya takpernah kering. Sumur-sumur itu berjumlah 10 Sepuluh (Sepulu) sumur (sumber) sehingga kerena air merupakan sumber kehidupan manusia maka dinamakanlah desa tersebut Sepulu. Sampai saat ini sumur-sumur yang masih dijadikan sumber air minum sebagian masih ada dan difungsikan dengan baik. Kecamatan Sepulu terdiri dari desa-desa: Bangsereh, Banyior, Gangseyan, Genelap, Kelbung, Klabetan, Klapayan, Labuhan, Lembung Paseser, Maneron, Prancak, Saplasah, Sepulu, Tanagura Barat, Tanagura Timur (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Sepulu di pantai utara pulau Madura? Seperti disebut di atas nama tempat Sepulu adalah nama kecamatan pada masa kini di kabupaten Bangkalan. Namun kini namanya dipertanyakan apakah sepuluh atau sepulau. Soal nama dan pergeserannya ada sejarahnya: Sepoeloeh (1878); Sapolo (1883), Sapoeloe (1885), Sapoelo (1903), Sepoelo (1906). Lalu bagaimana sejarah Sepulu di pantai utara pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 16 Desember 2022

Sejarah Madura (40): Pulau Kangean di Laut Bali Wilayah Madura dan Penduduk Melting Pot; Pelabuhan Batuguluk dan Gua Arca


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Pulau Kangean jauh dari Pelabuhan Kalianget, Sumenep di pantai timur pulau Madura. Tapi jangan khawatir sangat mudah dijangkau dengan kapal menuju ke pelabuhan Batuguluk di pulau Kangean. Sebenarnya kemudahan ini tidak hanya sekarang, tetapi sejak zanman kuno. Mengapa? Karena pulau Kangean adalah penanda navigasi pelayaran penting di Laut Bali. Berbeda dengan situs Gua Arca yang dulu tidak dikenal tetapi kini gua alam di desa Daandung menjadi salah satu perhatian masa ini.


Pulau Kangean (Kangayan) adalah nama salah satu pulau dan merupakan pulau utama dalam wilayah gugusan pulau-pulau yang terletak di bagian utara Laut Bali, sebelah baratlaut Nusa Tenggara, sekitar 120 km (75 mi) di utara Bali, yang dikenali secara kolektif sebagai kepulauan Kangean. Pulau Kangean (dan wilayah kepulauan Kangean pada umumnya) secara administratif masih merupakan bagian dari Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Pulau Kangean dikelilingi oleh 90 pulau lainnya, dengan 27 pulau berpenghuni (total ada 118 pulau dalam kepulauan Kangean). Terlepas dari administrasi kabupaten, ibukota dari kepulauan Kangean adalah Arjasa, yang merupakan kecamatan terbesar yang terletak di belahan barat pulau Kangean. Kepulauan Kangean memiliki potensi sumber daya alam yang relatif besar, seperti produksi gas alam, jati, kelapa, dan garam. Secara demografi pulau terdiri dari orang/suku Kangean, Bajo, Bugis, Mandar, Chindo, Arab dan lainnya. Agama umumnya Islam dan bahasa Kangean (dominan) dan bahasa lainnya Bajo, Mandar dan Bugis (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pulau Kangean di laut Bali wilayah Madura dan penduduk melting pot? Seperti disebut di atas, pulau Kangean sudah dikenal sejak zaman kuno. Namun situs kuno yang terdapat di pulau yang dulu tidak dikenal kini menjadi penting. Ayo, ke pulau Kangean, dari pelabuhan Kalianget di Suemenep ke Pelabuhan Batuguluk di pulau. Lalu bagaimana sejarah pulau Kangean di wilayah Madura dan penduduk melting pot? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (39): Pulau Sapudi, Madura dan Gempa dari Masa ke Masa; Pelabuhan Sapudi di Gayam dan Pertanian Peternakan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Bagaimana sejarah (pulau) Sapudi?  Pada masa lampau terjadi gempa terjadi tahun 1891 terbilang gempa yang besar (disebut gempa yang menakutkan). Gempa yang terjadi lebih satu abad lalu terjadi lagi gempa pada tanggal 11 Oktober 2018. Apakah ada sejarah pertanian dan sejarah peternakan di pulau Sapudi? Pulau Sapudi tidak jauh dari Pelabuhan Kalianget, Sumenep.


Pulau Sapudi adalah pulau yang terletak di sebelah timur dari Pulau Madura, masuk kedalam wilayah Kabupaten Sumenep. Di antara gugusan pulau-pulau di sebelah timur Pulau Madura, Sapudi merupakan pulau dengan penduduk terbanyak. Pulau ini terbagi atas dua administrasi kecamatan, yakni Nonggunong di bagian utara, dan Gayam di bagian selatan. Dikisahkan dahulu pulau Sapudi bermakna "Pulau Sapi" karena jumlah sapi lebih banyak dari jumlah penduduknya. Dahulu Sapudi dipimpin raja beragama Hindu yang dianut mayoritas masyarakatnya. Sunan Wirokromo Blingi dan Sunan Wirobroto Nyamplong yang berasal dari Sumenep kemudian mengadakan perubahan di Pulau Sapudi, kedua Sunan juga mengadakan dakwah. Dakwah berlangsung memakai metode kesenian ludruk, terasa pada sejumlah nama desa yang diberi nama alat-alat musik ludruk, serupa desa Gendang, desa Tukong (dari kata "gong"), dan lain-lain. Instrumen-instrumen musik itu memberi arti bagi sejarah desa-desa tersebut. Sampai saat ini, makam dua sunan itu banyak didatangi penziarah. Makam keramat kedua sunan ini terletak di dua tempat terpisah yaitu, Sunan Wirokromo di desa Belingi, kecamatan Gayam dan Sunan Wirobroto di desa Nyamplong, kecamatan Gayam. Mayoritas dihuni oleh suku Madura dengan minoritas suku Bajo, Mandar, Bugis, dan Kangean. Bahasa utama yang dituturkan bahasa Sapudi dialek bahasa Madura dan juga bahasa Bajo dan Mandar. Pulau Sapudi terkenal dengan keunggulan "karapan sapi". Ternak sapi yang masih secara tradisional di Sapudi menjadi mata pencaharian bagi penduduk di pedesaan atau pedalaman. Sapi karapan di Pulau Sapudi sering menjuarai kemenangan dalam lomba karapan se Madura (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pulau Sapudi di wilayah Madura dan bencana gempa masa ke masa? Seperti disebut di atas, pulau Sapudi tidak jauh dari Pelabuhan Kalianget, Sumenep. Pulau Sapudi tidak hanya padat penduduk juga terkenal dengan peternakan sapi, Bagaimana dengan pertanian sendiri? Yang jelas sapi Sapudi unggul dalam karapan. Lalu bagaimana sejarah pulau Sapudi di wilayah Madura dan bencana gempa masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 15 Desember 2022

Sejarah Madura (38): China Town di Pulau Madura, Apa Benar Ada? Riwayat Pedagang Cina di Madura Sejak Era VOC/Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Di sejumlah kota di masa lampau ada kota Cina (China Town) seperti di Soerabaja dan Ampenan (Lombok). Apakah dalam hal ini di pulau Madura juga ada China Town? Tampaknya tidak terinformasikan. Namun apakah benar-benar ada China Town di pulau Madura? Sebab kehadiran orang Cina di pulau Madura sudah ada ejak era VOC/Belanda hingga era Pemerintah Hindia Belanda.   


Tionghoa Madura adalah orang-orang dengan etnis Tionghoa yang bertempat tinggal di Pulau Madura. Kedatangan Tionghoa ke pulau Madura dikaitkan dengan armada Tartar yang dikalahkan oleh Raden Wijaya dan juga pelarian dari Geger Pecinan (di Batavia) tahun 1740. Terdapat kemungkinan bahwa mereka juga adalah pedagang perantara yang sudah bermukim sejak zaman sebelum dinasti Ming. Di Pasongsongan, Sumenep, terdapat sebuah perkampungan yang didiami orang-orang Tionghoa Muslim yang diklaim sebagai keturunan Tionghoa yang masih termasuk santri Sunan Ampel di Ampel Surabaya (Wikipedia). Semenrtara dalam http://www.sumenepkab.go.id/ disebutkan di sebuah perkampungan yang dikenal dengan pemukiman Radin di desa Tamedung, kecamatan Batang-Batang, ada sebuah makam kuna. Berdasar inkripsi batu nisan, makam itu diidentifikasi sebagai makam Kiai Bein. “Menurut keterangan para sesepuh, Kiai Bein Seing ini adalah anak Kapitan Keng, dari Kerajaan Sriwijaya,” kata Abdul Warits, salah satu peminat sejarah yang berasal dari Tamedung. Dari batu nisan Kiai Bein Seing, tertulis masa hidup beliau hingga akhir hayatnya. Keterangan Warits, beliau lahir di tahun 1602, dan wafat di tanggal 20 Shafar 1793. Kisah hidup Kiai Bein Seing tidak ada tertulis. Disebut wilayah itu lokasi terdamparnya 6 tentara Tartar atau Mongol, salah satunya kakek Lau Piango, arsitek Masjid Jami’ dan Kraton di masa Panembahan Sumolo (1762-1811). Namun apakah itu benar, tidak bisa dipastikan, tambah Warits. Salah satu keturunan Kiai Bein Seing ada yang diperisteri satu ulama, diyakini sebagai waliyullah di Sumenep, yaitu Ju’ Nipa. “Keturunan beliau rata-rata dahulu dipanggil Radin atau Raden, karena konon Ju’ Nipa masih ada hubungan darah dengan keluarga kraton,” imbuh Warits..

Lantas bagaimana sejarah China Town di Pulau Madura? Seperti disebutkan di atas, di pulau Madura juga terdapat orang-orang Cina pada era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda. Apakah dalam hal ini ada kota Cina (China Town) di pulau Madura dan bagaimana riwayat kehadiran pedagang Cina di Madura sejak Era VOC/Belanda di pulau Madura. Lalu bagaimana sejarah China Town di Pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (37): Telekomunikasi Pulau Madura;Terbukanya Isolasi Wilayah Madura hingga Era Teknologi Informasi Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Bagaimana sejarah awal telekomunikasi di pulau Madura? Kita tidak sedang membicarakan telekomunikasi jarak pendek seperti tatap muka dalam menyampaikan pesan (message) dari sumber (source) ke penerima pesan (receiver). Akan tetapi memahami pesan-pesan (data dan informasi) pada era Pemerintah Hindia Belanda di pulau Madura melalui teknologi (alat) komunikasi yang baru telegraaf (channel). Teknologi telegraf inilah bersama teknologi radio yang kemudian mendasari kemajukan teknlogi kumunikasi yang lebih baru telepon termasuk di wilayah pulau Madura.    


Mengenal 11 Alat Komunikasi Tradisional Berdasarkan Sejarah. Oleh Dwi Latifatul Fajri 8 Oktober 2021. Komunikasi tradisional secara umum menekankan pada proses penyampaian pesan dari berbagai media dan sifatnya sederhana. Media komunikasi ini membantu kelangsungan hidup manusia. Bentuk-bentuk komunikasi tradisional berupa lambang isyarat, simbol, bunyi-bunyian, dan gerakan. Meski terlihat sederhana tetapi alat ini bisa memperlancar kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Alat komunikasi tradisional digunakan manusia ratusan tahun lalu. Seiring berjalannya waktu, alat komunikasi semakin berkembang dan lebih modern. Contoh alat komunikasi tradisional yaitu surat, lukisan, prasasti, kentongan, dan masih banyak lagi. Alat komunikasi tradisional adalah proses penyampaian pesan dari pihak satu ke pihak lain memakai media tradisional, sebelum berkembangnya teknologi. Di Indonesia komunikasi tradisional ini menjadi bagian dari tradisi, upacara keagamaan, peraturan, dan sistem yang berlaku di masyarakat. Perbedaan alat komunikasi tradisional dan modern terletak pada jumlah audiens yang menerima pesan dari alat komunikasi. Pada komunikasi modern, audiens bisa berpartisipasi dalam konten media. Sedangkan media massa tradisional memiliki keterbatasan dalam pengiriman pesan dan jumlah audiens. Contoh media massa modern seperti internet, blog, e-mail, dan sosial media. Peran komunikasi tradisional yaitu: mempercepat persahabatan dan kerja sama, mendorong manusia untuk bekerja dan menjaga keharmonisan, memberi rasa keterikatan dan dipakai untuk mengambail keputusan Bersama. Berdasarkan buku Dunia Komunikasi dan Gadget karya Syerif Nurhakim, bentuk media alat komunikasi tradisional terbagi ke dalam beberapa bentuk, yaitu: 1. Kentungan, 2. Cerita rakyat, 3. Seni drama tari (Sendratari, 4. Wayang, 5. Asap, 6. Lukisan purba, 7. Prasasti 8. Daun Lontar, 9. Surat Kabar, 10. Kantor Pos, 11. Telegraf (https://katadata.co.id/).

Lantas bagaimana sejarah telekomunikasi di pulau Madura? Seperti disebut di atas, berbagai macam alat komunikasi yang digunakan di pulau Madura hingga penggunakan teknologi komunikasi telegraaf, yang dimulai sejak terbukanya isolasi wilayah Madura hingga teknologi informasi masa kini. Lalu bagaimana sejarah telekomunikasi di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 14 Desember 2022

Sejarah Madura (36): Lapangan Terbang di Pulau Madura, Bermula di Gili Anyar, Kini di Sumenep (Surabaya, Denpasar, Mataram)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Apakah ada sejarah lapangan terbang di pulau Madura? Yang terinformasikan adalah lapangan terbang di Sumenep yang dibangun pada tahun 1970an. Lapangan terbang di Sumenep diberi nama bandara (bandar udara) Trunojoyo. Lapangan terbang Sumenep ini hingga kini masih eksis. Dalam, hubungan sejarah lapangan terbang di pulau Madura, apakah pernah eksis lapangan terbang pada era Pemerintah Hindia Belanda dan selama pendudukan Jepang?


Bandar Udara Trunojoyo adalah bandar udara yang terletak di kabupaten Sumenep, memiliki landasan pacu 1.600 M dan akan diperluas menjadi panjang 2.500 M dan lebar 45 meter. Bandara Trunojoyo sendiri dibangun pada tahun 1970an. Bandara Trunojoyo mengalami era keemasan pada awal-awal pembangunannya diawali dengan penerbangan secara langsung jemaah haji Sumenep ke Surabaya. Hingga Bulan Juni 2016 Bandara Trunojoyo yang dikelola Kementerian Perhubungan dengan kepanjangan tangannya yaitu Kantor UPBU (Unit Penyelenggara Bandar Udara) Kelas III Trunojoyo - Sumenep melayani penerbangan perintis PT Airfast Indonesia dan 3 sekolah penerbangan, yaitu Merpati Pilot School, Trans Asia Pacific Aviation Training, dan Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi atau Loka Banyuwangi. Pada tahun 2011, sempat direncanakan adanya perubahan nama Bandar Udara Trunojoyo menjadi Bandar Udara Sultan Abdurrahman. Alasannya tak lain karena adanya ikatan psikologis masyarakat Sumenep dengan rajanya terdahulu, selain untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa Sumenep pada waktu dulu dipimpin oleh seorang raja yang sangat bijaksana dan dicintai oleh rakyatnya. Pada tanggal 27 september 2017 telah dibuka penerbangan komersial perdana maskapai Wings Air, melayani rute Sumenep-Surabaya PP. Untuk penerbangan domestik ke seluruh Indonesia bisa dilayani dari bandara ini dengan layanan transit di bandara Juanda Surabaya
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah lapangan terbang di pulau Madura, bermula di Gili Anyar, Kamal? Seperti disebut lapangan terbang di pulau Madura hanya terinformasikan lapangan terbang di Sumenep. Sejak era Pemerintah Hindia Belanda ada empat kota penting yang menjadi ibu kota afdeeling. Kota-kota terdekat dari pulau Madura dimana terdapat lapangan terbang pada era Pemerintah Hindia Belanda adalah Surabaya, Denpasar dan Mataram. Lalu bagaimana sejarah lapangan terbang di pulau Madura, bermula di Gili Anyar, Kamal? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (35): Kereta Api di Pulau Madura; Sejarah Perkeretaapian di Pulau Jawa di Pulau Bali dan Pulau Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Apakah ada jalur kereta api di pulau Madura saat ini? Tidak ada lagi, tetapi pernah eksis di masa lampau pada era Pemerintah Hindia Belanda. Namun sejarah tetaplah sejarah. Dalam hal inilah sejarah perkeretaapian di Madura adalah bagian tidak terpisahkan dari sejarah Madura. Ke depan tampaknya jalur kereta api di pulau Madura adakan diaktifkan/dioperasikan Kembali.


Jalur kereta api lintas Madura pernah melayani rute pulau Madura. Jalur ini memiliki panjang 225 Km. Jalur ini di bawah Madoera Stoomtram Maatschappij (MdrSM) sejak 1897. Sejak dibangunnya jalur kereta api melalui Sukolilo pada 1913, lalu dibuat stasiun Kamal dan Stasiun Kalianget, sedangkan Stasiun Kwanyar merupakan stasiun cabang untuk menunjang jalur ini. MdrSM juga melayani transportasi antarmoda lanjutan bersama Staatsspoorwegen, seperti penyeberangan kapal feri Kalianget–Panarukan maupun Kamal–Surabaya untuk menunjang pelayanan kereta api. Dalam Buku Jarak oleh DKA 1950, jalur kereta api ruas Bangkalan–Kwanyar dan Pamekasan–Kalianget tidak tercatat, sementara ruas Kamal–Pamekasan dan Kamal–Bangkalan tercatat. Hal ini kemungkinan terjadi karena jalur kereta api ruas Bangkalan–Kwanyar dan Pamekasan–Kalianget mengalami pembongkaran pada masa pendudukan Jepang untuk kepentingan perang. Selanjutnya, Rikuyu Sokyuku membuat jalur percabangan dari Stasiun Telang menuju Stasiun Sukolilobaru agar langsung tersambung ke Pamekasan, karena daerah Batuporon—suatu daerah yang dilalui jalur kereta api lintas Kamal–Sukolilo—merupakan kawasan militer, sehingga jalur kereta api ruas Kamal–Sukolilo–Kwanyar ditutup karena kalah bersaing dengan mobil. PJKA akhirnya menutup jalur ini pada tahun 1984. Berdasarkan Perpres No. 80 Tahun 2019, jalur kereta api akan diaktifkan Kembali khususnya dari Kamal–Sumenep (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kereta api di pulau Madura? Seperti disebut di atas pulau Madura juga memiliki sejarah perkeretaapian namun secara spesifik kurang terinformasikan. Sejarah perkeretapian di pulau terkait dengan perkeretaapian di seluruh Hindia Belanda tetapi secara teknis terkait dengan pengembangan di pulau Jawa, pulau Bali dan pulau Lombok. Lanlu bagaimana sejarah kereta api di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 13 Desember 2022

Sejarah Madura (34): Pelabuhan di Pulau Madura; Pelabuhan Arosbaja Sejak Portugis hingga Pelabuhan Kamal Era HindiaBelanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Apakah ada narasi sejarah pelabuhan di pulau Madura? Tampaknya kurang terinformasikan. Yang kerap disebut adalah pelabuhan Kamal di pantai barat Madura (wilayah Bangkalan) dan pelabuhan Kalianget di pantai utara Madura (wilayah Sumenep). Bagaimana dengan dengan pantai utara dan pantai selatan? Dalam hal ini secara khusus di wilayah Sampang dan wilayah Pamekasan?


Pelabuhan Kalianget merupakan pintu gerbang perekonomian Madura Timur, dan satu-satunya yang menghubungkan wilayah daratan Sumenep dengan wilayah pulau-pulau yang ada di sekitarnya, seperti Pulau Kangean, Pulau Sapudi, Sapeken, dan beberapa daerah di Jawa. Pelabuhan Kalianget menjadi pelabuhan tertua kedua di Sumenep, setelah pelabuhan Kertasada, Marengan. Pelabuhan ini dibangun sejak masa kolonial Hindia Belanda. Dulu, pelabuhan ini berfungsi sebagai sarana transportasi penting bagi industri garam di Pulau Madura. Saat ini, selain melayani distribusi PN Garam, juga sebagai sarana transportasi antar pulau di ujung timur Sumenep dan sebagian Pulau Jawa. Pelabuhan Kalianget dibagi menjadi dua, di sisi selatan untuk kegiatan umum, yaitu diperuntukkan sebagai pelabuhan penyeberangan penumpang. Sedang di sebelah utara secara khusus digunakan oleh PT. GARAM untuk mengirimkan produk garam ke kota-kota lain dan pulau-pulau di Indonesia (https://pelindo.co.id/)

Lantas bagaimana sejarah pelabuhan di Pulau Madura? Seperti disebut di atas kini terdapat sejumlah pelabuhan di pulau Madura antara lain pelabuhan Kamal dan pelabuhan Kalianget. Sebagai sebuah pulau yang terbuka pulau Madura menjadi tujuan navigasi pelayaran sejak zaman doeloe sejak pelabuhan Arosbaja era Portugis hingga pelabuhan Kamal era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah pelabuhan di Pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (33):Jalan di Pulau Madura; Trans-JAVA Daendels Batavia-Panaroekan via Sidajoe, Greesik, Soerabaja, Pasoeroean


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini

Apa pentingnya sejarah jalan? Apakah sepenting sejarah pelabuhan? Kurang lebih sama. Sejak zaman kuno untuk mencapai pedalaman dari pantai (dan sebaliknya) fungsi jalan terbentuk. Sesuai perkembangan jaman, jalan-jalan yang ada awalnya jalan setapak untuk pejalan kaki maupun jalan pengendara kuda. Lalu jalan semakin diperlebar seiring dengan penggunaan gerobak (yang ditarik kuda, sapi atau kerbau). Jalan-jalan rintisan ini yang kemudian sebagian besar ditingkatkan pada era Pemerintah Hindia Belanda dan menjadi jalan raya yang sekarang. 


Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) disebut juga Jalan Daendels, adalah sebuah jalan pos sepanjang 1.000 kilometer (620 mi) di Jawa yang membentang dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Jalan ini dibangun atas perintah dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-36, Herman Willem Daendels (m. 1808-1811) sebagai salah satu langkahnya dalam memodernisasi Jawa terutama dalam bidang pertahanan dan pemerintahan. Selanjutnya, jalan ini dimanfaatkan sarana mengangkut hasil bumi dan pos komunikasi. Kantor pos pertama kali didirikan pada 26 Agustus 1746 di Batavia oleh Gubernur Jenderal yang ke-26, Gustaaf Willem van Imhoff. Empat tahun kemudian, kantor pos Semarang didirikan dan menggunakan rute melalui Karawang, Cirebon, dan Pekalongan. Sementara itu, transportasi daratan sudah ada setidaknya pada sekitar 1750, yaitu jalan yang menghubungkan Batavia ke Semarang dan seterusnya ke Surabaya. Juga jalan menghubungkan Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta. Pada 28 Januari 1807, Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda oleh Louis Bonaparte. Cemas akan masa depan Jawa, dan serangan Inggris, pada tahun 1807 Louis memberi tugas kepada Daendels, yaitu mempertahankan Jawa dari serbuan Inggris dan membenahi sistem administrasi pemerintahannya (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah jalan di pulau Madura? Seperti disebut di atas pulau Madura terbilang pulau kecil yang di wilayah pantai peran pelabuhan sangat penting. Berbeda dengan di bagian pedalaman, kebutuhan jalan raya dari waktu ke waktu semakin penting. Mengapa? Apakah proses pembangunan jalan di pulau Madura mengikuti pola pembangunan trans-Java Daendels Batavia-Panaroekan via Sidajoe, Gresik, Soerabaja, Pasoeroean? Lalu bagaimana sejarah jalan di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 12 Desember 2022

Sejarah Madura (32): Surat Kabar dan Pers di Madura; Pendidikan dan Jurnalistik Sama Penting, Sama-Sama Mencerdaskan Bangsa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Apakah ada sejarah surat kabar dan (pers)uratkabaran di Madura? Nah itu dia. Mari kita sama-sama pelajari. Seperti pernah dikatakan Dja Endar Moeda, editor surat kabar berbahasa Melayu, Pertja Barat yang terbit di Padang 1898, bahwa pendidikan dan jurnalitisk sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa. Dja Endar Moeda, pensiunan guru, alumni sekolah guru (kweekschool) Padang Sidempoean. Apa pentingnya sejarah pers di Madura? Karena bahasa Madura berbeda dengan bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Dalam hal inilah sejarah pers menjadi penting di Madura sebagai bagian dari narasi sejarah masa kini.


Sejarah Pers di Madura: Dari Gema Madoera Hingga Madoeratna: Penanews.id. Sampang. Masuknya gerakan nasionalis ke pulau Madura ditandai lewat pembentukan Sarekat Islam 1913 di Sampang, punya pengaruh bagi kemunculan pers di Madura. Dua orang guru, Wiryoasmoro dan Kartosudirjo asal Madura di Jawa, memprakarsai organisasi memajukan kesusastraan dan bahasa Madura dan terbentuk 1917 dengan nama Madurasa dimana Sosrodanukusomo dari Sampang ditunjuk kepala yang bermarkas di Bondowoso. Ketika organisasi ini bergabung Perserikatan Guru Hindia Belanda, nama organisasi Madurasa berubah Madoeratna, Pada 1919, organisasi memprakarsai diterbitkannya majalah dengan nama sama, namun gagal. Tahun 1921, sebuah komite orang Madura di Surabaya bernama Masteka Madoera memprakarsai penerbitan majalah berbahasa Madura, namun tak terdengar kelanjutannya. Setahun kemudian muncul pengumuman lain bahwa akan terbit majalah bernama Rosorowan Madoera (Gema Madura). Majalah berbahasa Madura ini akan terbit di Surabaya, namun tak ada jejaknya. Lalu muncul majalah berbahasa Madura bernama Pangodhi, sayangnya hanya dua kali terbit. Dalam Buku Madura karya Kuntowijoyo, baru 1924 terbit majalah berbahasa Madura bernama Posaka Madoera. Majalah ini terbit berkat bantuan Java Instituut diterbitkan di Batavia dengan pengasuh aktivis terkenal R Sosrodanukusomo, M Kartosudirjo dan M Wiryoasmoro dan RA Sastro Subroto. Tahun 1926, organisasi Sarekat Madura menerbitkan majalah bulanan Madhoeratna, hanya berumur pendek. Upaya lainnya orang Madura menerbitkan majalah bernama Soeara Oemoem di Surabaya, terbit dua kali seminggu dan berbahasa Jawa dengan editor Sosrodanukusomo dari Sampang dan Sukaris dari Pamekasan (https://penanews.id/2022/08/15/)

Lantas bagaimana sejarah surat kabar dan pers di Madura? Seperti disebut di atas, sudah ada yang coba menggali sejarah surat kabar dan pers di Madura, namun tampaknya masih diperlukan upaya tambahan bagi semua pihak. Apa keutamaan sejarah pers(uratkabaran)? Pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa. Lalu bagaimana sejarah surat kabar dan pers di Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.