*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Tengah di blog ini Klik Disini
Pada
masa ini Kabupaten Murung Raya (provinsi Kalimantan Tengah) termasuk salah satu
kabupaten di pedalaman jantung pulau Kalimantan. Kekhususan kabupaten Murung
Raya karena sumber air terjauh dari tiga sungai besar di pulau Borneo (Kapuas,
Barito dan Mahakam). Di wilayah jantung ini sejak jaman kuno telah berdiam penduduk
asli Borneo yang terbilang masih relatif murni (bahkan ini hari).
Pada peta-peta lebih awal, beberapa wilayah di
pulau Borneo diidentifikasi sebagai wilayah (penduduk) Dayak seperti Poenan,
Katingan, Ot Danum, Siang Moerong dan sebagainya, Namun nama-nama itu lambat
laun dihapus dengan nama baru. Di satu sisi wilayah pedalaman Borneo masih
dominan penduduk Dayak, namun seiring dengan semaraknya perdagangan dari pantai
ke pedalaman nama-nama Dayak dihilangkan. Demikian juga nama-nama sungai
sebagai penanda jalur navigasi diubah seperti sungai Laue atau Melawi menjadi
sungai Kapuas, sungai Poenan menjadi sungai Koetai lalu sungai Mahakam; dan
sungai Doesoen menjadi sungai Bandjarmasin kemudian menjadi sungai Barito.
Namun bargaining position penduduk Dayak (penduduk asli) yang lemah di era
Belanda (VOC dan Pemerintah Hindia Belanda) nama-nama yang sudah eksis dari
jaman kuno harus terkubur. Hal ini berbeda dengan di Jawa seperti sungai
Tjisadane vs sungai Tangerang, sungai Tkiliwong ve sungai Jacatra, sungai
Tjilengsi vs sungai Bekasi dan sungai Tjitaroem vs sungai Karawang.
Lantas
apa pentingnya sejarah kabupaten Murung Raya? Itu tadi, wilayah ini di jaman
kuno tempat dimana berada penduduk asli, seperti halnya penduduk asli Borneo di
kabupaten Kapuas Hulu (Kalimantan Barat) dan di kabupaten Mahakam Ulu
(Kalimantan Timur). Lalu bagaimana sejarah kabupaten Murung Raya? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.