Selasa, 19 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (180): Sejarah Blok Rokan, Sumber Minyak; Sedimentasi Sejak Zaman Kuno di Muara Sungai Rokan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Blok Rokan kini menjadi heboh. Blok sumber minyak di pantai timur Sumatra ini kini pengelolaannya sejak 9 Agustus 2021 di bawah Pertamina (PT Pertamina Hulu Rokan, PHR) setelah proses ambil alih dari PT Chevron Pacific Indonesia. Konon, Blok Rokan ini terbilang ladang minyak terbesar kedua di Indonesia. Blok Rokan ini sebelumnya dihubungkan dengan Caltex, Stanvac dan Shell.

Blok Rokan adalah suatu area wilayah kerja pertambangan (minyak) yang meliputi lima kabupaten di provinsi Riau. Lima kabupaten tersebut adalah kabupaten Bengkalis, kabupaten Siak, kabupaten Kampar, kabupaten Rokan Hulu dan kabupaten Rokan Hilir. Mengapa disebut Blok Rokan? Yang jelas nama sungai Rokan sudah dikenal sejak masa lampau. Muara sungai Rokan pada zaman kuno (era Hindoe Boedha) jauh di pedalaman, sehingga muara sungai tidak terlalu jauh dari pusat peradaban di pedalaman di mana kini ditemukan candi Manggis (bagian dari percandian Padang Lawas) dan candi Muara Takus. Besar dugaan di zaman kuno lima kabupaten ini adalah suatu peraiaran (laut) dimana sungai besar, sungai Rokan dan sungai Kampar bermuara.

Lantas bagaimana sejarah Blok Rokan sebagai kawasan sumber minyak? Seperti disebut di atas, Blok Rokan ini kini pengelolaannya telah diambila alih pemerintah. Namun kita tidak berbica tentang bisnis minyak masa kini, tetapi tentang sejarah awal kawasan Blok Rokan. Yang jelas kini Blok Rokan ini berada di pantai timur Sumatra, tetapi di masa lampau posisi GPSnya berada di muara sungai Rokan. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 18 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (179): Makam Makam Tua di Aceh; Penyebaran Islam Nusantara, Kerajaan Aru dan Kerajaan Aceh

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Makam-makam tua juga terdapat di Aceh. Makam-makam tua di Aceh dihubungkan dengan kerajaan-kerajaan di Aceh dan penyebaran agama Islam. Seperti telah diidentifikasi pada artikel-artikel sebelumnya sudah ada makam-makam Islam yang lebih tua di pantai barat Sumatra yang berada di Barus (Tapanuli). Juga ditemukan  makam-makam Islam di pantai timur Jawa yang berada di Troloyo (Mojokerto). Dalam hal ini apakah penyebaran agama Islam bermula di Tapanuli?

Sejarah Islam dan sejarah kerajaan Aceh selalu dihubungkan. Kerajaan Aceh semakin kuat pada era Portugis karena dukungan yang kuat dari luar yakni militer dari (kerajaan) Turki (lihat Mendes Pinto, 1537). Hubungan Aceh dan Turki selalu menarik perhatian publik. Belum lama ini diberitakan bahwa keturunan Sultan Aceh Cut Putri yang juga pemimpin Darud Donya mengirimkan surat resmi kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan guna meminta bantuan perihal situs sejarah yang terancam punah (lihat Republika 6 Oktober 2021). Hubungan Aceh dan Turki beberapa hari terakhir ini (kembali) menarik perhatian publik. Disebutkan di berbagai media bahwa di Jakarta akan ditabalkan menjadi nama jalan tokoh Turki Mustafa Kemal Atatürk atau Gazi Mustafa Kemal Pasha sebagai Bapak Turki modern yang juga presiden pertama Turki sehubungan dengan penabalan nama jalan di Ankara presiden Indonesia pertama [Ahmet] Soekarno. Namun penabalan nama Mustafa Kemal Atatürk tidak mulus karena muncul sejumlah protes. Artikel ini tidak sedang berbicara tentang dua hal yang menjadi isu masa kini.

Lantas bagaimana sejarah makam-makam tua di Aceh? Seperti disebut di atas, sejarah kerajaan di Aceh sejak tempo doeloe dihubungkan dengan (kerajaan) Turki. Mendes Pinto di dalam bukunya bahwa Kerajaan Aru dikalahkan Kerajaan Aceh karena didukung militer dari Turki. Lalu apakah makam-makam tua di Barur (Tapanuli) memiliki hubungan dengan makam-makam di Aceh? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.