*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini
Klik Disin
Sejak
era VOC, lahan-lahan di sepanjang sisi barat dan sisi timur sungai Tjiliwong,
dari Tjililitan hingga Buitenzorg (baca: Bogor) sudah dipetakan dan dijual ke
pihak swasta. Bahkan van Imhof, Gubernur Jenderal kemudian membeli lahan di
Land Kampong Baroe yang sudah dipegang swasta. Di lahan tersebut, van Imhoff
tahun 1745 membangun rumah villa untuk tempat peristirahatannya. Villa milik van Imhoff inilah kelak yang
menjadi Istana Buitenzorg (baca Istana Bogor yang sekarang).
|
Peta Cibinong, 1901 |
Pada tahun 1809 Pemerintahan Hindia Belanda,
Gubernur Jenderal Daendels ingin membangun kota Buitenzorg. Persil-persil lahan
di Land Kampong Baroe dibeli dari swasta. Dalam pembelian ini 1/10 menjadi
bagian pribadi Daendels. Sejak itulah villa Buitenzorg diubah menjadi Istana
Buitenzorg. Sedangkan lahan-lahan pemerintah disekitarnya disewakan kepada
swasta. Inilah awal kota Buitenzorg sebagai milik pemerintah minus
persil-persil yang menjadi bagian Daendels.
Program
lainnya dari Gubernur Jenderal Daendels adalah membangun jalan pos Trans-Java
dari Anjer hingga Panaroekan. Jalan pos (groote weg) ini dari Batavia menuju
Buitenzorg, lalu melewati Tjisaroea, Tjianjoer, Baybang, Sumadang hingga ke
Cheribon. Adanya jalan pos ini aliran komoditi kopi yang sudah menghasilkan di
Preanger megalir ke Batavia semakin deras. Sementara itu Daendels membuat
kontrak-kontrak baru dengan Bupati Tjiandjoer dan Bupati Bandoeng untuk
menghasilkn kopi yang lebih banyak.