Jumat, 02 November 2018

Sejarah Kota Depok (49): Sejarah Ratu Jaya, Nama Kampong Terkenal Tempo Doeloe; Pemberontakan Melawan Belanda, 1869


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini

Ratu Jaya pada masa ini adalah nama kelurahan di Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Kelurahan Ratu Jaya bertetangga dengan Kelurahan Pondok Terong. Kedua kelurahan ini di masa lampau pernah disatukan dalan satu kawasan tanah partikelir (landerien): Pondok Terong en Ratoe Djaija di onderdistrict Paroeng, Afdeeling Buitenzorg, Residentie Batavia.

Peta 1852
Pada tahun 1861, berdasarkan Statistik Buitenzorg luas Pondok Terong 1.221 geomiljen dan Ratoe Djaija seluas 349 geo miljen. Dua kawasan pertanian yang disatukan ini terdapat 11 kampong dengan total penduduk pribumi sebanyak 2.071 jiwa dan 93 jiwa orang Tionghoa. Sebagai pembanding, tetangga kawasan pertanian ini adalah Depok yang memiliki luas 872 geo miljen yang terdiri dari tujuh kampong yang dihuni 1.443 orang pribumi, 32 orang Tionghoa dan sebanyak 803 orang Eropa. Pada tahun 1847 penduduk Pondok Terong dan Ratoe Djaja sebanyak 1.273 jiwa yang terdiri dari dua orang Eropa, 26 orang Tionghoa dan sebanyak 1.245 orang pribumi (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indiƫ jrg 9, 1847, 2e deel). Orang Tionghoa terkonsentrasi di suatu tempat (kini disebut Kampong Lio Kelurahan Pondok Terong) di sebelah utara Setu Tjitajam (di sebelaj selatan setu adalah Bazar/Pasar Tjitajam dan sebelah timur setu adalah stasion Tjitajam sekarang).

Lantas, apa yang menjadi keutamaan Kampong Ratoe Djaja pada masa lampau? Kampong Ratoe Djaja seperti kampong-kampong lainnya, hidup dalam pertanian, tetapi di Kampong Ratoe Djaja terdapat seorang tokoh penting bernama Bapa Rama. Tokoh dari Kampong Ratoe Djaja ini secara terang-terangan melakukan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda. Perlawanan yang dipimpin Bapa Rama ini terjadi tahun 1869.

Sabtu, 27 Oktober 2018

Sejarah Kota Depok (48): Sejarah Beji di Depok; Nama Kampong Tempo Doeloe, Kini Nama Kecamatan Dimana UI Berada


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini

Nama Kampong Bedji tempo doeloe kini menjadi nama Kecamatan Beji di Kota Depok. Posisi ‘gps’ Kampong Bedji tempo doeloe kini tepat berada di sisi selatan Universitas Indonesia yang dipisahkan oleh jalan tol Cijago (Cinere-Jagorawi). Kampong Bedji tempo doeloe bersama-sama Kampong Pondok Tjina dan Kampong Pondok Kemirie dibentuk menjadi Landerein Pondok Tjina.

Peta 1724 (VOC)
Kecamatan Beji dibentuk tahun 1981 sehubungan Kecamatan Depok dipromosikan menjadi Kota Administrasi Depok. Pada tahun 1999 Kota Administrasi Depok Ketika statusnya ditingkatkan menjadi Kota Depok. Bersamaan dengan pemekaran sejumlah kecamatan di Depok tahun 2007, Kelurahan Beji juga dimekarkan. Kini Kecamatan Beji terdiri dari enam kelurahan, yakni: Beji, Beji Timur, Kemiri Muka, Pondok Cina, Kukusan dan Tanah Baru.

Bagaimana sejarah Beji di Depok, dari sebuah nama kampong tempo doeloe hingga menjadi nama sebuah kecamatan pada masa ini sangat minim informasinya. Sehubungan dengan wilayah Beji sebagai bagian pusat kota Depok dan namanya semakin terkenal, sudah waktunya sejarah Beji disusun. Namun itu tidak mudah karena data tentang Beji tidak sebanyak data sejarah Pondok Tjina, Depok dan Pondok Terong. Meski demikian upaya pengumpulan data tetap perlu dilakukan. Mari kita telusuri.

Selasa, 23 Oktober 2018

Sejarah Kota Medan (77): Kerajaan Deli dan Kerajaan Aru; Dua Kerajaan Berbeda, Eksis Jauh Sebelum Munculnya Kesultanan Deli


*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini

Kerajaan Aru atau Kerajaan Haru adalah kerajaan kuno yang terdapat di sekitar sungai Barumun. Keberadaan Kerajaan Haru (Daroe atau Aroe) telah disebut dalam Pararaton (1336). Laporan Tiongkok di era Cheng Ho (1411-1431) disebutkan terdapat hubungan timbal balik antara Tiongkok dan Kerajaan Aroe. Keberadaan Kerajaan Aroe juga masih dicatat oleh Tome Pires (1512-1515) dan Duarte Barbosa (1518). Mendes Pinto dalam bukunya (1535) menyebut Kerajaan Aroe sebagai Batak Kingdom. Kerajaan Aru ditaklukkan oleh Kesultanan Atjeh tahun 1619. Wilayah Kerajaan Aru (Terra d’Aru atau Terra Daru) di sekitar sungai Barumun teridentifikasi dengan jelas pada peta Portugis tahun 1619.

Aru (Aroe) dan Deli (Dilli) pada Peta 1750
Ada yang menyebut Kerajaan Aru atau Kerajaan Haru adalah cikal bakal Kerajaan Deli dan Kesultanan Deli. Bahkan ada yang menyebut nama Haru menjadi nama Karo. Namun semua itu tidak ada argumentasi atau fakta yang mengindikasikan bahwa suksesi Kerajaan Aroe/Haru adalah Kerajaan Deli. Sejauh ini klaim Kerajaan Aru atau Kerajaan Haru adalah cikal bakal Kerajaan Deli tidak dapat diverifikasi. Sedangkan eksistensi Kerajaan Aroe di sungai Barumun dapat diverifikasi (perhatikan Peta 1750). Bukti ini juga ditunjukkan pada Peta 1818. Anehnya, hingga ini hari, para sejarawan buta melihat peta-peta tersebut. Apakah mereka sengaja menutup mata untuk fakta yang kasat mata ini? Entahlah.

Sesungguhnya Kerajaan Aroe dan Kerajaan Deli adalah dua kerajaan berbeda. Kerajaan Aroe mendahului eksistensi Kerajaan Deli. Kerajaan Aroe secara eksplisit dinyatakan berada di sekitar pengaliran sungai Barumun dan Kerajaan Deli berada di hulu sungai Deli (kini Deli Tua). Kesultanan Deli baru muncul kemudian di hilir sungai Deli (kini Labuhan Deli). Kesultanan Deli yang kini terdapat di Kota Medan adalah kraton Kesultanan Deli yang relokasi dari Labuhan Deli ke Kota Medan pada tahun 1891. Suksesi Kerajaan Aroe di sungai Barumun adalah Kesultanan Kotapinang.

Jumat, 19 Oktober 2018

Sejarah Kota Medan (76): Mushaf Al Quran Tertua Dilaporkan di Medan; Sejak Kapan Pendidikan Agama Islam Dimulai di Deli?


*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini

Belum lama ini diberitakan bahwa di Medan telah dipamerkan mushaf Al Quran kuno yang bertarih 1070 H atau tahun 1659. Mushaf Al Quran ini diklaim sebagai mushaf tertua di Indonesia. Bahkan disebutkan lebih tua 113 tahun dari mushaf Al Quran yang ditemukan di Ternate.

Medan, 1929
Selama ini Bayt Alquran dan Museum Istiqlal memposisikan wilayah Sumatra Utara tidak pernah memiliki mushaf Al Quran kuno. Di Indonesia bahkan hanya lima wilayah yang tidak memiliki mushaf kuno. Selain Sumatra Utara adalah Bengkulu, Gorontalo, Papua, Papua Barat dan Sulawesi Utara.

Klaim mushaf Al Quran tertua di Medan sungguh menyenangkan mendengarnya. Namun originalitas mushaf atau otentias angka tahun pembuatan mushaf tersebut ada yang mempertanyakannya. Lantas seperti apa bukti sebenarnya dari mushaf tersebut? Apakah benar-benar ditulis pada tahun 1659? Kita tunggu saja biar para ahli yang membuktikannya. Lalu bagaimana awal mula perihal pengajaran pendidikan agama Islam di Medan. Mari kita telusuri.  

Sabtu, 13 Oktober 2018

Sejarah Menjadi Indonesia (9): Sejarah TNI, Tentara Nasional Indonesia; Militer Belanda Tidak Mau Orang Batak Menjadi Tentara


Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
 

Sejarah Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya baru dimulai pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia yang mana sebagai cikalnya adalah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selama perang kemerdekaan, BKR bertransformasi menjadi TNI (seperti yang ada sekarang). Perang kemerdekaan melahirkan TNI.

Bandoeng, 1951
Pada era kolonial Belanda, militer Belanda yang jumlahnya hanya segelintir merekrut pribumi untuk menjadi tentara. Tentara pribumi ini menjadi faktor penting kekuatan militer Belanda. Pribumi yang menjadi langganan memperkuat militer Belanda terutama Ambon, Jawa dan Madura. Diantara pribumi, hanya pribumi Batak yang tidak disertakan dalam militer Belanda. Tidak hanya itu, pemerintah Belanda juga tidak pernah menyertakan pemimpin Batak dalam struktur pemerintahan. Pemerintahan di Residentie Tapanoeli (sejak 1840) adalah satu-satunya pemerintahan di wilayah di Hindia yang tidak menyertakan pemimpin lokal. Itu semua karena rekomendasi Dr. FW Jung Huhn yang mengatakan orang Batak sangat cinta tanah air dan jiwa mereka ada di kepala. Penduduk Batak yang demokratis (tidak ada radja/sultan) diasumsikan bertentangan dengan prinsip koloni. Karena itu, pemerintahan di Tapanoeli langsung berada dibawah pusat (Gubernur Jenderal).

TNI adalah pengawal NKRI. Lantas bagaimana sejarah tentara nasional Indonesia berlangsung. Itu sudah banyak ditulis. Akan tetapi penulisan sejarah tentara nasionak Indonesia sudah sedemikian rupa dibuat tetapi hanya terkesan ringkas. Artikel ini hanya sekadar memperkaya sejarah militer agar bisa melihat detail-detail yang memang masih diperlukan. Lantas seperti apa peran penting tentara asal Batak dalam menjaga NKRI? Mereka telah bertransformasi ke seluruh wilayah Indonesia dengan spirit cinta tanah air. Sperti kita lihat nanti, orang Jawa dan orang Batak umumnya tetap menyukai profesi militer. Mari kita telusuri.

Kamis, 11 Oktober 2018

Sejarah Kota Surabaya (24): Sejarah Gempa Bumi di Madura; Gempa Besar di Pulau Sapudi, Sumenep Pernah Terjadi 1891


*Semua artikel Sejarah Kota Surabaya dalam blog ini Klik Disini

Peristiwa gempa bumi kembali terjadi setelah beberapa waktu yang lalu terjadi di Donggala, Sigi dan Palu. Hari ini gempa bumi terjadi di Kabupaten Sumenep, Madura. Goncangan gempa terberat terjadi di pulau Sapudi, Kecamatan Sumenep. Kekuatan gempa yang terjadi 6.3 SR dan telah menyebabkan korban jiwa juga mengalami kerusakan rumah sebanyak 246 unit. Kejadian gempa bumi Sapudi tercatat pernah terjadi pada tahun 1891.

Di pulau Sapoedi, Residentie Madoera, pada tanggal 26 Februari 1891, sebuah gempa bumi yang menakutkan diamati dari arah Barat ke Timur (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 17-03-1891).

Sejauh ini catatan gempa di Madura sulit ditemukan. Catatan gempa penting untuk melihat riwayat kegempaan di wilayah tersebut. Catatan gempa, vulkanik atau tektonik, di suatu wilayah juga penting untuk bahan dalam memprediksi kemungkinan terjadi (berulang) di masa yang akan datang. Informasi dari catatan gempa dapat berguna untuk tetap menjaga kewaspadaan masyarakat. Untuk itu, mari kita telusuri riwayat gempa di wilayah Madura.