Senin, 27 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (319): Pahlawan Indonesia HB Jasin, Kritikus; Ida Nasoetion, Ketua Perhimpunan Mahasiswa UI - 1947)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

HB Jasin lebih dikenal sebagai kritikus sastra. Sebelum HB Jasin intens dalam genre essais (kritik), sudah ada seorang wanita muda yang sangat aktif dalam urusan kritik (essai) yakni Ida Nasution, namun umurnya tidak panjang. Sebagai Ketua Perhimpunan Mahasiswa Universitas Indonesia 1947, dia menghilang selamanya (diduga diculik intel Belanda.NICA). Sejak itu muncul nama HB Jasin yang intens di bidang essai. Sejak inilah julukan itu melekat pada HB Jasin.

Hans Bague Jassin atau HB Jassin (31 Juli 1917 – 11 Maret 2000) adalah seorang pengarang, penyunting, cendekiawan muslim dan kritikus sastra berdarah Gorontalo. Tulisan-tulisannya digunakan sebagai sumber referensi bagi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kalangan sekolah dan perguruan tinggi dengan menggolongkan angkatan sastra. Dia mendirikan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin yang kemudian mendapat bantuan gedung dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Karena kiprahnya di bidang kritik dan dokumentasi sastra, dia dijuluki ‘Paus Sastra Indonesia’. Atas perjuangan dan bakti luhurnya pada bangsa dan juga tanah leluhurnya, HB Jassin pun akhirnya dianugerahi gelar adat Pulanga, ‘Ti Molotinepa Wulito’ (Sang Putra Terbaik Bangsa yang Menguasai Bahasa). HB Jassin lahir di Gorontalo. Ayahnya Bague Mantu Jassin, kerani di Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), dan ibu Habiba Jau. Setelah menamatkan Gouverments HIS Gorontalo pada tahun 1932, Jassin melanjutkan ke HBS-B 5 tahun di Medan dan tamat akhir 1938. Setelah sempat bekerja sukarela di kantor Asisten Residen Gorontalo selama beberapa waktu, ia menerima tawaran Sutan Takdir Alisjahbana untuk bekerja di badan penerbitan Balai Pustaka tahun 1940. Setelah periode awal tersebut, HB Jassin menjadi redaktur dan kritikus sastra pada berbagai majalah budaya dan sastra di Indonesia; antara lain Pandji Poestaka, Mimbar Indonesia, Zenith, Sastra, Bahasa dan Budaya, Horison, dan lain-lain. Tanggal 15 Agustus 1957, Jassin meraih gelar kesarjanaannya di Fakultas Sastra UI, dan kemudian memperdalam pengetahuan mengenai ilmu perbandingan sastra di Universitas Yale, Amerika Serikat 1958-59  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah HB Jasin? Seperti disebut di atas, HB Jasin adalah seorang kritikus terkemuka di Indonesia pada jamannya. Tentu saja sejarahnya sudah banyak ditulis. Data sejarahnya cukup banyak kare HB Jasin berumur panjang (wafat 2000). Namun tentu saja masih narasi sejarahnya masih perlu dilengkapi sejauh data baru ditemukan. Lalu bagaimana sejarah HB Jasin? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (318): Pahlawan Nasional Tombolotutu di Sulawesi Tengah; Wilayah Peradaban Tertua di Pulau Sulawesi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Jumlah pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional masih terbilang sedikit. Dari jumlah yang sedikit di seluruh Indonesia distibusinya sangat tidak merrata. Di wilayah (pulau) Sulawesi  provinsi Sulawesi Selatan dan provinsi Sulawesi Utara sudah cukup banyak, tetapi baru satu di masing-masing provinsi Sulawesi Barat, provinsi Gorontalo dan provinsi Sulawesi Tenggara dan provinsi Sulawesi Tengah. Pahlawan Indonesia asal provinsi Sulawesi Tengah, Tombolotutu baru ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional belum lama ini (10 November 2021).

Tombolotutu adalah salah satu raja di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Tombolotutu mempunyai gelar Pua Darawati, ia menerima takhta Kerajaan Moutong pada tahun 1877 di umur 20 tahun. Sebagai raja, Tombolotutu turut menjadi garda terdepan dalam garis perlawanan menghadapi penjajah Belanda. Dikutip dari situs Pemkab Parigi Moutong, untuk menghadapi perlawanan Tombolotutu, Belanda sampai harus mengerahkan Marsose. Marsose merupakan pasukan khusus atau pasukan elite Belanda yang pernah diturunkan saat Perang Diponegoro dan Perang Aceh. Kala itu, pasukan Marsose yang diturunkan untuk menumpas perlawanan Tombolotutu kurang lebih berjumlah 170 pasukan. Kisah perjuangan Tombolotutu juga banyak diulas dalam buku Bara Perlawanan di Teluk Tomini. Diketahui, upaya untuk menjadikan Tombolotutu sebagai pahwalan nasional telah disuarakan sejak 1990-an. Namun upaya untuk mencapai hal itu terkendala dokumen resmi sebagai data primer. Pada tanggal 10 November 2021, ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Tombolotutu? Seperti disebut di atas, Tombolotutu adalah pahlawan Indonesia yang pertama ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional berasal dari provinsi Sulawesi Tenggara. Padahal banyak pahlawan Indonesia yang berasal dari daerah provinsi Sulawesi Tengah yang layak berstatus Nasional. Siapa saja lagi? Yang jelas wilayah Sulawesi Tengah adalah pusat peradaban terawal di pulau Sulawesi. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 26 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (317): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Kahar Muzakkar; Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan - DI/TII

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti nama Kapten Andi Azis, nama Kahar Muzakkar juga sangat dikenal dalam sejarah di Sulawesi. Permasalahan yang dihadapi sama terkait dengan militer Indonesia (APRIS/TNI). Yang membedakan adalah kesatuan Andi Azis berafiliasi dengan Belanda/NICA, sedangkan kesatuan Kahar Muzakkar (KGSS) kemudian dihubungkan dengan NII-Kartosuwirjo (di Jawa Barat) dalam DI/TII.

Abdul Kahar Muzakkar atau Abdul Qahhar Mudzakkar, nama kecilnya La Domeng (24 Maret 1921 – 3 Februari 1965) adalah pendiri Tentara Islam Indonesia (TII) di Sulawesi. Sekolah di Standarschool (Muhammadiyah), lulus 1935. Ia melanjutkan pendidikan ke Mualimin Solo, sekolah guru (Muhammadiyah). Ia aktif di Hizbul Wathan (HW). Sebagai guru, Kahar memimpin pasukan HW di Palopo. Pada awal 1950-an, memimpin bekas gerilyawan Sulawesi Selatan - Tenggara dan mendirikan TII, yang kemudian bergabung dengan Darul Islam (DI) yang dikenal sebagai DI/TII di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Pada tahun 1950 terjadi kenflik APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) dengan pihak gerilyawan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). KGSS menginginkan tempat di APRIS. Pada Juni 1950, Kahar sebagai mantan pemimpin KGSS mengungkapkan di Makasaar agar KGSS diakomodir menjadi Resimen Hasanuddin (TNI), tetapi ditolak. Pada 7 Agustus 1953, bersama pasukan KGSS bergabung NII Kartosuwiryo untuk wilayah Sulawesi Selatan. Pada tanggal 3 Februari 1965, Operasi Tumpas dipimpin M Jusuf, Kahar Muzakkar tertembak mati saat pertempuran antara TNI satuan Divisi Siliwangi Kujang I 330 di Lasolo. Kahar tewas oleh tembakan Kopral Ili Sadeli. Namun makamnya tidak pernah diberitakan. Pada tahun 1965, kabar kematian Kahar Muzakkar itu telat sampai ke Jakarta karena lokasi tertembaknya Kahar sangat sulit dijangkau dan jenazahnya dibawa ke Makassar, Kolonel M Jusuf memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyaksikan dan memastikan sendiri, namun sebagian orang tetap percayai Kahar Muzakkar belum mati. Pemerintah merahasiakan makam demi menghindari pemujaan terhadap Kahar Muzakkar (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kahar Muzakkar? Seperti disebut di atas, Kahar Muzakkar studi di Jawa dan kembali sebagai guru ke Sulawesi Selatan. Kahar Muzakkar ikut berjuang tetapi eks pasukannya tidak diakomodir dalam militer Indonesia yang kemudian berafiliasi dengan DI/TII.  Lalu bagaimana sejarah Kahar Muzakkar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.