Jumat, 14 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (354): Pahlawan Kesiangan dalam Narasi Sejarah Indonesia; Fakta dan Data Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam penulisan sejarah Indonesia terdapat dua frase yang bersifat sindiran yakni Pahlawan Kesiangan dan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Sesungguhnya tidak ada pahlawan kesiangan dalam arti sebenarnya. Namun boleh jadi itu ditujukan kepada para pahlawan yang diusulkan oleh ahli sejarah (sejarah) tidak termasuk tetapi terus direkayasa untuk mendapatkan pengakuan pahlawab (terutama pahlawan daerah dan Pahlawan Nasional). Namun kiui banyak peminat sejarah (bukan sejarawan) meski datang kesiangan tetapi dapat menilai narasi sejarah yang ada. Sebagaimana Pahlawan Kesiangan dan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dalam konteks para pahlawan sejarah, tetapi penamaan ini juga dapat dialamatkan kepada segelintir para ahli sejarah.

Sejarawan Indonesia Asvi Warman Adam (LIPI) pernah menulis artikel berjudul ‘Jangan Jadi Pahlawan Kesiangan’ yang dimuat pada Media Indonesia edisi 11 November 2004. Saya teringat pada tulisan saya yang dimuat pada Media Indonesia edisi 6 Januari 2004 yang berjudul ‘Metodologi Riset dalam Jajak Pendapat’. Saya mengomentari terhadap banyaknya para politisi yang mengklaim hasil jajak pendapat yang saya harus jelaskan apa itu jajak pendat dan bagaimana metodologi riset yang sebenarnya. Asvi Warman Adam juga harus turun gunung untuk menulis karena banyaknya orang yang hanya mau berjuang setelah pertempuran selesai atau masa sulit berakhir. Atau orang yang ketika masa revolusi tidak berbuat apa-apa, tetapi setelah perang usai mengklaim diri sebagai pahlawan. Salah satu yang ditekankan Asvi Warman Adam jika dulu berperang melawan musuh (penjajah) lalu pada masa ini adalah membela kebenaran juga termasuk bagian dari kepahlawanan. Dalam hubungan ini dapat ditambahkan kebenaran sejarah Indonesia juga banyak dipertanyakan. Seperti disebut Asvi Warman Adam banyak tokoh yang tidak berbuat apa tepay dalam narasi sejarah Indonesia masa kini sungguh sangat heroik dan suci.

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Kesiangan dalam Sejarah Indonesia? Seperti disebut di atas, pahlawan kesiangan adalah orang yang membuat klaim yang tidak diperbuatnya. Pernyataan ini dapat diteruskan banyak penulis sejarah (ahli sejarah maupun peminat sejarah) menulis tokoh sejarah mengklaim yang tidak dilakukan sang tokoh. Malpraktek dalam penulisan narasi sejarah semacam ini dapat juga dikatakan pahlawan kesiangan kepada para penulis sejarah. Daripada berbuat serupa itu lebih baik sebenarnya menulis narasi sejarah para tokoh dari mereka yang disebut Pahlawan Tanpa Jasa. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 13 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (353): Pahlawan Indonesia Sjamsoeddin St Ma’moer, Menteri Penerangan; Bintang Timoer - Tjaja Timoer

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Setelah sukses penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) 1955 dan berhasil mendaimaikan di internal militer (Kolonel Abdoel Haris Nasution yang dirumahkan sejak 1952 kembali ke posisinya sebagai KASAD) pada Kabinet Boehanoeddin Harahap, pemerintah melalui Menteri Penerangan Sjamsoeddin Soetan Makmoer mengumumkan ke publik bahwa pembatalan/penghapusan hubungan Uni Belanda-Indonesia, perjanjian keuangan dan ekonomi dan kedaulatan atas Papua Barat (lihat Het Parool, 14-02-1956). Semua kaget. Orang Indonesia memang maklum, tetapi orang-orang Belanda baik di Indonesia maupun di Belanda molohok. Sampai sejauh itu, orang-orang Belanda selalu cenderung merecokin (bangsa dan negara) Reuplik Indonesia.

Sjamsuddin Sutan Makmur Harahap (9 Mei 1909 – 14 Desember 1967) adalah seorang pejuang kemerdekaan, dan politisi Indonesia. Ia merupakan salah satu tokoh dari PNI. Sjamsuddin pernah menjabat Menteri Sosial dalam Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-3 April 1952). Pada tahun 1955, Sjamsuddin Sutan Makmur juga dipercaya sebagai Menteri Penerangan pada Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955- 24 Maret 1956). Tokoh kelahiran 1909 di Pangkalan Brandan, Sumatra Timur ini menikah dengan Siti Danilah Salim, seorang jurnalis yang merupakan adik dari H. Agus Salim. Sjamsoeddin Soetan Ma’moer meninggal dunia di Djakarta dalam usia 58 tahun. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Sjamsoeddin Soetan Makmoer? Seperti disebut di atas, Sjamsoeddin Soetan Makmoer pernah menjadi Menteri Penerangan RI yang membuat heboh Belanda. Sjamsoeddin Soetan Makmoer sebenarnya bukan orang baru dalam dunia politik. Sjamsoeddin Soetan Makmoer sudah bekiprah sejak awal era pergerakan kemerdekaan Indonesia (1930) sebagai seorang revoluiner yang menjadi redaktur surat kabar Bintang Timoer (pimpinan Parada Harahap). Saat detik-detik berakhirnya Belanda (1940an) Sjamsoeddin Soetan Makmoer masih eksis sebagai jurnalis sejati bersama Parada Harahap mendirikan surat kabar Tjaja Timoer (suksesi Bintang Timoer). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (352): Pahlawan-Pahlawan Indonesia - Kota-Kota Pahlawan; Kota Padang Sidempuan - Kota Sukabumi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Tentu saja banyak kota pahlawan, yang terbesar Djakarta dan Soerabaja. Untuk kota menengah ada dua kota yang dapat dikatakan sebagai kota pahlawan yakni Soekabomei dan Padang Sidmepoean. Di dua kota ini pada era Hindia Belanda dan pada Perang Kemerdekaan terjadi pertaringan politik antara Belanda/NICA dan Republiken untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kebetulan di kota Soekabeomi kampong halaman Mr Sjamsoeddin dimana sohibnya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap asal Padang Sidempoean membuka frima hukum sejak 1937.

Kota Padang Sidempoean dan kota Soekaboemi sama-sama berada di pedalaman, berjarak sedang ke palabuhan. Pelabuhan Padang Sidempoean ke Sibolga (pantai barat Sumatra) dan pelabuhan Soekaboemi ke Pelabuhan Ratu (pantai selatan Jawa). Oleh karena itu dalam hubungannya dengan perjuangan melawan Belanda terutama pada era Perang Kemerdekaan dua kota ini sangat strategis. Hal itulah mengapa pusat bergerilya di Sumatra salah satu wilayahpenting adalah  Padang Sidempoean dan di Jawa salah satu yang penting di Soekaboemi. Pusat gerilya utama pasukan Divisi Siliwangi yang dipimpin Kolonel Abdoel Haris Nasoetion berada di sekitar Soekaboemi. Untuk mendukung gerilya di Sumatra Utara yang berpusat di sekitar Padang Sidempoean, Letnan Kolonel AE Kawilarang komando di bawah Siliwangi di wilayah Bogor (termasuk Soekaboemi dan Tangerang) diminta Abdoel Haris Nasution ke kampong halamannya di Tapanuli Selatan. Letnan Kolonel dengan wakil Majoor Ibrahim Adji dengan pasukan ke Tapanoeli Selatan (ibu kota di Padang Sidempoean). Hal ini juga disebabkan pasukan Siliwangi di sekitar Soekaboemi sudah sangat padat sepulang Long March dari Djogjakarta pada bulan Desember 1948.

Lantas bagaimana sejarah kota-kota pahlawan Indonesia khususnya kota Padang Sidempoean dan kota Soekaboemi? Seperti disebut di atas, dua kota ini begiru penting pada masa perang. Seperti kita lihat nanti Mr Amir Sjarifoeddin Harahap di Soekaboemi melakukan tukar guling antara keluarga HJ van Mook yang terjebak di Batavia untuk dievakuasi ke Australia via Pelabuhan Ratu dengan tiga tokoh penting Indonesia Soekarno di Padang serta Mohamad Hatta dan Sjahrir di Soekabomi yang akan dievakuasi ke Australia. Soekarno diamanakan oleh Mr Egon Hakim di pantai barat Sumatra dan Mohamad Hatta/Sjahrir oleh Mr Amir Sjarifoeddin di pantai selatan Jawa. Bagaimana itu semua terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.