Selasa, 09 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (764): Orang Malaysia, Kini Terbelah Melihat Indonesia; Pejuang Malaysia di Indonesia Dilupakan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Mengapa kini kerap terjadi gesekan antara Malaysia dengan Indonesia, antara pejabat dengan pejabat dan antara warga dengan warga? Padahal, faktanya kedua negara bertetangga dan bahkan warga Malaysia banyak yang berasal dari etnik yang ada di Indonesia. Fakta lain bahwa antara warga Semenanjung Malaya (baca: Malaysia) dan warga Indonesia (baca: Hindia Belanda) begitu akrab di masa colonial. Apakah rujukan sejarah tidak berlaku lagi pada masa ini.


Struktur politik di Malaysia pada masa ini sudah berbeda jauh dengan keadaan pada waktu menjelang dan awal kemerdekaan Federasi Malaya di Semenanjung Malaya. Situasi dan kondisinya berubah drastis setelah Singaoera keluar dari Federasi Malaysia, Bibit perpecahan warga sesama bertetangga antara Malaysia dan Indonesia mulai terjadi ketika pembentukan Federasi Malaysia 1963 dimana Indonesia memprovokasi Malaysia dengan selogan Ganyang Malaysia. Meski demikian, tidak cukup tenaga warga Malaysia untuk merespon balik, Bahkan warga Malaysia memilih berdamai yang dengan sukarela membuka puntu bagi guru-guru Indonesia untuk mengajar di Malaysia. Namun situasi cepat berubah, ketika Malaysia mulau maju secara ekonomi, tidak tergantung lagi dengan Indonesia, lebih-lebih TKI Indonesia banyak yang ke Malaysia, warga Malaysia mulai ingat luka lama hubungan antara Indonesia dengan Malaysia. Dalam situasi inilah warga dan bahkan pejabat Malaysia mulai membuka front dengan Indonesia mulai dari soal perbatasan, klaim budaya dan yang terakhir soal bahasa Melayu di Alam Melayu. Perselisihan tidak hanya diantara warga, juga pemeriontah dan bahkan para akademisi Malaysia yang bergelar guru besar terang-terangan menyerang Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah orang Malaysia, kini terbelah melihat Indonesia? Apakah pejuang Malaysia di Indonesia pada era colonial telah dilupakan? Seperti disebut di atas, warga Malaysia sekarang banyak yang keturunan Indonesia. Apakah keadaan masa kini mereka telah mulai tersisih di Malaysia? Lalu bagaimana sejarah orang Malaysia, kini terbelah melihat Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (763): Ibrahim Yakub van Malaya; Persatuan Melayu Indonesia Semenanjung Berada di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah modern Malaysia (baca: Semenanjung Malaya) perjuangan kemerdekaan justru dimulai di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Salah satu dari yang pertama perjuangan itu dilancarkan oleh Ibrahim Yakub dkk. Untuk menggalang kekuatan mereka membentuk perhimpunan dengan nama Persatoean Melajoe Indonesia. Siapa mereka itu? Mereka adalah orang-orang Malaya yang memiliki keturunan dari wilayah-wilayah di Hindia Belanda seperti dari Sumatra, bahkan dari Tapanoeli.


Banyak migran asal Indonesia (baca: Hindia Belanda) ke Malaysia (baca: Malaya), seperti Minangkabau, Jawa, Bugis dan Angkola Mandailing (Tapanoeli). Tingginya populasi Angkola Mandailing di Malaya karena begitu dekat jaraknya hanya dibatasi oleh selat Malaka di wilayah Selangor. Pendiri kota Koealaloempoer di Selangor adalah orang Angkola Mandailing yang dipimpin oleh Soetan Puasa yang kemudian menyebar ke Perak dan Kedah. Tiga Negara bagian Malaysia ini merupakan tempat dimana terkonsentrasi etnik Angkola dan etnik Mandailing. Oleh karenanya, di era kemerdekaan Malaysia, sejumlah etnik Mandailing dan etnik Angkola  yang berada di Malaysia banyak yang mengambil peran di dunia  politik dan pemerintahan Malaysia. Sejumlah individu asal (etnik) Angkola dan etnik Mandailing yang menonjol di Malaysia diantaranya adalah Tan Sri Dato’ Senu Abdurrahman Siregar (pernah menjadi Duta Besar Malaysia untuk Indonesia dan juga mantan Menteri Penerangan Kerajaan Malaysia), Tun Mohammad Haniff bin Omar Nasution (mantan Ketua Polis Diraja Malaysia), Laksamana Dato’ Mohammad Zain Salleh Nasution (mantan Panglima Angkatan Laut Diraja Malaysia), Dato' Harun bin Idris Harahap (mantan Menteri Besar Selanggor), Tan Sri Dato’ Mohammad bin Haji Mohammad Taib Nasution (mantan Menteri Besar Selanggor), Tan Sri Dato’ Haji Mohammed Azmi bin Haji Kamaruddin Harahap (Hakim Agung), dan Dato’ Kamaruddin bin Idris Harahap (mantan Ketua Polis Diraja Malaysia).

Lantas bagaimana sejarah Ibrahim Yakub van Malaya pendiri Persatuan Melayu Indonesia Semenanjung yang berada di Indonesia? Seperti disebut di atas, populasi Malaysia hari ini terdiri dari ras/bangsa dan juga suku/bangsa (etnik) berasal dari Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Ibrahim Yakub van Malaya pendiri Persatuan Melayu Indonesia Semenanjung yang berada di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 08 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (762): Bahasa Inggris Diakui dan Bahasa Cina Lestari di Singapura; Apakah Bahasa Melayu Punah?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Penduduk asli (pulau) Singapoera yang berasal dari pulau-pulau di Nusantara berbahasa Melayu. Kehadiran pendatang Cina dan India yang intens sejak kehadiran Inggris di Semenanjung Malaya (khususnya Penang dan Malaka). Manakala Inggris membuka koloni di pulau Singapoera, para pendatang Cina khususnya lambat laun semakin dominan (bahkan sudah jauh melampaui penduduk berbahasa Melayu). Sejak kemerdekaan Singapoera dan memisahkan diri dari Federasi Malaysia 1965, posisi penduduk berbahasa Melayu menjadi pangkal arah kepunahan bahasa Melayu.


Setelah lama Inggris berkoloni di Penang, Malaka dan Singapoera dengan wilayah Semenanjung Malaya sebagai protektorat (penjajahan ala Inggris), pada tahun 1954 Inggris mulai memberikan Federasi Malaya kemerdekaan (termasuk Penang, Malaka dan Singapoera). Menjelang kemerdekaan ini ada tuntutan Malaya agar ada perwakilan Malaya di parlemen Singapoera, bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dan agama Islam memiliki kebebasan. Namun situasi berubah pada tahun 1957 yang diberikan kemerdekaan adalah Federasi Malaya (minus Singapoera). Inggris masih berkoloni di Singapoera. Dalam pembentukan Federasi Malaysia tahun 1963 (Federasi Malaya, plus Singapoera, Serawak dan Sabah), awalnya Singapoera nyaman-nyaman saja (karena ketergantungan perdagangan kepada Semenanjung Malaya), namun menjadi masalah yang menyebabkan Singapoera keluar dari federasi pada tahun 1965. Latah orang Melayu di Malaya terhadap Singapoera dan dominasi Cina di Singapoera menjadi faktor penting Singapoera menjadi negara yang berdiri sendiri (meski pangkalan angkatan laut Inggris masih di Singapoera).

Lantas bagaimana sejarah bahasa Inggris diakui dan bahasa Cina lestari di Singapoera? Apakah Bahasa Melayu akan punah? Seperti disebut di atas, Singapoera awalnya bagian dari Federasi Malaya, namun kemudian Singapoera memisahkan diri dari Federasi Malaysia menjadi negara sendiri. Lalu bagaimana sejarah bahasa Inggris diakui dan bahasa Cina lestari di Singapoera? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (761): Bahasa Belanda Gagal di Indonesia, Bahasa Inggris Sukses di Malaysia; Merdeka atau Merdeka


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada saat mana kehadiran orang Eropa pertama di Nusantara (Portugis) bahasa yang digunakan secara luas (lingua franca) adalah bahasa Melayu. Namun bahasa Melayu bukanlah penutur terbanyak, tetapi adalah penutur bahasa Jawa dan juga bahasa Batak. Di Semenanjung Malaya bahasa yang dominan adalah bahasa Melayu. Dua bahasa Eropa yang kemudian berkembang pesat kemudian adalah bahasa Belanda dan bahasa Inggris.


Orang-orang pertama Eropa (terutama Portugis) di Nusantara tidak terlalu intens memperkenalkan bahasanya, tetapi sebaliknya orang-orang Portugis belajar berbahasa Melayu (karena mereka cenderung merakyat dan kawin mawin dengan berbagai penduduk asli). Orang-orang Spanyol di pulau-pulau Filipina melalui kegiatan misionaris yang masif melembagakan bahasa Spanyol melalui pendidikan yang diselenggarakan para misionaris. Dua Eropa berikutnya yakni Belanda dan Inggris memiliki pola koloni yang berbeda. Orang-orang Belanda sejak era Portugis telah membentuk koloni yang diperluas dengan kahadirannya di berbagai wilayah bahkan hingga ke pedalaman. Sementara Inggris membentuk koloni di kota-kota pantai/pulau dan bekerjasama dengan para pemimpin lokal baik di India maupun Bengkulu yang kemudian di Semenanjung. Hanya di Australia populasi Inggris dominan. Pada era Pemerintah Hindia Belanda (sejak 1800) Kerajaan Belanda membentuk cabang-cabang pemerintah yang sangat luas dan bahkan hingga ke tingkat distrik (dengan pejabat Controleur(. Belanda melestarikan bahasa Belanda melalui pemerintahan dan pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya Inggris seperti di India dan Semenanjung hanya melesatrikan bahasa Inggris di kota-kota koloni.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Belanda gagal di Indonesia sedangkan bahasa Inggris sukses di Malaysia? Seperti disebut di atas, ada perbedaan cara berkoloni Belanda di Indonesia dengan cara berkoloni Inggris di Malaysia. Lalu bagaimana sejarah bahasa Belanda gagal di Indonesia sedangkan bahasa Inggris sukses di Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 07 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (760): Orang Melayu di Malaysia Berbeda Tidak Bersatu; Hanya Mayoritas di Semenanjung Malaya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Malaysia, khususnya Semenanjung Malaya dapat dikatakan negeri Melayu negara Melayu. Mengapa? Negara menjunjung tinggi orang Melayu, bahasa resmi negara bahasa Melayu. Negara Malaysia ‘berbendera Melayu, menganggap negara lain bukan Melayu. Orang Melayu Semenanjung Malaya merasa mewakili semua orang Melayu di Nusantara. Namun hal itu yang menyebabkan munculnya ketidaksatuan diantara Melayu. Faktanya orang Melayu di Malaysia hanya mayoritas di Semenanjung Malaya.


Ada kecenderungan orang-orang di Malaysia, khususnya Semenanjung Malaya, merasa segalanya, bahkan diantara warga Malaysia sendiri. Hal ini berbeda dengan Melayu di berbagai wilayah di Indonesia, orang Melayu lebih merasa berbagi dengan etnik lain dalam banyak hal, seperti wilayah, peradaban maupun dalam pengembangan diri. Meski orang Melayu di berbagai wilayah di Indonesia saling berbeda (dialek bahasa, budaya dan agama) namun merasa satu melayu di bawah bingkai nasional Indonesia. Di Malaysia, seperti haalnya di Indonesia, dapat dikatakan berbeda-beda, tetapi ke atas hanya satu Melayu yang ‘bersaing’ dengan etnik lain (China, India, suku bangsa yang lain). Hal itu yang kemudian menyebabkan diantara orang Melayu di Malaysia menjadi tidak bersatu karena nyatanya tidak seperti perasaan bersatu di Indonesia diantara orang Melayu yang berbeda-beda. Strategi negara yang berbeda menjadi penyebab perbedaan diantara orang Melayu antar negara.

Lantas bagaimana sejarah orang Melayu di Malaysia berbeda tidak Bersatu dan hanya mayoritas di Semenanjung Malaya? Seperti disebut di atas, negara Malaysia mengusung nama Melayu, menganggap negaranya mewakili Melayu di seluruh Nusantara dan bahkan di muka bumi. Lalu bagaimana sejarah orang Melayu di Malaysia berbeda tidak Bersatu dan hanya mayoritas di Semenanjung Malaya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (759): Orang Melayu Berbeda-Beda di Nusantara; Banyak di Sumatra, Hanya Minoritas di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di Nusantara pada zaman dahulu sudah terbentuk dari berbagai suku/bangsa. Ada yang sudah punah/lenyap atau tersamar dalam suku lain yang populasinya lebih besar. Jumlah suku di Indonesia yang ada sekarang dibandingkan di masa lampau tentu jauh lebih sedikit. Hal itu juga dengan di Malaysia. Suku/bangsa Melayu di Indonesia kini hanya minoritas, yang mayoritas adalah suku/bangsa Jawa. Sementara di Malaysia suku/bangsa terbesar adalah Melayu. Namun karena berbeda definisi di Indonesia dan Malaysia, banyak suku/bangsa asal Indonesia di Malaysia dianggap Melayu (bahkan sekalipun mereka berbahasa etnik sendiri).


Suku atau juga bangsa, adalah suatu afiliasi bagi seseorang atau sekelompok orang yang mengidentifikasi diri masuk atau dikelompokkan sebagai suku apa atau beragama. Pengelompokkan diri dalam suku lebih longgar dari agama. Kelonggaran dalam afiliasasi suku itu bisa dipengaruhi karena hubungan tempat tinggal, batas-batas wilayah/negara, hubungan perkawinan, bahasa yang digunakan atau elemen-elemen budaya lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini secara makro pengelompokkan suku bisa karena atas pengakuan atau karena diidentifikasi orang lain (label yang diberikan oleh orang luar/asing). Pengelompokkan suku/bangsa yang dimaksud di atas dapat berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain. Di Indonesia dan di Malaysia pengelompokkan etnik Melayu tampaknya berbeda.

Lantas bagaimana sejarah orang Melayu berbeda-beda di Nusantara dan banyak di Sumatra, tetapi hanya minoritas di Indonesia? Seperti disebut di atas, suku/bangsa adalah suatu afiliasi, suatu pengelompokkan yang berbeda-beda antara satu pihak dengan pihak lain antara satu negara dengan negara lain. Lalu bagaimana sejarah orang Melayu berbeda-beda di Nusantara dan banyak di Sumatra, tetapi hanya minoritas di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.