Rabu, 15 Maret 2023

Sejarah Malang (44): Mas Asmaoen Lahir di Malang 16 Mei 1880, Lulusan Docter Djawa School; Siapa Dokter Pertama Indonesia?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Siapa dokter pertama Indonesia? Nah, itu pertanyaannya. Tentu saja akan menarik karena yang pertama. Pertanyaan ini dapat diperluas: Siapa guru pertama Indonesia? Siapa dokter hewan pertama Indonesia? Siapa inisinyur pertama Indonesia? Dan seterusnya. Yang pertama-pertama ini semuanya memperolehnya di Belanda. Mengapa? Karena di Indonesia (baca: Hindia Belanda) belum ada perguruan tinggi (universitas). Bagaimana dengan Mas Asmaoen can Malang?


Raden Mas Asmaoen (16 Mei 1880-11 Juni 1917) dokter asal kota Malang. Asmaoen adalah putra pasangan Raden Mas Soemodiprodjo (Surakarta) dan Nyi Mas Arliah. Menurut de Vries, ada seorang dokter pribumi pertama di Indonesia, Mas Asmaoen, lulusan dari STOVIA setelah mengemban pendidikan selama 3 tahun dengan bergelar Dokter Jawa. Pada 2 Desember 1908 (usia 28 tahun) di Surabaya, Jawa Timur. Asmaoen menikah dengan Adriana Asmaoen-Punt, berdarah Belanda kelahiran Surabaya. Pada 1904, Menteri urusan daerah Jajahan Dirk Fock mengeluarkan izin studi kedokteran di Belanda bagi lulusan STOVIA. Abdul Rivai yang pertama mendapatkannya. Bersama Mas Boenjamin, Asmaoen mencatatkan namanya di fakultas kedokteran Universitas Amsterdam 1908. Menurut Hans Pols, kendati Abdul Rivai yang pertama, tetapi Mas Asmaoen yang pertama lulus. “Karena Rivai sibuk menulis untuk majalah Bintang Hindia, Asmaoen menjadi bumiputra pertama menerima gelar dokter Belanda”. Rivai lulus Juli 1908, Boenjamin Oktober 1908. Boenjamin mengikuti langkah Rivai mengambil gelar doktor bidang ilmu kedokteran di Universitas Gent, pada 9 Oktober 1909. “Dengan demikian, Boenjamin menjadi orang Indonesia kedua dan orang Jawa pertama yang meraih gelar dokter". Asmaoen sempat beberapa bulan bekerja di Institute of Naval and Tropical Medicine di Hamburg dan selanjutnya, berdinas di KNIL) dan pernah di Irian. Lalu pindah ke negeri Belanda dan dinaturalisasi. Tanggal 11 Juni 1917, Mas Asmaoen meninggal dunia (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Mas Asmaoen lahir di Malang 16 Mei 1880, lulusan Docter Djawa School? Seperti disebutkan di atas, Mas Asmaoen disebut dokter pertama Indonesia semasa era Hindia Belanda. Sebenarnya siapa saja orang Indonesia yang pertama, termasuk perempuan pertama Indonesia menjadi dokter? Lalu bagaimana sejarah Mas Asmaoen lahir di Malang 16 Mei 1880, lulusan Docter Djawa School? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (43): Karangkates Tempo Dulu di District Sengoro, Afdeeling Malang; Raimuna Nasional - Bendungan Sengguruh


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Nama Karangkates kini menjadi waduk Karangkates. Nama bendungan juga adakalanya disebut bendunggan Sutami. Kini juga ada nama Bendungan Sengguruh, Karangkates dan Sengguruh bukan nama baru. Tempo doeloe nama Sengguruh awalnya adalah Sengoro (bergeser menjadi Sengguruh). Pada tahun 1976 di Karangkares diadakan Raimuna Nasional ke-3 (dan ke-4 di Cibubur tahun 1982 dimana saya berpartisipasi). Bendungan Sengguruh selesai dibangun 1988.


Desa Karangkates adalah desa terletak di kabupaten Malang (kecamatan Sumberpucung). Pemerintah desa Karangkates diresmikan tanggal 14 Februari 2002. Di desa ini, terdapat dua bendungan: Bendungan Sutami dan Bendungan Lahor. Untuk saat ini, Bendungan Sutami sudah ditutup total, tetapi Bendungan Lahor masih dibuka untuk umum. Bendungan Sutami atau disebut juga Bendungan Karangkates, adalah sebuah bendungan yang dibangun di Sumberpucung, membendung Sungai Brantas. Nama bendungan ini diambil dari nama Menteri Pekerjaan Umum (1966 hingga 1978). Setelah menyelesaikan pembangunan Terowongan Neyama di Tulungagung untuk mengendalikan banjir mulai mengkaji kemungkinan untuk membangun bendungan besar di hulu Sungai Brantas. Awalnya, mempertimbangkan untuk membangun bendungan di Pohgajih, Blitar, akhirnya baru dapat diselesaikan pada tahun 1973. Semnatara itu Bendungan Sengguruh adalah bendungan yang dibangun terutama untuk mengurangi jumlah sedimen yang mengendap di Waduk Karangkates. Bendungan ini mulai dibangun pada tahun 1982 dan selesai dibangun pada tahun 1988. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Karang Kates tempo doeloe di district Sengoro, afdeeling Malang? Seperti disebut di atas di wilayah Karangkates dibangun bendungan yang juga disebut bendungan Sutami. Lalu di sungai yang sama kemudian dibangun Bendungan Sengguruh. Di Kawasan Karangkates juga pernah diadakan pertemuan pramuka penegak/pandega (Raimuna). Lalu bagaimana sejarah Karang Kates tempo doeloe di district Sengoro, afdeeling Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 14 Maret 2023

Sejarah Malang (42): Gunung Meletus di Wilayah Malang,Tidak Perlu Khawatir Akan Tetapi Tetap Waspada; Sejarah Awal BMKG


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Kini urusan gempa dan gunung meletus harus ke BMKG. Percayakan kepada badan pemerintah tersebut. Misalnya contoh meletusnya kembali gunung Merapi di Jogjakarta kemarin. Fakta bahwa kejadian gempa dan gunung meletus sejatinya sudah sedari dulu, tanpa pernah sama kelali berhenti hingga ini hari. Dalam hubungan itu, khususnya di wilayah Malang, potensi gunung meletus selalu ada, apalagi di wilayah Malang ada gunung-gunung aktif seperti gunung Semeru dan gunung Kelud. Bagaimana urusan gempa dan gunung meletus tempo doeloe? Yang jelas cikal bakal BMKG bermula tahun 1848 di Buitenzorg.

 

BMKG Malang: "Mengamati dan memahami fenomena klimatologi", "Menyediakan data, informasi dan jasa klimatologi yang handal dan terpercaya kepada para pengguna sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka dengan tingkat akurasi tinggi dan tepat waktu di Wilayah Provinsi Jawa Timur", "Melaksanakan operasional pengamatan dan pengumpulan data secara teratur, lengkap dan akurat guna dipakai untuk mengenali dan memahami karakteristik unsur-unsur klimatologi, guna membuat prakiraan dan informasi yang akurat di Wilayah Provinsi Jawa Timur" Prakiraan curah hujan prakiraan iklim prakiraan sifat hujan". BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Jawa Timur: Alamat: Jl. Zentana No.33, Krajan, Ngijo, Kec. Karang Ploso, Kabupaten Malang, 65152; Telepon: (0341) 464827. BMKG - Stasiun Geofisika Pasuruan: Alamat: Melaten Lor, Plintahan, Kec. Pandaan, Pasuruan, 67156; Telepon: (0343) 635590 (https://www.google.com/search?q=bmkg+malang) 

Lantas bagaimana sejarah Gunung Meletus di Wilayah Malang, Tidak Perlu Khawatir Akan Tetapi Tetap Waspada; Sejarah Awal BMKG Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (41): Indrokilo Pasuruan di Prigen Dekat Malang;Pertapaan Peninggalan Masa Majapahit di Lereng Gunung Ringgit


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Apa itu Indrokilo? Tempo doeloe adakalanya dieja Endrokilo. Ap aitu Indrokilo? Nama tempat, tidak hanya di Pasuruan dekat Malang. Juga ada di wilayah lain. Indrokilo di Pasuruan menjadi tempat pertapaan, dimana juga terdapat candi dan arca-arca yang lokasinya di Prigen di lereng gunung Ringgit. Apa keutamaannya? Kerap dikunjungi wisatawan Eropa/Belanda. Bagaimana dengan orang pribumi?


Cerita Pertapaan Indrokilo, Peninggalan Majapahit di Lereng Ringgit. Radar Bromo. 26 March 2022. Kabupaten Pasuruan dikenal memiliki banyak candi. Salah satunya di Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen. Tepatnya di pertapaan Indrokilo yang dipercaya menjadi tempat bertapa para dewa dan penggawa. Indrokilo selama ini lebih dikenal sebagai tempat pertapaan. Tidak heran, tempat ini jadi jujukan warga yang ingin tirakat Lokasinya di lahan Perhutani. Berada di lereng Gunung Ringgit dengan ketinggian 1.424 meter di atas permukaan air laut (dpl). Masuk Dusun Talungnongko, Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen. Dengan lokasi itu, hawa di Indrokilo selalu sejuk. Pagi dan siang hari suhunya sekitar 21-25 derajat Celsius. Sementara malam hari lebih dingin lagi, 17-19 derajat Celsius. Tidak sekadar tempat pertapaan. Sejumlah candi bisa ditemui di Indrokilo. Ada Candi Satrio Panggung, Mintorogo, Celeng Srenggi, Mundi Sari, Panji Saputra, dan Dewi Suprobowati. Juga terdapat banyak arca di sana. Termasuk petilasan Batu Kursi yang konon merupakan tempat Presiden RI Pertama Soekarno bertapa. “Kami dan warga sekitar menyebutnya Pertapaan Indrokilo. Satu kawasan di dalamnya banyak terdapat candi, petilasan dan juga arca,” ungkap Rasid, juru pelihara sekaligus ketua Pokdarwis Panji Laras Dayurejo. Indrokilo sendiri dipercaya tempat para dewa dan punggawa-punggawanya untuk bertapa. Mengheningkan cipta, menghadap Ilahi. (https://radarbromo.jawapos.com/)

Lantas bagaimana sejarah Indrokilo di Prigen, kabupaten Pasuruan dekat (kabupaten) Malang? Seperti disebut di atas Indrokilo adalah nama tempat, nama kampong, tetapi di Pasuruan cukup dikenal bahkan hingga ini hari. Ada yang menyebut, suatu (tempat) pertapaan, peninggalan Majapahit di lereng gunung Ringgit. Lalu bagaimana sejarah Indrokilo di Prigen, kabupaten Pasuruan dekat (kabupaten) Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 13 Maret 2023

Sejarah Malang (40): Harimau di Wilayah Malang Tempo Doeloe, Apakah Jejak Masih Tersisa? Musuh Hewan Sahabat Penduduk


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Abdullah Sholeh disapa Cak Sholeh, 35 tahun, satu-satunya manusia yang bisa hidup dan mengobrol empat mata bersama seekor harimau. Pria asal Malang, telah hidup dengan seekor harimau jenis Benggala selama 13 tahun. Harimau diberi nama Mulan Jamilah didaptakan dari sumbangan sekolah Islam di Malang, lantaran pemilik sebelumnya mengaku tidak dapat merawatnya yang saat itu Mulan baru berusia tiga bulan (Kumparan.com 11 Juni 2020). Siapakah sebenarnya musuh harimau? Manusia atau hewan sendiri? Fakta bahwa kini harimau telah lama punah di wilayah Malang.


BKSDA Jatim Identifikasi Temuan Tengkorak Diduga Harimau Jawa di Kota Malang. Antara.com. 7 September 2020. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur melakukan identifikasi terhadap temuan tengkorak diduga harimau jawa (Panthera tigris sondaica), di kawasan Lowokwaru, Kota Malang. Kepala Seksi Konservasi Wilayah VI BKSDA Jawa Timur mengatakan mendapatkan informasi temuan dari masyarakat dan akan melakukan identifikasi terhadap kerangka bagian kepala itu. "Informasinya tengkorak itu ditemukan di sekitar Kali Metro, kelurahan Merjosari." katanya, di Kota Malang, Senin. Disebutkan tengkorak berat delapan ons dengan ukuran tinggi 13 cm, lebar 21 cm, dan panjang 15 cm. Berdasarkan hasil identifikasi awal, diduga bahwa temuan tersebut adalah tengkorak macan tutul. "Kalau harimau, terlalu kecil. Di samping itu, pada kawasan sekitar sini, habitat macan tutul masih ada. Namun, kami tidak bisa pastikan 100 persen. Tunggu hasil laboratorium dulu," katanya. Tengkorak tersebut akan diboyong menuju LIPI Bogor untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Populasi macan tutul ditemukan di beberapa titik, termasuk di wilayah Malang Raya. Titik-titik tersebut, diantaranya di kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger Semeru (TNBTS) hingga di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. "Kami sudah pasang kamera track di Pulau Sempu. Ciri-ciri atau jejak macan tutul bisa diidentifikasi dari cakaran pohon hingga jejak-jejaknya. Jumlahnya, kami masih belum tahu. Kami masih melakukan pengamatan," ujarnya. Tengkorak hewan yang diduga berusia 50 tahun (https://jatim.antaranews.com/)

Lantas bagaimana sejarah harimau di wilayah Malang tempo doeloe, apakah masih ada jejak tersisa? Seperti disebut di atas, harimau di wilayah Malang sudah lama punah. Fakta di wilayah Malang belum lama ini ditemukan warga Malang penyayang harimau dan penemuan diduga tengkorak harimau menjadi berita. Apakah dalam hal ini harimau musuh hewan atau sahabat penduduk. Lalu bagaimana sejarah harimau di wilayah Malang tempo doeloe, apakah masih ada jejak tersisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (39): Ngantang di Sisi Barat Malang Menjorok Masuk di Wilayah Kediri; Menjurus ke Malang di Lereng Kawi-Kelud


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Satu hal yang menjadi pertanyaan tentang wilayah (kecamatan) Ngantang adalah secara geografis dekat ke (kabupaten) Kediri tetapi secara geopolitik masuk wilayah (kabupaten) Malang? Wilayang Ngantang ‘tersembunyi; di sebelah barat Malang berada di lereng gunung Kawi dan gunung Kelud. Ngantang dalam hal ini jalur pintas pegunungan (melalui Kota Batu) antara wilayah Malang di hulu sungai Brantas dan wilayah Kediri di hilir sungai Brantas. Kasus wilayah Ngantang bukan satu-satunya di wilayah Indonesia dan tidak tergolong dalam pembagian wilayah yang ekstrim.


Ngantang adalah kecamatan di kabupaten Malang. Bersama Pujon dan Kasembon, berada di wilayah pegunungan sebelah barat Kota Malang. Jarak Ngantang ke Kota Malang 39 Km dan jarak ke ibu kota kabupaten Malang di Kepanjen 57 Km. Ngantang berada dijalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Ngantang berhawa dingin pada ketinggian 870 M dpl. Asal usul penamaan Ngantang sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Nama Ngantang diduga terkait isi prasasti yang berasal dari masa Raja Jayabhaya (1135 M). Isi prasasti pengesahan anugerah untuk penduduk desa Hantang karena telah berjasa dan setia pada kerajaan Panjalu (dalam perang melawan kerajaan Jenggala). Dalam hal ini Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Jenggala dan mempersatukannya kembali dengan Kediri. Dalam prasasti terdapat cap kerajaan bergambar Narasimha berupa semboyan Panjalu Jayati yang mungkiin artinya Kediri Menang. Batas wilayah (kecamatan) Ngantang di sebelah utara dan barat adalah kecamatan Kasembon; di sebelah timur kecamatan Pujon; di sebelah selatan kecamatan Gandusari (Blitar). Penduduk kecamatan Ngantang mayoritas suku Jawa yang berkebudayaan Jawa Arekan. Jumlah penduduk sekitar 60 ribu jiwa yang tersebar di 13 desa: Banjarejo, Banturejo, Jombok, Kaumrejo, Mulyorejo, Ngantru, Pagersari, Pandansari, Purworejo, Sidodadi, Sumberagung, Tulungrejo dan Waturejo (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Ngantang di sebelah barat Malang yang menjorok masuk wilayah Kediri? Seperti disebut di atas, secara geografis wilayah Ngantang berada di wilayah (kabupaten) Kediri, tetapi secara geopolitik (administrasi wilayah pemerintahan sejak era Pemerintah Hindia Belanda) masuk wilayah (kabupaten) Malang. Wilayah Ngantang menjurus ke Batu Malang di lereng gunung Kawi dan gunung Kelud. Lalu bagaimana sejarah Ngantang di sebelah barat Malang yang menjorok masuk wilayah Kediri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.