*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini
Tan Malaka berhasil mendapat akta guru. Tan Malaka, guru tetaplah guru. Seperti guru Soetan Casajangan dan guru Djamaloeddin, Tan Malaka yang belum lama lulus dari sekolah guru (kweekschool) di Fort de Kock, malanjutkan studi ke Belanda pada tahun 1912. Lantas bagaimana sejarah Tan Malaka? Sebenarnya, tidak terinformasikan seluruhnya.
Tan
Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka (lahir Juni 1897 adalah seorang
pejuang kemerdekaan Indonesia, juga pendiri Partai Murba, dan merupakan salah
satu Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir di Suliki, Ayahnya bernama HM Rasad,
seorang karyawan pertanian. Pada tahun 1908, ia didaftarkan ke Kweekschool di
Fort de Kock. Setelah lulus dari sekolah itu pada tahun 1913, melanjutkan studi
di Rijkskweekschool di Haarlem Belanda. Setelah Revolusi Rusia pada Oktober
1917, tertarik mempelajari paham Sosialisme dan Komunisme. Sejak saat itu, ia
sering membaca buku-buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin.
Saat itulah ia mulai membenci budaya Belanda dan terkesan oleh masyarakat
Jerman dan Amerika. Dia kemudian mendaftar ke militer Jerman, namun ia ditolak
karena Angkatan Darat Jerman tidak menerima orang asing. Ia bertemu Henk
Sneevliet, salah satu pendiri Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV)
organisasi yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia. Ia lalu tertarik
dengan tawaran Sneevliet yang mengajaknya bergabung dengan Sociaal
Democratische-Onderwijzers Vereeniging (SDOV, atau Asosiasi Demokratik Sosial
Guru). Lalu pada bulan November 1919, ia lulus dan menerima ijazahnya yang
disebut hulpactie.
(Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Tan Malaka, Ibrahim gelar Datoek Soetan Malaka lahir di Soeliki dan Soetan Casajangan? Seperti disebut di atas, narasi sejarah Tan Malaka tidak sepenuhnya terinformasikan. Hanya merahnya saja, lupa ketika kunung dan masih hijau. Guru tetaplah guru. Lalu bagaimana sejarah Tan Malaka, Ibrahim gelar Datoek Soetan Malaka lahir di Soeliki dan Soetan Casajangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.