Sabtu, 02 September 2023

Sejarah Mahasiswa (56): AA Maramis Studi ke Belanda; Doktor Ekonomi Sastrawidagda dan Mahasiswa Arnold Mononutu diBelanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak siswa pribumi asal Hindia melanjutkan studi ke Belanda dalam hal ini termasuk AA Maramis. Banyak yang berhasil, bahkan hingga mencapai gelar doktor seperti Sastra Widagda. Tentu saja ada yang gagal, Tidak banyak tetapi ada. Bagaimana dengan Arnold Mononutu di Belanda?


Mr Alexander Andries Maramis (AA Maramis) lahir 20 Juni 1897 di Manado, Sulawesi Utara pada tanggal 20 Juni 1897. Ayahnya bernama Andries Alexander Maramis (nama pertama dan tengah dibalik). AA Maramis belajar di sekolah dasar ELS di Manado. Dia kemudian masuk sekolah menengah HBS di Batavia di mana dia bertemu dan berteman dengan Arnold Mononutu dan Achmad Soebardjo. Pada tahun 1919, Maramis berangkat ke Belanda dan belajar hukum di Universitas Leiden, terlibat dalam organisasi mahasiswa Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging). Pada tahun 1924, ia terpilih sebagai sekretaris perhimpunan tersebut. AA Maramis lulus dengan gelar Mr tahun 1924. Ia kemudian kembali ke Indonesia dan memulai kariernya sebagai pengacara di Pengadilan Negeri di Semarang tahun 1925. Pada era Republik AA Maramis diangkat sebagai Menteri Keuangan dalam kabinet Indonesia pertama, menggantikan Samsi Sastrawidagda yang pada awalnya diberi jabatan tersebut pada waktu kabinet dibentuk pada tanggal 2 September 1945. Sastrawidagda mengundurkan diri setelah hanya menjabat selama dua minggu karena sakit. Sastrawidagda adalah orang pertama yang ditunjuk sebagai Menteri Keuangan Indonesia, tetapi karena waktunya yang sangat singkat, Maramis dapat dianggap, secara de facto, sebagai Menteri Keuangan Indonesia pertama. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah AA Maramis studi ke Belanda? Seperti disebut di atas, banyak siswa priobumi studi ke Belanda, ada yang berhasil dan ada yang gagal. AA Maramis termasuk yang berhasil demikian juga dengan Sastra Widagda yang bahkan mencapai gelar doctor. Bagaimana dengan studi Arnold Mononutu di Belanda? Lalu bagaimana sejarah AA Maramis studi ke Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (55): Arifin Harahap ke Belanda Tidak Pernah, Hanya Studi Hukum di Batavia; Mr Amir Sjarifoeddin Harahap


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Arifin Harahap? Di dalam lama Wikipedia nama Arifin Harahap hanya ditulis satu kalimat saja sebagai Menteri Perdagangan Indonesia pada Kabinet kerja 1 dan 2 Orde Lama. Mengapa bisa begitu? Apakah karena Arifin Harahap studi hukum di Indonesia dan tidak pernah ke Belanda? Jangan lupa Ir Soekarno juga tidak pernah ke Belanda. Bagaimana hubungan Arifin Harahap dengan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap?


Mr. Arifin Harahap bukanlah orang biasa, tetapi tidak ada yang menulis kisahnya, karena itu tidak ada yang bisa dibaca mengenai dirinya. Padahal Mr. Arifin Harahap adalah seorang yang cemerlang, menjabat sebagai menteri di dalam tujuh kabinet mulai dari Kabinet Kerja I (10 Juli 1959) hingga Kabinet Dwikora III (25 Juli 1966). Ketika Suharto menjadi anggota kabinet (Kabinet Ampera I) Mr. Arifin Harahap tidak lagi menjadi menteri, tetapi pada Kabinet Pembangunan I (era Suharto), tahun 1969 Mr. Arifin Harahap diangkat menjadi Duta Besar untuk Aldjazair. Selama tujuh tahun dalam tujuh kabinet Era Sukarno, Mr. Arifin Harahap telah menjabat Menteri Muda Perdagangan, Menteri Urusan Anggaran Negara dan Wakil Menteri Bank Sentral (Bank Indonesia). Sebaliknya, Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap riwayat karir dan sepak terjangnya sejak era Belanda, Jepang dan Republik sangat luar biasa banyaknya. Lantas mengapa kisah Mr. Arifin Harahap tidak muncul ke permukaan? Jawabnya: Mr. Arifin Harahap adalah seorang yang low profile, dan posisinya sebagai menteri yang berurusan dengan perdagangan, anggaran negara dan kebanksentralan tidak terlalu hingar bingar karena jauh bersentuhan dari urusan perebutan politik. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Arifin Harahap tidak pernah ke Belanda, hanya studi hukum di Batavia? Seperti disebut di atas, dalam perkembangannya siswa Indonesia tidak lagi harus studi ke Belanda karena sudah ada beberapa perguruan tinggi. Bagaimana hubungan Arifin Harahap dengan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap? Lalu bagaimana sejarah Arifin Harahap tidak pernah ke Belanda, hanya studi hukum di Batavia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 01 September 2023

Sejarah Mahasiswa (54): Ali Sastroamidjojo dan Perhimpunan Indonesia;Mohamad Hatta di Belanda - Amir Sjarifoeddin di Batavia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ali Sastroamidjojo memiliki sejarah yang lengkap. Studi ke Belanda dan aktif dalam organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda (Perhimpoenan Indonesia). Ali Sastroamidjojo di tanah air, aktif dalam organisasi politik yang mengantarkannnya menjadi pejabat pemerintah hingga menjadi Perdana Menteri RI. Ali Sastroamidjojo dan Mohamad Hatta di Belanda dan Ali Sastroamidjojo dan Amir Sjarifoeddin Harahap di Batavia. Mengapa?


Mr. Raden Ali Sastroamidjojo lahir 21 Mei 1903 di Grabag, Magelang. Ali bersekolah di sekolah Queen Wilhelmina School, melanjutkan studi hukum di Universitas Leiden menerima gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) tahun 1927. Semasa sekolah, ia aktif dalam organisasi pemuda, seperti organisasi Jong Java, dari tahun 1918 hingga 1922 dan Perhimpoenan Indonesia, dari tahun 1923 hingga 1928. Ia ditangkap tahun 1927 di Belanda dengan Mohammad Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, dan Abdulmadjid Djojoadiningrat. Setelah enam bulan di penjara, Ali dibebaskan. Kembali ke Jawa tahun 1928 bersama Soejoedi membuka kantor pengacara, bersama Soekiman menerbitkan majalah Djanget di Surakarta. Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno, lalu masuk Gerindo diketuai Amir Sjarifoeddin Harahap. Menteri Pengajaran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I (Juli 1947) dan Kabinet Hatta (Januari 1948). Wakil ketua delegasi RI dalam perundingan dengan Belanda (Februari 1948) dan anggota delegasi RI dalam perundingan KMB. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko (1950–1955). Ketua Umum Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung 1955, wakil tetap Indonesia di PBB (1957–1960), dan Ketua Umum PNI (1960–1966). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Ali Sastroamidjojo dan Perhimpoenan Indonesia? Seperti disebt di atas, Ali Sastroamidjojo memiliki sejarah yang lengkap. Mengapa? Mohamad Hatta di Belanda dan Amir Sjarifoeddin Harahap di Batavia. Lalu bagaimana sejarah Ali Sastroamidjojo dan Perhimpoenan Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (53): Djoeanda Karta Widjaja Lulus THS Bandung; Lahir di Jabar Wafat di Jakarta, Jateng Usulkan Pahlawan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak pahlawan nasional Indonesia. Pahlawan Indonesia Prof. Lafran Pane lahir di Padang Sidempuan dimakamkan sebagai pahlawan di Yogyakarta. Sebagai Pahlawan Nasional, Lafran Pane diusulkan oleh (provinsi) DI Yogyakarta (bukan dari Sumatra Utara). Demikian juga Pahlawan Nasional Ir Djuanda Kartawijaya diusulkan dari Jawa Tengah (bukan Jawa Barat), sementara Djuanda Kartawijaya lahir di Tasikmalaya dan dimakamkan sebagai pahlawan di Jakarta. Pahlawan Nasional adalah pahlawan Indonesia di semua daerah.


Ir H Raden Djoeanda Kartawidjaja lahir 14 Januari 1911. Namanya kemudian dikenal sebagai Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, diantara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal dengan sebutan sebagai negara kepulauan dalam konvensi hukum laut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS). Namanya diabadikan sebagai nama bandara di Surabaya, Jawa Timur atas jasanya dalam pembangunan lapangan terbang tersebut. Selain itu juga diabadikan untuk nama hutan raya di Bandung yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, dalam taman ini terdapat Museum dan Monumen Ir. H. Djuanda. Dan namanya pun juga diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta yaitu JL. Ir. Juanda di bilangan Jakarta Pusat, dan nama salah satu stasiun kereta yaitu Stasiun Juanda, Jakarta. Djuanda wafat di Jakarta 7 November 1963 saat masih menjabat menteri dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Berdasarkan SK Presiden RI No.244/1963 Ir H Djuanda Kartawidjaja ditablkan sebagai Pahlawan Nasional (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Djuanda Kartawijaya lulus THS Bandoeng? Seperti disebut di atas, Djoeanda lahir di Jawa Barat (Tasikmalaya), studi di THS Bandoeng. Kelak dimakamkan di Djakarta dan diusulkan Jateng menjadi Pahlawan Nasional. Lalu bagaimana sejarah Djuanda Kartawijaya lulus THS Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 31 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (52): Januar Hakim Ketua Dewan Mahasiswa Univ. Indonesia di Bandoeng; Terbentuknya ITB di Bandung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Januar Hakim? Itu bermula dari adanya ITB. Pada tahun Universitas Indonesia terdiri dari berbagai fakultas/lembaga di sejumlah kotaL Djakarta, Bogor, Bandoeng, Soerabaja dan Makassar. Dalam perkembangannya para mahasiswa membentuk organisasi. Untuk mahasiswa di lingkup Universitas Indonesia di Djakarta dibentuk satu dewan mahasiswa yang diketuai oleh Widjojo Nitisastro; sementara di Bandoeng dibentuk dewan mahasiswa yang diketuai oleh Januar Hakim Harahap.


Sejarah Mahasiswa Institut Teknologi Bandung: 1945 Seiring kemerdekaan Indonesia, di Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandoeng, banyak mahasiswa sukarelawan Tentara Pelajar.  STT Bandoeng dipindahkan ke Yogyakarta, menjadi STT Yogyakarta menjadi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dekannya, Ir. Rooseno. 1947 Belanda mendirikan Nood Universities berkembang menjadi Universiteit van Indonesie. Kampus STT Bandoeng dijadikan Faculteit van Technische Wetenschap (Fakultas Ilmu Teknik) dan Faculteit van Exacte Wetenschap (Fakultas Ilmu Pasti). Beberapa mahasiswa dan staf pengajar Indonesia, berdiri beberapa organisasi kemahasiswaan seperti Keluarga Mahasiswa Seni Rupa dan Himpunan Mahasiswa Bangunan dan Listrik muncul setahun berikutnya. 1957 penguatan organisasi kemahasiswaan intra-kampus dengan berdirinya Majelis Mahasiswa Indonesia. 1959 Presiden Soekarno dilaksanakan pemisahan Fakultas Teknik UI Bandung menjadi Institut Teknologi Bandung, tanggal 2 Maret. 1960 Berdiri Dewan Mahasiswa ITB (DM ITB) dengan Ketua Umum Piet Corputty (Teknik Sipil) dan Udaya Hadibroto (Teknik Pertambangan) sebagai Wakil Ketua Umum. Pekerjaan besar DM ITB yang pertama adalah bagaimana agar ITB tidak dilebur ke dalam Universitas Padjadjaran menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam UNPAD. (https://km.itb.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah Januar Hakim, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Bandoeng? Seperti disebut di atas, di Bandoeng, mahasiswa dari berbagai fakultas dan lembaga mebentuk dewan mahasiswa. Dewan mahasiswa ini menjadi cikal dewan mahasiswa seiring terbentuknya ITB Bandung tahun 1959. Lalu bagaimana sejarah Januar Hakim, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (51): Widjojo Nitisastro, Ketua Dewan Mahasiswa Univ. Indonesia di Djakarta; Terbentuknya Fakultas Ekonomi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Di gedung Nathanael Iskandar FEUI, di kampus UI Depok, di sisi kanan pintu masuk kantor/gedung Lembaga Demografi terdapat plakat: Lembaga Demografi FEUI didirikan tahun 1963 oleh Widjojo Nitisastro.  Fakultas ekonomi di Universitas Indonesia di Djakarta didirikan pada tahun 1950. Salah satu mahasiswa diterima adalah Widjojo Nitisastro.


Prof. Dr. Widjojo Nitisastro lahir di Malang 23 September 1927. Widjojo berasal dari keluarga pensiunan penilik sekolah dasar. Ayahnya aktivis Partai Indonesia Raya (Parindra), yang menggerakkan Rukun Tani. Ketika pecah Revolusi Kemerdekaan, duduk di kelas I SMT (setingkat SMA) di Santo Albertus, Malang. Widjojo bergabung dengan pasukan pelajar TRIP. Seusai perang, Widjojo mengajar di SMP selama 3 tahun, kemudian melanjutkan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dan mengkhususkan pada demografi. Masih menjadi mahasiswa di FEUI, bersama ahli dari Canada Prof. Dr. Nathan Keyfiz, Widjojo menulis buku berjudul "Soal Penduduk dan Pembangunan Indonesia". Kata pengantarnya ditulis Mohammad Hatta. Hatta menulis, "Seorang putra Indonesia dengan pengetahuannya mengenai masalah tanah airnya, telah dapat bekerja sama dengan ahli statistik Canada. Mengolah buah pemikirannya yang cukup padat dan menuangkannya dalam buku yang berbobot." Buku ini sangat populer di kalangan mahasiswa ekonomi. Widjojo lulus dengan predikat Cum Laude. Widjojo kemudian berkuliah di University of California at Berkeley. Ia lulus pada tahun 1961 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Widjojo Nitisastro, ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Djakarta? Seperti disebut di atas, fakultas ekonomi di Universitas Indonesia di Djakarta didirikan pada tahun 1950. Salah satu mahasiswa diterima adalah Widjojo Nitisastro. Bagaimana terbentuknya fakultas ekonomi? Lalu bagaimana sejarah Widjojo Nitisastro, ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di Djakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.