Minggu, 17 Desember 2023

Sejarah Bahasa (181): Bahasa Ngada Orang Ngada di Pulau Flores; Puu Zili Giu Gema, Sao Ture Nabe Watu Lewa Ngadhu Bhaga


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Ngada atau bahasa Bajawa adalah bahasa yang dipertuturkan oleh suku Ngada. Penuturnya terdapat di pulau Flores bagian tengah selatan, di antara wilayah penutur bahasa Manggarai dan bahasa Ende-Lio. Bahasa Ngada termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.


Suku Ngada (atau Ngadha, Nad'a, Nga'da) mendiami sebagian besar daerah Kabupaten Ngada. Suku Ngada merupakan penutur [bahasa Ngada atau Rokka] dibagi atas empat etnis Rokka, Riung, Nage, Bajawa masing-masing klan mempunyai kebudayaan sendiri seperti rumah adat, tarian, pakaian adat. Sebelum tahun 1907 etnis Ngada lebih dikenal dengan nama De Rokka yang berpusat di sekitar Rokkas Piek sekitaran Gunung Inerie. Terdapat mitos nenek moyang suku Ngada telah melakukan perjalanan yang jauh dari tempat yang disebut dengan "pu’u zili giu gema" (tempat yang gelap gulita). Rumah orang Ngada disebut "sa'o", ditata membentuk permukiman pola bulat telur atau persegi panjang posisi mengelilingi lapangan digunakan berkumpul dan mengadakan upacara di tengah terdapat susunan panggung batu disebut "Ture" dimana terdapat batu ceper besar disebut Nabe sebagai altar dan batu tegak disebut "watu lewa'. Setiap rumah selalu menghadap ke "ngadhu" dan "bhaga" sebagai poros. Bhaga seperti rumah berukuran kecil representasi leluhur perempuan, Ngadhu/Madhu representasi leluhur laki-laki bentuk payung dengan keri atau atap alang-alang dan ijuk yang jumlah keduanya selalu berpasangan (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ngada orang Ngada di pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Ngada dituturkan orang Ngada di Ngada. Puu Zili Giu Gema, Sao, Ture, Nabe, Watu Lewa, Ngadhu, Bhaga. Lalu bagaimana sejarah bahasa Ngada orang Ngada di pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (180): Bahasa Komodo Orang Komodo di Pulau Komodo Antara Sumbawa dan Flores; Ata Modo-Ompu Dato


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Komodo adalah bahasa yang digunakan suku Komodo. Penuturnya terdapat di pulau Komodo dan Flores bagian barat. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Jumlah penutur bahasa Komodo sedikit. Pada tahun 1930-an, dikatakan jumlah orang Komodo hanya sekitar 143 jiwa.

 

Suku Komodo (Ata Modo) adalah suku asli yang mendiami pulau Komodo. Mereka menamakan dirinya "Ata Modo" yang artinya 'Orang Modo' dan pulau yang mereka diami itu disebut "Tana Modo". Suku Komodo, penghuni pertama pulau Rinca. Menurut legenda, komodo sebenarnya kembaran dari suku Komodo yang dilahirkan oleh seorang wanita bernama Putri Naga yang kemudian menikah dengan seorang pria setempat. Selain hewan Komodo di pulau Komodo, masyarakat di Taman Nasional Komodo memiliki budaya unik. Kolo Kamba adalah tarian simbolik yang menceritakan perjuangan hidup leluhur-leluhur zaman dulu. Seorang pemimpin (Ompu Dato) akan mendirikan kayu sekitar semeter. Gendang dipukul, para laki-laki menari, bersilat, Desa Komodo terletak di Labuan Bajo, Flores. Dihuni oleh suku Komodo, yang dipercaya dapat berbicara dengan Komodo, karena mitos satu ibu. Mereka adalah kelompok manusia pertama yang menetap di Pulau Rinca, baru kemudian disusul oleh suku Bajo. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Komodo orang Komodo di pulau Komodo antara Sumbawa dan Flores? Seperti disebut di atas bahasa Komodo dituturkan orang Komodo di pulau Komodo. Ata Modo dan Ompu Dato. Lalu bagaimana sejarah bahasa Komodo orang Komodo di pulau Komodo antara Sumbawa dan Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sabtu, 16 Desember 2023

Sejarah Bahasa (179): Bahasa Lio Orang Lio di Pulau Flores; Mosa Laki dan Sao Ria, Sao Keda, Kanga, Tubu Musu, Rate, Kebo Ria


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Lio atau Sara Lio adalah bahasa yang digunakan suku Lio. Penuturnya terdapat di pulau Flores, tepatnya di sebagian besar wilayah Kabupaten Ende dan bagian barat Kabupaten Sikka. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

 

Suku Lio adalah suku tertua dan terbesar di Pulau Flores. Suku masih memegang teguh tradisi dan budaya warisan leluhur. Populasi masyarakat Lio mendominasi hampir 85 % wilayah kabupaten Ende. Suku Lio juga menempati bagian barat wilayah Kabupaten Sikka. Dahulu diceritakan suku Lio adalah manusia pertama di wilayah Ende Lio turun dari gunung Lepembusu di kawasan pemukiman desa Wolotolo. Suku Lio di desa Wolotolo dipimpin oleh empat Mosa Laki (kepala suku) dan tujuh Kopo Kasa (wakil kepala suku). Keempat kepala suku bertempat tinggal di sao ria (rumah besar) masing-masing. Suku Lio di Desa Wolotolo memiliki berbagai macam elemen permukiman adat bangunan mulai dari sao ria (rumah besar), sao keda (tempat musyawarah), kanga (arena lingkaran), tubu musu (tugu batu), rate (kuburan) dan kebo ria (lumbung). Versi lain mengatakan orang Lio awalnya datang dari Malaka. Nama orang tersebut adalah Lio Laka yang turun di Kecamatan Wewaria (Pantai Utara Flores Kab. Ende). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Lio orang Lio di pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Lio dituturkan orang Lio di pulau Flores. Mosa Laki dan Sao Ria, Sao Keda, Kanga, Tubu Musu, Rate, Kebo Ria. Lalu bagaimana sejarah bahasa Lio orang Lio di pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (178): Bahasa Ende Orang Ende di Pulau Ende; Berbagai Kelompok Populasi dan Bahasa-Bahasa di Pulau Flores


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Ende adalah bahasa yang digunakan suku Ende. Penuturnya terdapat di kabupaten Ende, pulau Flores dari kota Ende sampe bagian Selatan. Dialek-dialeknya diantaranya adalah Ende dan Ja'o. Bahasa Li'o kemungkinan merupakan dialek bahasa Ende juga. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Ka'e adalah salah satu contoh bahasa Ende yang artinya Abang atau Kakak.


Suku Ende adalah kelompok etnis di Indonesia yang mendiami bagian tengah Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kata Ende diperkirakan berasal dari kata "cindai" yang artinya 'kain sutra yang berbunga-bunga'. Wilayah asal suku Ende dibagi menjadi tiga wilayah yaitu kecamatan Nangapanda, Ende, dan Ndona. wilayah asal orang Ende ini bertetangga dengan wilayah kediaman suku Nage dan Keo di sebelah barat, dan dengan wilayah kediaman suku Lio di sebelah Timur. Lingkungan alam dari wilayah asal suku bangsa ini merupakan wilayah bergunung dan bukit berlekuk-lekuk tajam dan jarang ditemukan lahan basah. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ende orang Ende di pulau Ende? Seperti disebut di atas bahasa Ende dituturkan di Endew. Berbagai kelompok populasi dan bahasa-bahasa di pulau Flores (Ende). Lalu bagaimana sejarah bahasa Ende orang Ende di pulau Ende? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 15 Desember 2023

Sejarah Bahasa (177): Bahasa Adonara di Pulau Adonaro - Dialek Bahasa Lamaholot; Bahasa Austronesia, Bahasa Batak, Melayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Adonara adalah sebuah bahasa Austronesia atau dialek dari bahasa Lamaholot yang dipertuturkan di Pulau Adonara, Pulau Solor bagian timur, di antara Flores dan Lembata, provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun dialek-dialek dari bahasa Adonara adalah sebagai berikut: Adonara Barat, Adonara Timur dan Solor Timur.


Adonara sebuah pulau di Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah timur Pulau Flores. Pulau ini dibatasi oleh Laut Flores di sebelah utara, Selat Solor di selatan (memisahkan dengan Pulau Solor), serta Selat Lowotobi di barat (memisahkan dengan Pulau Flores. Adonara dahulu merupakan sebuah kerajaan Adonara yang didirikan pada tahun 1650. Secara umum, masyarakat di pulau Adonara bertani. Karena kondisi geografisnya, pertanian di sini adalah pertanian lahan kering. Hasil utama dari pertanian ini yaitu jagung, ubi atau singkong serta tanaman perkebunan seperti kelapa, tembakau, vanili, coklat dan cengkih. Nama Adonara merupakan gabungan dari dua kata bahasa Lamaholot (termasuk bahasa Adonara) yaitu Ado dan nara. Ado merupakan nama laki-laki pertama yang mendiami pulau adonara yaitu Kelake Ado Pehan; sedangkan nara artinya kampung, bangsa, kaum kerabat. Secara harfiah, Adonara artinya kampung dari Ado, suku bangsa dari Ado, keturunan dan kaum kerabat dari Ado. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Adonara di pulau Adonaro dan dialek bahasa Lamaholot? Seperti disebut di atas bahasa Adonara dituturkan di pulau Adonara; Bahasa Austronesia, bahasa Batak dan bahasa Melayu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Adonara di pulau Adonaro dan dialek bahasa Lamaholot? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (176): Bahasa Alor Orang Alor di Pulau Alor Pulau Pantar Pulau Pura; Bahasa Austronesia, Bahasa Batak, Melayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Alor adalah sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan oleh suku Alor di Pulau Alor, provinsi Nusa Tenggara Timur. Bahasa Alor suku ini dari rumpun Austronesia memiliki banyak ragam bahasa atau dialek, diantaranya Belagar, Denebang, Deing, Mauta, Lemma, Alor, Kabola, Abui, Kawel, Kemang, Kelong, Maneta, Wuwuli, Seboda, Malua, Kramang, Wersin dan Kui


Suku Alor, disebut juga sebagai Dia'ang atau Dei'ing, adalah kelompok etnis yang mendiami Pulau Pantar, Pura, dan Alor di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.  Wilayah asal suku Alor, yakni Kabupaten Alor terdiri atas 5 kecamatan, yakni kecamatan Alor Timur, Alor Barat Laut, Alor Barat Daya, Alor Selatan, dan Pantar. Daerah ini merupakan daerah yang berbukit dan bergunung dengan berbagai tingkat kemiringan. Pada abad ke-17 dan 18, terdapat beberapa kerajaan kecil di Pulau Alor dan Pantar. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Alor orang Alor di Pplau Alor pulau Pantar dan pulau Pura? Seperti disebut di atas bahasa Alor dituturkan di kabupaten Alor. Bahasa Austronesia, bahasa Batak dan bahasa Melayu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Alor orang Alor di Pplau Alor pulau Pantar dan pulau Pura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982