Sabtu, 16 Desember 2023

Sejarah Bahasa (178): Bahasa Ende Orang Ende di Pulau Ende; Berbagai Kelompok Populasi dan Bahasa-Bahasa di Pulau Flores


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Ende adalah bahasa yang digunakan suku Ende. Penuturnya terdapat di kabupaten Ende, pulau Flores dari kota Ende sampe bagian Selatan. Dialek-dialeknya diantaranya adalah Ende dan Ja'o. Bahasa Li'o kemungkinan merupakan dialek bahasa Ende juga. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Ka'e adalah salah satu contoh bahasa Ende yang artinya Abang atau Kakak.


Suku Ende adalah kelompok etnis di Indonesia yang mendiami bagian tengah Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kata Ende diperkirakan berasal dari kata "cindai" yang artinya 'kain sutra yang berbunga-bunga'. Wilayah asal suku Ende dibagi menjadi tiga wilayah yaitu kecamatan Nangapanda, Ende, dan Ndona. wilayah asal orang Ende ini bertetangga dengan wilayah kediaman suku Nage dan Keo di sebelah barat, dan dengan wilayah kediaman suku Lio di sebelah Timur. Lingkungan alam dari wilayah asal suku bangsa ini merupakan wilayah bergunung dan bukit berlekuk-lekuk tajam dan jarang ditemukan lahan basah. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ende orang Ende di pulau Ende? Seperti disebut di atas bahasa Ende dituturkan di Endew. Berbagai kelompok populasi dan bahasa-bahasa di pulau Flores (Ende). Lalu bagaimana sejarah bahasa Ende orang Ende di pulau Ende? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Ende Orang Ende di Pulau Ende; Berbagai Kelompok Populasi dan Bahasa-Bahasa di Pulau Flores (Ende)

Kota Ende yang sekarang, sejatinya mengambil nama awal dari pulau Ende (berada di sebelah barat kota Ende). Kota Ende yang sekarang dapat dikatakan kota melting pot, dimana terdapat berbagai asal suku/bangsa dengan keberagaman agama. Kota Ende sendiri dapat dikatakan kota terbesar di pantai selatan pulau Flores. Bahasa yang digunakan di kota Ende dan sekitar adalah bahasa Ende-Lio.

 

Wikipedia: Kota Ende adalah tempat dari sebuah kerajaan. Penduduk daerah ini disebut sebagai orang Lio-Ende. Pemberontakan dipimpin oleh Nipa Do dikenal sebagai Watu Api dan Mari Longa (1916-1917). Pada 1934, Soekarno diasingkan ke Kota Ende.  Kini kota Ende terdiri dari 5 Kecamatan, 16 Kelurahan, dan 41 Desa. Pada tahun 2021, jumlah penduduknya mencapai 87.299. Masayarakat Ende memiliki keberagaman suku dan agama. Sebagian besar penduduknya beragama Kristen yakni 55,16%, dimana Katolik 49,24% dan Protestan 5,92%. Sebagian besar lagi beragama Islam yakni 44,61%, dan sebagian kecil beragama Hindu yakni 0,20% dan Buddha 0,03%.

Sebelum kehadiran orang Portugis, wilayah Ende (kabupaten Ende) dihuni oleh kelompok populasi berbahasa Lio. Orang Portugis pertama datang ke wilayah Ende ini terjadi setelah VOC/Belanda menduduki Malaka, Orang-orang Portugis terusir dari Malaka yang mana sejumlah misionaris Katolik dengan pengikutnya pindah ke pulau Flores. Para misionaris ini mendirikan stasion di beberapa tempat antara lain di Larantoeka dan di Ende. Nama Ende mengindikasikan nama tempat terakhir yang dijadikan stasion di sebelah barat di pantai selatan pulau (Larantuka di pantai timur di selat Solor). Stasion terjauh itu dipilih di suatu pulau yang kini dikenal sebagai pulau Ende.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Berbagai Kelompok Populasi dan Bahasa-Bahasa di Pulau Flores (Ende): Terbentuknya Bahasa Ende

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar