Pada
tanggal 17-07-1904 dilaksanakan kegiatan pertandingan sepakbola yang meriah di
Koningsplein (Lapangan Monas) yang menghadirkan empat klub di Batavia (Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 18-07-1904). Acara ini ,merupakan
tanggal dimulainya kick off kompetisi
sepakbola secara resmi di Batavia (untuk mudahnya sebut saja Jakarta). Sangat banyak
pengunjung (penonton). Kompetisi ini diikuti oleh enam klub, yakni: VIOS,
Bataviasch Voetbal Club (BVC), Oliveo, Hercules, Vooruit dan Docter Djawa
School.
Klasemen sementara, putaran pertama kompetisi (1904) |
Meski
ada dua kali pertandingan kualitas permainan belum seperti yang diharapkan para
penonton. Hasil pertandingan antara BVC melawan Oliveo berakhir dengan 3-3 dan
VIOS versus Hercules dimenangkan oleh VIOS dengan skor 4-1. Babak pertama dan pertandingan
pertama yang dimulai pukul 4,30 dilangsungkan selama 35 menit berada di belakang
matahari terik dengan angin kencang. Kedudukan sementara VIOS berada di
peringkat pertama dengan poin 2 (kini poin dinilai 3). Diperinkat dua dan tiga:
BVC dan Oliveo (BVC lebih dahulu menciptakan gol). Klub Vooruit dan Docter Djawa
School belum memainkan pertandingan.
Docter Djawa
School adalah sekolah (tinggi) kedokteran yang berada di Batavia,
diselenggarakan pertama kali tahun 1851. Sekolah ini kemudian berganti nama (1902)
menjadi STOVIA dan terakhir (stelah pengakuan kedaulatan RI) menjadi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia). Pada tahun 1904, lulusan STOVIA, sementara (maha)siswa
Docter Djawa School belum semuanya selesai pendidikan, nama klub yang dipakai
adalah Docter Djawa School. Sekolah Docter Djawa School adalah sekolah yang
ditujukan buat anak-anak pribumi dibawah penyelenggaraan pemerintah colonial.
Jumlah siswa setiap angkatan sekitar delapan sampai 10 orang. Siswa pertama (dua
orang) yang diterima dari luar Jawa tahun 1854 berasal dari Tapanuli Selatan
(waktu itu bernama afdeeling Mandheling en Angkola). Sejak itu, siswa-siswa
dari Tapanuli Selatan diterima secara regular hingga tahun 1900. Antara tahun
1900-1905 terdapat enam siswa yang berasal dari Tapanuli Selatan: Docter Djawa
School adalah Haroen Al Rasjid Nasution, Mohamad Hamzah Harahap, Abdoel Karim
Harahap, Abdoel Hakim Harahap dan Mohamad Daoelaj, sedangkan STOVIA adalah
Radjamin Nasoetion. Tiga mereka ini kelak menjadi pembina sepakbola pribumi di Pematang
Siantar (M. Hamzah), Medan (Radjamin), Lampung (Haroen), dan Surabaya
(Radjamin). Dr. Radjamin Nasution adalah pendiri bond pribumi di Medan (Deli
Voetbal Bond) dan kemudian Pembina sepakbola di Surabaya lalu menjadi walikota
pribumi pertama di Surabaya.
Klasemen semntara 05-09-1904 |
Pertandingan
berikutnya dilakukan setiap minggu sebanyak dua pertandingan. Kompetisi berlangsung dua putaran dengan home and away). Satu-satunya klub yang semua pemain bermaterikan orang pribumi, Docter Djawa
School tidak pernah menang. Kalah tiga kosong dari BVC, kalah dari VIOS dua
nol, kalah tiga kosong dari Oliveo, kalah telak lima nol lawan Hercules. Docter
Djawa School hanya bertanding delapan kali, karena Vooruit mengundurkan diri (lihat klasemen sementara pada Het nieuws van
den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-09-1904).
Seorang pembaca menulis bahwa pertandingan ini akan berlangsung seru dan banyak penonton (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 16-09-1904). Kedua tim memiliki pemain-pemain yang sangat baik. Trio sentral Oliveo terbilang terbaik di Batavia. Penulis ini memprediksi Oliveo yang akan menjadi juara. Pertandingan penentuan ini diselenggarakan di Mesteer Cornelis (Jatinegara), lapangan yang menjadi markas dari VIOS.
Klasemen akhir |
Pada tanggal 27 seorang supporter menulis dan diterbitkan di Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 28-09-1904. Dia mengaku adalah supporter sejati Oliveo dan selalu menonton setiap pertandingan. Suporter ini melihat telah banyak aturan yang dilanggar, tidak hanya oleh wasit tetapi juga panitia. Oliveo ingin mundur tetapi demi kompetisi terus ikut bermain. Seharusnya mengadopsi semua aturan sepakbola yang ada di Belanda. Misalnya adakalanya istirahat (jeda) selama satu jam padahal tiap babak hanya 30 menit. Seharusnya yang menunjuk wasit bukan klub penyelenggara pertandingan. Sudah seharusnya yang mengatur pertandingan adalah sebuah komite dan sudah waktunya dibentuk bond dan ada piala yang diperebutkan.
Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 14-11-1904 melaporkan adanya pesta
penutupan di sebuah gedung yang dihadiri sekitar 100 orang. Acara ini untuk
pemberian medali, dimana pemenang kompetisi adalah VIOS dengan medali emas. Di
peringkat kedia Oliveo dengan medali emas-perak, serta BVC di peringkat ketiga
dengan medali perak. Setelah usai pidato dan makan malam, pengunjung yang hadir
lalu bubar. Dengan begitu kompetisi perdana di Jakarta tahun 1904 usai sudah
dengan segala semangat dan kekurangannya.
Turnamen ini full
competition dengan cara home and away. Pada paruh putaran Hercules yang
memimpin. Namun menjelang berakhirnya turnamen yang cukup lama ini mulai
mengerucut antara VIOS, Hercules dan Oliveo. Pada putaran ketujuh Oliveo unggul
dengan poin 11, sementara VIOS dan Hercules masing-masing poin 10. Pada putaran
terakhir kebetulan Oliveo melawan tim lemah, Sport yang masih menyisakan dua
pertandingan. Dalam pertandingan terakhir Oliveo ini berhasil mengalahkan
Sport. Dengan demikian, poin Oliveo menjadi 13 dan tidak akan bisa dikejar lagi
oleh VIOS dan Hercules. Oliveo menjadi De Winner Droogdok-beker (lihat Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-02-1905).
Klassemen sementara 05-12-1904 |
Semangat
sepakbola terus bergelora. Untuk melanjutkan tren sepakbola Jakarta
diselenggarakan suatu turnamen yang disebut Droogdok-beker (Piala Droogdok).
Jumlah peserta adalah lima klub. Docter Djawa School tidak ikut serta, tetapi
klub yang baru dibentuk bernama Sport ikut dalam turnamen. Kemarin VIOS
menghancurkan Sport dengan 6-0 sebagaimana dilaporkan Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indie, 05-12-1904 (Klassemen sementara 05-12-1904).
Oleh karena kesibukan klub-klub Jakarta mengikuti turnamen internal di Jakarta, tidak sempat lagi bertandang ke Bandung. Namun demikian, di Bandung, pada bulan November dan Desember 1904 cukup banyak pertandingan, seperti pertandingan BVC vs Sidolig dan di Cimahi ada klub UNI dan TVV (Tjimahische voetbal vereeniging). Padahal klub-klub Bandung masih memerlukan tim kuat dari Jakarta untuk lawan tanding. Tapi apa mau diharap, klub-klub Jakarta sibuk dengan urusan internal sendiri.
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber tempo doeloe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar