Sejarah Jakarta adalah
kelanjutan sejarah Batavia. Sejarah Bogor tidak terpisahkan dari sejarah
Jakarta. Sejarah Bogor adalah kelanjutan dari sejarah Buitenzorg. Hubungan
antara sejarah Buitenzorg dan sejarah Batavia sangat eksklusif. Buitenzorg
adalah bagian dari Batavia. Di masa lampau Sunda Kelapa (Batavia) adalah bagian
dari Pakuan (Buitenzorg). Oleh karenanya, sejarah Batavia dan sejarah
Buitenzorg tidak bisa dipisahkan. Dengan begitu sejarah Bogor tidak bisa
dipisahkan dengan sejarah Jakarta.
Monumen Nasional Jakarta, 1975 |
Serial artikel Sejarah
Jakarta ini disusun berdasarkan proses penggalian informasi berdasarkan
data-data tempoe doeloe khususnya surat kabar sejaman (1600-1900). Dalam hal
ini juga termasuk buku-buku dan peta-peta kuno dalam bahasa Portugis dan bahasa
Belanda. Serial artikel ini dimaksudkan untuk berbagi (sharing) dan sekaligus
untuk memberikan ‘koreksi’ terhadap Sejarah Jakarta yang selama ini banyak ditulis
salah atau ditafsirkan keliru. Dengan kata lain, serial artikel Sejarah Jakarta ini
dirancang untuk menunjukkan konstruksi asli sejarah Jakarta apa adanya: Dalam penulisan ini, disusun berdasarkan
fakta sejarah (empiris) secara proporsional (tidak menambah-nambahkan atau memalsukan
dan juga tidak mengurangi atau menyembunyikan).
Para pembaca diharapkan sedikit bersabar, karena artikel-artikel Sejarah
Jakarta tidak sekaligus dipublikasikan. Sebab waktu yang terbatas diantara
pekerjaan utama dan saya sendiri hanya menulis topik sejarah ini hanya di waktu
senggang terutama saat menonton sepakbola (untuk serial artikel hingga artikel
ke-14 tentang Sejarah Persija Jakarta dapat dibaca dalam blog ini). Meski data-data
elektronik dalam penulisan sejarah ini sangat membantu dalam kecepatan, tetapi
hal lain yang memperlambat adalah bahwa saat ini saya juga masih menulis serial
artikel Sejarah Kota Medan (sudah dipublikasikan hingga Artikel ke-54). Untuk
sekadar proyeksi, satu kota lagi yang tengah disiapkan untuk ditulis sejarahnya
adalah Kota Surabaya. Selamat membaca dan ikuti terus.
Cornelis de Houtman, 1595
Peta kuno, Peta Portugis, 1619 |
Sedangkan buku kono paling
lengkap tentang identifikasi nama-nama tempat di dunia adalah berjudul
‘Itinerarivm, ofte schipvaert naer Oost ofte Portugaels Indien’ yang terbit di
Amsterdam tahun 1614.
Buku berbahasa Belanda ini masih dicetak dengan huruf gothiek. Pelaut
Portugis sudah mendarat di Malacca tahun 1508 dan menguasainya tahun 1511.
Sedangkan pelaut-pelaut Belanda baru muncul satu abad berikutnya yang lalu
kemudian muncul VOC tahun 1602 yang berkantor di Banten, lalu pindah ke Ambon,
kemudian Sulawesi Selatan, lalu ke Banten lagi dan akhirnya menetap di Batavia
tahun 1619.
Ini berarti buku
‘Itinerarivm, ofte schipvaert naer Oost ofte Portugaels Indien’ sudah beredar
luas sebelum Belanda di Batavia memulai babak baru penguasaan Nusantara. Ini
juga berarti peta kuno 1619 bersamaan munculnya dengan Batavia ditetapkan
sebagai markas VOC yang baru (dan untuk seterusnya).
Peta Cornelis de Houtman (1597) |
Buku ini besar kemungkinan juga merujuk pada jurnal Belanda tahun 1598
berjudul: ‘Journael vande reyse der Hollandtsche schepen ghedaen in Oost
Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die haer bejegent
zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent, ...’. Jurnal ini
sepenuhnya berisi catatan hari demi hari tentang ekspedisi yang dilakukan oleh
Cornelis de Houtman yang dimulai pada tanggal 2 April 1595 dengan total 249
orang. Di dalam jurnal ini juga berisi beberapa peta termasuk peta Pulau Jawa
yang dibuat pada tahun 1597 dimana dalam peta ini terdapat dua nama tempat yang
berdekatan di Teluk Jakarta: Bantam (Banten) dan Cunda Calapa (Sunda Kelapa).
Sebagaimana diketahui, Cornelis de Houtman adalah pimpinan ekspedisi pertama
Belanda yang berhasil memasuki nusantara.
Sunda Kelapa (Cunda Calapa) dari catatan de Houtman (Peta 1597) dan
Jacatra (Iacatra) dari peta Portugis Peta No.19 (1619) mengindikasikan dua nama
untuk menunjukkan tempat yang sama.
Sunda Kelapa adalah
pelabuhan Sunda dari Pajajaran di Pakuan (kini Bogor) yang beragama Hindu.
Pelabuhan ini pernah diserang Demak yang beragama Islam dibawah pimpinan
Fatahillah 1526. Di bawah kekuasaan Demak, Sunda Kelapa berganti nama menjadi
Jayakarta (Jacatra). Oleh karena itu nama tempat yang dimaksud harus dilihat
dari dua sisi: dari sisi Pajajaran disebur Sunda Kelapa dan dari sisi
Demak/Banten disebut Jayakarta. Dua nama ini terus eksis dan saling
dipertukarkan.
Bersambung:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar