Sabtu, 03 Juni 2017

Sejarah Bogor (3): Hari Jadi Kota Bogor, Suatu Kontroversi; Ini Faktanya

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini


Hari Jadi Kota adalah penting. Hampir semua kota-kota masa ini di Indonesia menetapkan hari jadi, termasuk kota Bogor. Khusus dalam penetapan hari jadi kota ini, tidak selalu sepakat semua pihak alias masih diperebutkan. Akibatnya banyak hari jadi kota di Indonesia dianggap kontroversi, termasuk kota Bogor, kota Jakarta, kota Bandung, kota Padang dan kota Medan,

Aloen-aloen Kota Bogor (Buitenzorg)
Seperti diketahui hari jadi Kota Bogor berdasarkan penobatan Prabu Siliwangi (1482), hari jadi kota Jakarta berdasarkan penyerangan Fatahillah atas Sunda Kelapa dengan menggantikan dengan Jayakarta (1527), dan hari jadi kota Bandung berdasarkan kerjsama Bupati Bandoeng dalam penetapan jalan pos trans-Jawa antara Banten-Soerabaja (ruas Bandoeng) oleh Gubernur Jenderal Daendles (1810). Untuk sebagai pembanding, beberapa kota di Indonesia diantaranya, hari jadi Kota Padang berdasarkan penyerangan penduduk Pauh terhadap pos pedagangan VOC tahun 1668 dan Kota Medan berdasarkan Guru Patimpus mendirikan sebuah kampung di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura (1590). Semua penetapan hari jadi kota tersebut tidak ada kaitannya dengan hari dimana kota lahir.

Kampung, Area dan Kota

Tempat utama (hoofdplaat) adalah suatu tempat dimana pendudukan terkonsentrasi melakukan berbagai aktivitas. Tempat utama berangkat dari suatu (per)kampong(an). Namun tempat utama juga mulai dari suatu kota (town). Secara teoritis, kampong bisa berkembang menjadi suatu kota dan kota sendiri dalam perkembangannya kemudian bisa menjadi city (metropolitan).

Secara tradisional, kampong saling dipertukarkan dengan area (wilayah). Suatu kampong berada di dalam suatu area. Di dalam suatu area terdapat satu atau beberapa kampong. Nama kampong utama dapat menjadi nama suatu area baru (yang lebih kecil).

Sementara itu, pendirian sebuah kota (di era colonial Belanda) dipilih di satu bagian dari area. Kota adalah suatu titik kecil dalam suatu area besar. Pada era colonial Belanda, mengacu pada terminology coloni yang mengindikasikan suatu permulaan koloni yakni suatu titik kecil (kota-town) dalam suatu area besar. Dalam perkembangannya, kota-kota koloni tersebut berkembang dan semakin meluas bahkan mencapai seluruh area atau bahkan melampaui area tersebut.

Intinya, kota dalam hal ini merujuk pada origin suatu kota. Pada era colonial Belanda, origin kota dimulai dari kota. suatu pangkal perkara dimana kota awalnya muncul. Sedangkan kampong, bermula dari suatu (per)kampong(an) tempat tinggal yang dalam perkembangannya dapat berkembang menjadi kota (town) dan bahkan menjadi city (metropolitan).

Dalam suatu area, kota juga bisa muncul lebih dari satu. Lantas kota mana yang dapat dianggap sebagai origin jika kelak dua kota itu menjadi satu dalam arti kota yang satu mencakup kota yang lain (demikian sebaliknya). Tentu saja bukan kota yang paling awal ada, tetapi kota yang mana yang namanya terus dipakai sampai kapan nama kota itu digunakan.

Kota-kota dalam bentuk masa lalu tidaklah sebesar yang sekarang. Kota didirikan secara sadar oleh orang-orang yang mendirikan kota yang mana terdapat pemimpin dan ada pengaturan atas kota tersebut. Kota yang dimaksud dalam hal ini bukan rural, tetapi kota sebagai pemusatan orang (urban), ada pemukiman yang mengumpul karena alasan-alasan seperti ekonomi, pertahanan, social budaya baik atas dasar kekuasaan tradisonal asli (kerajaan) maupun kekuasaan modern pendatang asing (colonial).

Kita tidak berbicara dengan ibukota, tetapi sebuah kota, kota yang terbentuk sebagai kota yang akan dirujuk sebagai origin dari kota tersebut dalam sudut pandang masa kini. Kota adalah kota, adakalanya kota adalah ibukota suatu area (kerajaan atau colonial atau pemrintahan setelah adanya RI). Ibukota suatu area bias dipindahkan dari satu kota ke kota lain, tetapi kota yang kita maksud sebagai origin harusnya tidak berpindah (tetap sejak kota itu muncul).

Namun demikian, nama kota juga bisa berganti, dari nama lama menjadi nama baru tetapi secara fisik lokasi (origin) kota tidak berubah. Suatu kota bisa muncul atau sudah ada sejak kekuasaan tradisional pribumi (kerajaan) atau sejak kekuasaan modern bangsa asing (colonial).

Kota-kota seperti itu diantaranya Batavia menjadi Jakarta, Buitenzorg menjadi Bogor. Hal ini berbeda dengan kota Bandung, Medan, dan Padang Sidempuan, tidak pernah berubah sejak kota itu muncul pertamakali.

Sara khusus, kota-kota yang terbentuk di era colonial masih bisa ditelusuri secara lengkap dan akurat pada masa ini. Pemimpin colonial, faktanya tidak pernah membuka kota di kota yang sudah ada. Mereka membuka kota tidak jauh dari kampong (atau kota) yang suah ada. Hal ini karena pemerintah colonial menganggap penduduk asli adalah partner mereka yang tidak harus diusir (yang diusir adalah musuh-musuh mereka, musuh yang sama dengan pihak yang mereka bela).

Pemerintah kolonial juga tidak pernah membangun kota di atas puing-puing kota yang pernah mereka hancurkan ketika terjadi colonial dalam fase aneksasi. Untuk pandangan itu sulit dipahami, apakah karena mereka berharap suatu waktu penduduk kota akan bermukim dan membangun kembali kotanya atau pemrintah menganggap itu tidak etis. Padahal memulai membangun kota aeakalanya lebih mudah di atas kota yang lama yang telah ditinggalkan oleh penghuninya.

Pada masa kolonial, pemerintah menetapkan suatu origin kota berdasarkan prinsip perencanaan kota (tata kota). Yang menjadi penanda dibentuknya kota adalah ketika pemerintah akan menetapkan pusat pemerintahan dan beribukota di suatu tempat. Suatu tempat berarti suatu area atau suatu kota. Sebelum pemrintah datang (controluur atau asisten residen atau residen) suatu komite telah melakukan penetapan dimana lokasi kota berada di suatu area, Nama kota bisa sama dengan nama area atau bisa berbeda.

Pada kota yang baru (kota yang dibangun di suatu area) yang bebas dari pemukiman penduduk, apakah namanya diberi yang baru (seperti Batavia dan Buitnzorg) atau namanya mengikuti nama kampong (kota) yang sudah ada tidak jauh dari lokasi (Bandong dan Medan).

Asal-Usul Kota

Kota Batavia, Kota Buitenzorg dan Kota Bandung adalah tiga kota yang kemudian (hingga ini hari) muncul sebagai kota besar (di West Java). Perkembangan ketiga kota ini memiliki keterkaitan dari hilir ke hulu, yang mana Kota Batavia lebih dahulu berkembang, kemudian menyusul Kota Buitenzorg dan selanjutnya Kota Bandung. Bagaimana tahapan perkembangan ketiga kota ini, mari kita lacak.

Perbandingan asal-usul ketiga kota ini diperlukan karena secara alamiah berkaitan yang berada di satu wilayah pengembangan sejak VOC/Pemerintah Hindia Belanda. Juga ketiga kota ini perlu dibandingkan agar pemahamannya lebih komprehensif. Sebab selama ini masing-masing kota ini dideskripsikan secara sendiri-sendiri. Dengan membandingkan asal-usul perkembangannya akan lebih mudah memahami sejarah kota itu sendiri yang dengan sendirinya akan saling terkoreksi tentang penulisan sejarah Kota Batavia, Kota Buitenzorg dan Kota Bandung.  

Origin Kota Jakarta adalah Kota Batavia

Pelabuhan Sunda Kelapa sudah dikenal sejak era Pakuan Pajajaran. Kota ini berada di sisi barat muara Ciliwung. Ketika kota dikuasai Portugis, pasukan Fatahilla menduduki wilayah dan mendirikan kota baru di Iacatra (Jayakarta) yang lokasinya agak ke hulu Ciliwung (di sekitar Mangga Dua yang sekarang). Dengan kata lain, kota Sunda Kelapa dan Kota Iacatra tetap eksis. Dalam hal ini kita baru berbicara sebatas tentang kota (hoofdplaat).

Ketika Belanda datang kemudian (1619), yang lalu membuat koloni, dua kota (sungai) yang sudah ada ini tidak dipilih, melainkan mendirikan benteng (casteel) di dekat pantai. Benteng ini kemudian diperluas menjadi hoofdlaat orang-orang Eropa/Belanda. Pada peta 1634 benteng ini sudah diberi nama Batavia. Dengan kata lain benteng sebagai cikal bakal kota Batavia muncul antara 1619 dan 1634.

Tiga kota yang berdekatan ini seakan membentuk segi tiga dimana masing-masing sudut terdapat kota Sunda Kelapa, Kota Iacatra dan Kota Batavia. Lalu pertanyaannya, kota mana yang namanya terus eksis? Sebagaimana diketahui, nama Batavia yang terus muncul. Dalam perkembangannya Kota Batavia sudah mencakup Kota Sunda Kelapa dan Kota Iacatra. Akan berbeda jika Belanda hengkang, kota yang akan terus berkembang adalah Kota Sunda Kelapa atau Kota Iacatra. Sebagaimana diketahui, nama Kota Batavia terus eksis hingga ratusan tahun kemudian sebelum nama Batavia digantikan dengan nama Djakarta.

Origin Kota Bandung adalah Kota Bandung

Kota Bandung berada di suatu area kosong di kawasan Bandong di wilayah Preanger. Letak kota baru ini berada di dekat Odjoeng Brung berada di sisi utara jalan pos trans-Java yang baru. Jalan pos trans-Java yang lama dibangun tahun 1811 sedangkan jalan pos trans-Java yang baru dibangun tahun 1834.

Odjoeng Brung adalah nama tempat yang lebih awal dikenal karena sudah dijadikan perkebunan. Lahan perkebunan Odjoeng Brung ini diakses dari timur di jalan pos trans-Jawa Daendles. Sebagaimana diketahui jalan pos ini dari Tjiandjor melalui Padalarang, lalu ke arah utara dan melalui Lembang terus ke Sumedang. Jalan pos antara Lembang dan Sumedang inilah pangkal jalan menuju Odjoeng Brung. Kawasan Bandong sendiri (pusat kota Bandoung yang sekarang) terbilang sepi dan tidak berpenghuni.

Kota Bandoeng didirikan pada tahun 1834 saat pertama kali seorang pejabat pemerintah (controleur) ditempatkan di Bandoeng. Tempat utama (hoofdplaat) yang menjadi kota ini berada di sisi utara jalan pos trans-Java yang baru dan sisi timur sungai Tjikapoendoeng. Tidak diketahui persis mana yang dulu dibangun apakah rumah/kantor controleur Bandoeng atau jalan pos trans-Java yang baru. Oleh karena kejadiannya hamper bersamaan diduga dua situs itu dibangun dalam satu paket perencanaan wilayah (jalan baru dan kota baru).

Disebutkan dalam surat kabar, tempat utama atau kota ini dibangun di area kosong, yang berjarak tiga mil dengan kampong Bandoeng, dan juga berjarak sekitar tiga mil dengan dua kampong yang lain.

Sementara itu, Bupati Bandoeng telah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda sejak 1811. Ibukota Bandoeng, tempat dimana bupati berada, bukan di kampong Bandoeng tetapi diibukota yang disebut Dajeuh (suatu tempat di sekitar pertemuan sungai Tjikapoendoeng dengan sungai Tjitaroem). Kampong Bandoeng, tidak diketahui persis lokasinya, namun diduga menjadi kampong asli sebelum pindah ke Dajeuh.

Pada tahun 1854 rumah/kantor Bupati Bandoeng dipindahkan ke tempat utama (hoofdplaat) seiring dengan pelibatan pemerintahan local dengan struktur pemerintahan Pemerintah Hindia Belanda. Di tempat utama ini rumah/kantor Bupati Bandoeng dibangun yang baru yang berada di sisi selatan jalan pos trans-Java yang baru dan sisi barat sungai Tjikapoendoeng. Dengan demikian, ibukota Bupati Bandoeng dipindahkan dari Dajeuh ke kota. Pada tahun 1860 (oleh Groneman) disebutkan ibukota Bupati yang lama disebut (menjadi) Dajeuh Kolot (Bandoeng Toewa).  

Origin Kota Bogor adalah Kota Buitenzorg

Uraian mengenai origin Kota Bogor tidak dideskripsikan lagi di sini karena sudah dideskripsikan di artikel lain dalam blog ini.

Hari Jadi Kota Perlu Revisi

Hari jai kota bukanlah hal yang sakral. Hari jadi kota masa kini dibuat pada fase tahun 1970an. Para penentu hari jadi kota (pemerintah dan komite) sepakat untuk menetapkan hari jadi kota, yang menjadi hari peringatan hingga ini hari.

Jangan malu jika hari jadi kota harus direvisi. Sebab nama dan hari jadi yang sudah kadung ditetepkan bukanlah hal yang harus sianggap sacral pula. Data dan informasi yang menjadi rujukan pada masa penetapan dulu (tahun 1970an) belum selengkap dan seakurat yang sekarang. Oleh karena itu, wajar jika ada kekeliruan dan kesalahan dalam menetapkan. Dengan ketersediaan data atau dan informasi yang sekarang dalam kontks pendekatan ilmiah, harus menjadi warisan bagi generasi yang akan datang.

Memang agak aneh terlihat dalam kaca mata sekarang jika hari jadi Kota Bogor (1482) berdasarkan penobatan Prabu Siliwangi, hari jadi kota Jakarta (1527) berdasarkan penyerangan Fatahillah atas Sunda Kelapa dengan menggantikan dengan Jayakarta, dan hari jadi kota Bandung (1810) berdasarkan penetapan jalan pos trans-Jawa antara Banten-Soerabaja oleh Gubernur Jenderal Daendles. Hal ini makin aneh, karena tidak seragam, terkesan rancu dan jika dibandingkan satu sama lain. Ini menjadi membingungkan bagi generasi yang akan datang yang lebih rasional dari generasi yang sekarang.

Lantas kapan hari jadi kota Bogor? Saya dalam hal ini tidak dalam konteks mngusulkan tetapi lebih pada menyajikan kerangka berpikirnya. Dengan begitu dimungkinkan suatu komite dibentuk dan bekerja untuk melakukan kajian penetapan. Tentu saja dengan mengundang berbagai disiplin ilmu untuk mendukung para sejarawan yang selama ini paling menentukan.

Artikel ini hanya mnyimpulkan bahwa hari jadi kota Bogor tidak setua yang sekarang. Hari jadi kota Bogor harusnya lebih muda, lebih muda dari hari jadi kota Jakarta tetapi lebih tua dari hari jadi kota Bandung.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar