Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini
Klik Disini
Semarang yang dipimpin
Bupati berada di bawah kekuasaan Mataram/Cartosoera sejak doeloe memang telah
menjadi pelabuhan penting. VOC/Belanda telah membuka pos perdagangan di Demak
dan Tegal. Untuk memasuki wilayah pedalaman
yang berpusat di Mataram VOC memulai ekspedisi yang dimulai dari benteng
Missier, tiga jam perjalanan dari Tegal. Ekspedisi ini dipimpin oleh Jacob
Couper. Wilayah pedalaman ini berhasil ditaklukkan pada tanggal 16 Desember
1681. Lalu benteng Missier dibangun.
|
Peta ekspedisi ke Mataram, 1695 |
Ekspedisi serupa pada tahun 1687 dilakukan ke hulu sungai Tjiliwong di
bawah pimpinan Sersan Scipio. Ekspedisi Scipio ini dimulai dari selatan Jawa di
muara sungai Tjimandiri (yang kelak dikenal sebagai Pelabuhan Ratu). Ekspedisi
ini merangsek dengan mendaki hingga tiba di Bogor dan membangun benteng Fort
Padjadjaran (yang lokasinya kini berada di Istana Bogor). Lalu jalur dari Bogor
dibuka menuju Batavia melalui sisi timur sungai Tjiliwong (oostern weg). Pada tahun 1701 dan
1703 Abraham van Riebeeck melakukan ekspedisi dari Batavia menuju hulu sungai
Tjiliwong melalui sisi barat sungai Tjiliwong (western weg). Sejak itu wilayah Bogor semakin
terbuka bagi VOC. Pada perkembangan berikutnya nanti dari Buitenzorg dilakukan
ekspedisi ke Preanger oleh Johannes van den Bosch (sebelum Daendles mendeklarasikan
dibangunnya jalan pos trans-Java dari Anjer ke Panaroekan via Tegal dan
Semarang tahun 1810).
Pada dekade-dekade terakhir sebelum ekspedisi tersebut
telah terjadi perebutan kekuasaan di (Kesultanan) Mataram. Momen ini tampaknya menjadi
dasar VOC untuk memulai koloni di Semarang, sebagai pintu masuk (ekonomi
perdagangan) ke Cartasoera dan Djogjakarta. Bagaimana pertarungan VOC dan
bagaimana pihak-pihak dari dalam Kraton di Mataram dan Cartasoera menjadi pemicu dibangunnya sejumlah benteng di tempat-tempat tertentu. Mari kita telusuri.
Benteng Missier, Tegal
|
Benteng Tegal di pantai (1719) |
Seperti halnya benteng Batavia (Casteel Batavia) tahun
1619, setiap wilayah baru yang diduduki oleh militer/VOC selalu membangun
benteng untuk tujuan banyak fungsi: pertahanan, gudang logistik dan
pemerintahan (koloni). Inilah yang dilakukan dengan membangun benteng Missier
di wilayah hulu sungai yang jaraknya tiga jam perjalanan dari (benteng) Tegal. Benteng di pedalaman ini dibangun
di bawah komandan Jacob Couper. Benteng ini menjadi semacam pos perdagangan
VOC. Benteng ini boleh jadi merupakan benteng terjauh ke pedalaman yang
dibangun VOC untuk mendekati Mataram.
|
Benteng Missier di pedalaman Tegal, 1695 |
Benteng Missier menjadi titik permulaan untuk melakukan ekspedisi lebih
lanjut (ke Mataram). Tugas eskpedisi adalah untuk memetakan ruang wilayah dari berbagai
aspek seperti penduduk dan pemimpin lokal, resources, dan sebagainya. Ekspedisi
ini biasanya terdiri dari berbagai keahlian, termasuk ahli bahasa yang dikawal
oleh satuan militer di bawah pengawasan seorang komisaris (pekabat sipil).
Ekspedisi ini juga dibantu oleh penduduk pribumi dari lain wilayah yang
dijadikan sebagai serdadu atau penduduk lokal yang dipekerjakan sebagai kuli angkut
atau penunjuk jalan.
|
Peta ekspedisi Missier, Cartosoera dan Mataram, 1695 |
Pada tahun 1695 dari benteng Missier dilakukan ekspedisi
ke wilayah Mataram. Dari peta ekspedisi rute yang dilalui dari Missier ke
Semarang, Jepara dan Cartosoera. Kemudian memutar ke selatan dan seterusnya ke
Mataram lalu ke barat ke Banjoemas dan kemudian ke utara hingga ke benteng
Missier kembali. Ekspedisi ini dilakukan setelah delapan tahun ekspedisi ke
hulu sungai Tjiliwong yang dilakukan tahun 1687 yang dipimpin Sersan Scipio
(dan kemudian mendirikan Fort Padjadjaran).
|
Peta ekspedisi lanjutan Cartosoera-Soerabaja, 1695 |
Berbagai tugas dilakukan dalam ekspedisi, seperta pemetaan, identifikasi
pemimppin lokal, melakukan kerjasama produksi dan perdagangan. Diantara para
pemimpin lokal yang berseteru, kerap terjadi salah satu meminta bantun
militer/VOC baik untuk pemenuhan kebutuhan atau untuk mengalahkan
lawan-lawannya. Hal inilah yang tengah terjadi di antara para pihak di Mataram.
Salah satu hasil ekspedisi ini adalah penyerahan Semarang ke pihak VOC pada
tahun 1705. Sejak penyerahan ini Semarang menjadi pusat koloni baru dari
Missier ke Semarang dengan membangun benteng Semarang di sungai Semarang yang
selesai tahun 1708.
Benteng Semarang
|
Rute ekspedisi Semaramg-Cartosoera dan benteng, 1724 |
Benteng Semarang selesai dibangun tahun 1708. Sejak itu
administrasi perdagangan yang selama ini di Demak dipindahkan ke (benteng)
Semarang. Berbagai kerjasama dan konflik permusuhan yang timbul setelah
ekspedisi dari benteng Missier dilanjutkan dengan ekspedisi dari (benteng) Semarang
ke Cartosoera.
Ekspedisi ke Cartosoera ini dimulai tanggal 24 Oktober 1705 dibawah
pimpinan Herman de Wilde yang mengikuti rute Semarang, Oengaran, Toentang,
Salatiga, Cartosoera. Pada rute ini kemudian sejumlah benteng dibangun
sebagaimana didokumentasikan dalam Peta 1724.
|
Peta wilayah: Tagal, Mataram, Cartasoera dan Semarang (1700) |
Sejak selesainya benteng Semarang dibangun, komunitas
Eropa/Belanda mulai makin banyak yang berpusat di sekitar benteng. Komunitas Eropa/Belanda
ini di sungai Semarang berinteraksi dengan orang-orang Tionghoa, Moor dan Arab
serta orang-orang Melayu yang lebih dahulu ada. Komunitas penduduk asli yang
berada di sisi barat sungai Semarang di bawah pimpinan Bupati Semarang. VOC
yang telah bekerjasama dengan pimpinan Cartosoera juga menjalin kerjasama
dengan Bupati Semarang. Intensitas hubungan Semarang-Cartosoera dan sebaliknya
semakin meningkat. Pembangunan sejumlah benteng antara Semarang dan Cartosoera
menunjukkan ketergantungan pimpinan Cartosoera terhadap VOC dan sebalinya VOC
semakin meningkatkan perannya di wilayah pedalaman. Pada Peta 1719 sudah
teridentifikasi bahwa Bupati Semarang telah memulai penanaman kopi di lahan
pekarangan sekitar kraton Bupati Semarang.
Benteng-benteng yang yang dibangun antara Semarang dan
Cartosoera adalah:benteng Semarang, benteng Koedapajong (antara Dodol dan
Lagoe), benteng Oengaran, benteng Toentang benteng Rievier Lou, benteng
Salatiga, benteng Verlantene Pagger di Salatiga dan benteng Cartosoera (lihat Peta 1724). Kelak pada tahun 1741 benteng-benteng ini sempat diduki ketika meletus pemberontakan Cina (yang berkolaborasi dengan sebagian penduduk asli Jawa)..
Dengan memperhatikan awal dari proses koloni ke pedalaman
di Jawa, pemabangunan benteng Missier (Tegal) dan benteng Fort Padjadjaran
(Bogor) yang waktunya relatif bersamaan merupakan upaya yang dilakukan secara
semultan untuk mengefektifkan perluasan koloni dan penguatan pengaruh
VOC/Belanda di pedalaman (Jawa). Untuk wilayah Jawa di barat dimulai dari Fort
Padjadjaran, di wilayah tengah dimulai di Fort Missier. Dari Fort Padjdjaran
ekspedisi dilanjutkan ke Preanger dan ke Banten (selatan); dan dari Fort
Missier ekpesisi dilanjutkan ke Mataram dan Soerakarta. Ekspedisi ke Soerakarta
dan Mataram pada saat yang bersaman juga dilakukan dari benteng Soerabaja
(bagian timur wilayah Jawa). Deskripsi ini adakan disarikan pada Sejarah
Surabaya.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar