Selasa, 21 November 2017

Sejarah Semarang (9): Ekspedisi Jacob Couper ke Mataram via Benteng Missier di Tegal; Prakondisi Penyerahan Semarang

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Semarang yang dipimpin Bupati berada di bawah kekuasaan Mataram/Cartosoera sejak doeloe memang telah menjadi pelabuhan penting. VOC/Belanda telah membuka pos perdagangan di Demak dan Tegal.  Untuk memasuki wilayah pedalaman yang berpusat di Mataram VOC memulai ekspedisi yang dimulai dari benteng Missier, tiga jam perjalanan dari Tegal. Ekspedisi ini dipimpin oleh Jacob Couper. Wilayah pedalaman ini berhasil ditaklukkan pada tanggal 16 Desember 1681. Lalu benteng Missier dibangun.

Peta ekspedisi ke Mataram, 1695
Ekspedisi serupa pada tahun 1687 dilakukan ke hulu sungai Tjiliwong di bawah pimpinan Sersan Scipio. Ekspedisi Scipio ini dimulai dari selatan Jawa di muara sungai Tjimandiri (yang kelak dikenal sebagai Pelabuhan Ratu). Ekspedisi ini merangsek dengan mendaki hingga tiba di Bogor dan membangun benteng Fort Padjadjaran (yang lokasinya kini berada di Istana Bogor). Lalu jalur dari Bogor dibuka menuju Batavia melalui sisi timur sungai Tjiliwong (oostern weg). Pada tahun 1701 dan 1703 Abraham van Riebeeck melakukan ekspedisi dari Batavia menuju hulu sungai Tjiliwong melalui sisi barat sungai Tjiliwong (western weg). Sejak itu wilayah Bogor semakin terbuka bagi VOC. Pada perkembangan berikutnya nanti dari Buitenzorg dilakukan ekspedisi ke Preanger oleh Johannes van den Bosch (sebelum Daendles mendeklarasikan dibangunnya jalan pos trans-Java dari Anjer ke Panaroekan via Tegal dan Semarang tahun 1810).

Pada dekade-dekade terakhir sebelum ekspedisi tersebut telah terjadi perebutan kekuasaan di (Kesultanan) Mataram. Momen ini tampaknya menjadi dasar VOC untuk memulai koloni di Semarang, sebagai pintu masuk (ekonomi perdagangan) ke Cartasoera dan Djogjakarta. Bagaimana pertarungan VOC dan bagaimana pihak-pihak dari dalam Kraton di Mataram dan Cartasoera menjadi pemicu dibangunnya sejumlah benteng di tempat-tempat tertentu. Mari kita telusuri.

Benteng Missier, Tegal

Benteng Tegal di pantai (1719)
Seperti halnya benteng Batavia (Casteel Batavia) tahun 1619, setiap wilayah baru yang diduduki oleh militer/VOC selalu membangun benteng untuk tujuan banyak fungsi: pertahanan, gudang logistik dan pemerintahan (koloni). Inilah yang dilakukan dengan membangun benteng Missier di wilayah hulu sungai yang jaraknya tiga jam perjalanan dari (benteng) Tegal. Benteng di pedalaman ini dibangun di bawah komandan Jacob Couper. Benteng ini menjadi semacam pos perdagangan VOC. Benteng ini boleh jadi merupakan benteng terjauh ke pedalaman yang dibangun VOC untuk mendekati Mataram.

Benteng Missier di pedalaman Tegal, 1695
Benteng Missier menjadi titik permulaan untuk melakukan ekspedisi lebih lanjut (ke Mataram). Tugas eskpedisi adalah untuk memetakan ruang wilayah dari berbagai aspek seperti penduduk dan pemimpin lokal, resources, dan sebagainya. Ekspedisi ini biasanya terdiri dari berbagai keahlian, termasuk ahli bahasa yang dikawal oleh satuan militer di bawah pengawasan seorang komisaris (pekabat sipil). Ekspedisi ini juga dibantu oleh penduduk pribumi dari lain wilayah yang dijadikan sebagai serdadu atau penduduk lokal yang dipekerjakan sebagai kuli angkut atau penunjuk jalan.

Peta ekspedisi Missier, Cartosoera dan Mataram, 1695
Pada tahun 1695 dari benteng Missier dilakukan ekspedisi ke wilayah Mataram. Dari peta ekspedisi rute yang dilalui dari Missier ke Semarang, Jepara dan Cartosoera. Kemudian memutar ke selatan dan seterusnya ke Mataram lalu ke barat ke Banjoemas dan kemudian ke utara hingga ke benteng Missier kembali. Ekspedisi ini dilakukan setelah delapan tahun ekspedisi ke hulu sungai Tjiliwong yang dilakukan tahun 1687 yang dipimpin Sersan Scipio (dan kemudian mendirikan Fort Padjadjaran).

Peta ekspedisi lanjutan Cartosoera-Soerabaja, 1695
Berbagai tugas dilakukan dalam ekspedisi, seperta pemetaan, identifikasi pemimppin lokal, melakukan kerjasama produksi dan perdagangan. Diantara para pemimpin lokal yang berseteru, kerap terjadi salah satu meminta bantun militer/VOC baik untuk pemenuhan kebutuhan atau untuk mengalahkan lawan-lawannya. Hal inilah yang tengah terjadi di antara para pihak di Mataram. Salah satu hasil ekspedisi ini adalah penyerahan Semarang ke pihak VOC pada tahun 1705. Sejak penyerahan ini Semarang menjadi pusat koloni baru dari Missier ke Semarang dengan membangun benteng Semarang di sungai Semarang yang selesai tahun 1708.

Benteng Semarang

Rute ekspedisi Semaramg-Cartosoera dan benteng, 1724
Benteng Semarang selesai dibangun tahun 1708. Sejak itu administrasi perdagangan yang selama ini di Demak dipindahkan ke (benteng) Semarang. Berbagai kerjasama dan konflik permusuhan yang timbul setelah ekspedisi dari benteng Missier dilanjutkan dengan ekspedisi dari (benteng) Semarang ke Cartosoera.

Ekspedisi ke Cartosoera ini dimulai tanggal 24 Oktober 1705 dibawah pimpinan Herman de Wilde yang mengikuti rute Semarang, Oengaran, Toentang, Salatiga, Cartosoera. Pada rute ini kemudian sejumlah benteng dibangun sebagaimana didokumentasikan dalam Peta 1724.

Peta wilayah: Tagal, Mataram, Cartasoera dan Semarang (1700)
Sejak selesainya benteng Semarang dibangun, komunitas Eropa/Belanda mulai makin banyak yang berpusat di sekitar benteng. Komunitas Eropa/Belanda ini di sungai Semarang berinteraksi dengan orang-orang Tionghoa, Moor dan Arab serta orang-orang Melayu yang lebih dahulu ada. Komunitas penduduk asli yang berada di sisi barat sungai Semarang di bawah pimpinan Bupati Semarang. VOC yang telah bekerjasama dengan pimpinan Cartosoera juga menjalin kerjasama dengan Bupati Semarang. Intensitas hubungan Semarang-Cartosoera dan sebaliknya semakin meningkat. Pembangunan sejumlah benteng antara Semarang dan Cartosoera menunjukkan ketergantungan pimpinan Cartosoera terhadap VOC dan sebalinya VOC semakin meningkatkan perannya di wilayah pedalaman. Pada Peta 1719 sudah teridentifikasi bahwa Bupati Semarang telah memulai penanaman kopi di lahan pekarangan sekitar kraton Bupati Semarang.
Benteng-benteng yang yang dibangun antara Semarang dan Cartosoera adalah:benteng Semarang, benteng Koedapajong (antara Dodol dan Lagoe), benteng Oengaran, benteng Toentang benteng Rievier Lou, benteng Salatiga, benteng Verlantene Pagger di Salatiga dan benteng Cartosoera (lihat Peta 1724). Kelak pada tahun 1741 benteng-benteng ini sempat diduki ketika meletus pemberontakan Cina (yang berkolaborasi dengan sebagian penduduk asli Jawa)..
Dengan memperhatikan awal dari proses koloni ke pedalaman di Jawa, pemabangunan benteng Missier (Tegal) dan benteng Fort Padjadjaran (Bogor) yang waktunya relatif bersamaan merupakan upaya yang dilakukan secara semultan untuk mengefektifkan perluasan koloni dan penguatan pengaruh VOC/Belanda di pedalaman (Jawa). Untuk wilayah Jawa di barat dimulai dari Fort Padjadjaran, di wilayah tengah dimulai di Fort Missier. Dari Fort Padjdjaran ekspedisi dilanjutkan ke Preanger dan ke Banten (selatan); dan dari Fort Missier ekpesisi dilanjutkan ke Mataram dan Soerakarta. Ekspedisi ke Soerakarta dan Mataram pada saat yang bersaman juga dilakukan dari benteng Soerabaja (bagian timur wilayah Jawa). Deskripsi ini adakan disarikan pada Sejarah Surabaya.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar