*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Tempe sebagai makanan dianggap tidak penting jelas keliru. Tempe sudah diketahui sejak lama sebagai makanan bergizi. Dalam sejarahnya, makanan tempe sesungguhnya telah banyak menyelamatkan penduduk dari bahaya kekurangan gizi yang menyebabkan kematian. Makanan tempe juga telah memberi kontribusi besar dalam menghemat anggaran (pemerintah). Tempe memiliki kekuatannya sendiri. Pentingnya makanan bukan ditentukan harganya melainkan nilai nutrisinya. Karena itu, tempe sudah sejak lama dijadikan solusi.
Tempe sebagai makanan dianggap tidak penting jelas keliru. Tempe sudah diketahui sejak lama sebagai makanan bergizi. Dalam sejarahnya, makanan tempe sesungguhnya telah banyak menyelamatkan penduduk dari bahaya kekurangan gizi yang menyebabkan kematian. Makanan tempe juga telah memberi kontribusi besar dalam menghemat anggaran (pemerintah). Tempe memiliki kekuatannya sendiri. Pentingnya makanan bukan ditentukan harganya melainkan nilai nutrisinya. Karena itu, tempe sudah sejak lama dijadikan solusi.
Prof. Dtr BCP Jansen (1927) |
Pada masa kini,
tempe sudah semakin mendunia. Produksi tempe tidak hanya di Indonesia, juga
sudah ditemukan di Jepang dan Prancis. Meski banyak orang terkesan malu-malu,
tempe telah menjadi salah satu diet yang cukup sehat di jaman penyakit
generatif ini. Para vegetarian kini melihat tempat sebagai makanan mewah. Pada waktunya,
tempe akan menjadi cara hidup dan gaya hidup. Dulu, tempe memiliki perbedaan relatif
terhadap daging, tapi kini, tempe memiliki perbedaan relatif dengan gizi yang
sehat. Inilah kekuataan tempe yang akan menjadi cara hidup dan gaya hidup
cerdas di zaman now.
Bagaimana
sejarah tempe sebagai makanan bergizi tidak pernah ditulis secara komprehensif.
Padahal tempe adalah keseharian kita di Indonesia. Tempe sendiri dalam menu
makanan sejak nenek moyang kita hingga ini hari tidak pernah putus. Lantas
mengapa sejarah tempe terputus. Mari kita sambung lagi sejarah tempe.
Prof. dr. Dr.
BCP Jansen: Penemu Tempe
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar