Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Hari ini adalah hari libur nasional, tanggal 1 Mei yang merupakan Hari Buruh (May Day). Penetapan hari libur baru ditetapkan kembali sejak tahun 2013 berdasarkan Peraturan Presiden. Hari Buruh sebagai hari libur pernah diberlakukan pada era pemerintahan Soekarno.
Hari ini adalah hari libur nasional, tanggal 1 Mei yang merupakan Hari Buruh (May Day). Penetapan hari libur baru ditetapkan kembali sejak tahun 2013 berdasarkan Peraturan Presiden. Hari Buruh sebagai hari libur pernah diberlakukan pada era pemerintahan Soekarno.
Staatsblad van Nederlandsch Indie No 23, 1929 |
Sejarah Hari Buruh di Indonesia (baca: Hindia
Belanda) sejatinya baru dimulai tahun 1929. Hal ini karena pemerintahan Hindia Belanda
dianggap telat meratifikasi konvensi ‘May Day’. Namun May Day di Hindia Belanda
hanya berlaku bagi orang Eropa saja. Bagaimana dengan buruh pribumi?. Sangat
memilukan apa yang dikenal sejak penerapan Poenalie Sanctie di Deli tahun 1889.
Bagaimana Parada Harahap berinisiatif membongkar Poenale Sanctie di Deli perlu
diperhatikan. Mari kita telusuri.
Staatsblad No.
23 Tahun 1929
Pemerintah
Hindia Belanda telah meratifikasi konvensi Hari Buruh (May Day) Internasional
pada tahun 1929. Ratifikasi tersebut disahkan dalam Staatsblad van Nederlandsch
Indie Tahun 1929 No.23 Tanggal 20 Februari 1929 (bahasa Belanda dan bahasa
Prancis). Dalam Staatsblad kata MAYDAY
harus diartikan sebagai ‘tolong aku’.
Namun ratifikasi
ini hanya berlaku untuk orang-orang Eropa non Belanda. Orang-orang Belanda
tidak terlalu peduli dengan ratifikasi ini. Akibatnya, orang pribumi (yang
terjajah) tetap tidak berhak untuk merayakan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh.
Pemerintah Hindia Belanda melarang pribumi merayakannya.
Surat kabar berbahasa Belanda yang ada di
Hindia Belanda juga bersifat mendua tentang hari buruh tersebut. Mereka
memberitakan May Day dari luar negeri hanya sekedar ditujukan untuk pembaca
mereka terutama orang-orang Inggris (For Our British Readers. DAY OF LABOR) di
Hindia Belanda.
De Sumatra post,
01-05-1930: ‘1 Mei 1 Hari Buruh, kecuali di Inggris, di mana, seperti biasa,
menempatkan otoritas tidak ada hambatan di jalan untuk demonstrasi 1 Mei; di
Argentina, di mana 1 Mei dideklarasikan oleh Keputusan Presiden untuk hari raya
buruh. Untuk pertama kalinya, para pekerja Amerika kini beralih ke praktik yang
diikuti di Eropa dan Asia pada tanggal 1 Mei; Shanghai 30 April,
(Aneta-Reuter). Pihak berwenang Tiongkok mengumumkan hari 1 Mei hari yang
bebas. Semua pabrik di daerah Shanghai akan ditutup besok’. Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 22-04-1931: ’Madrid, 20 April. Kabinet memutuskan
untuk menyatakan bahwa Mei pertama adalah hari buruh dan hari libur umum’.
Bataviaasch nieuwsblad, 02-05-1933: ‘Moscow, 1 Mei (Reuter). Mayday dirayakan
di bawah terik matahari’.
Bataviaasch nieuwsblad, 03-05-1937 |
Tidak semua surat kabar berbahasa Belanda tertarik
melaporkan kejadian-kejadian yang terkait dengan Mayday (Labor Day). Di Hindia
Belanda hanya tiga surat kabar yang pernah melaporkannya yakni Het nieuws van
den dag voor Nederlandsch-Indie; Bataviaasch nieuwsblad dan De Sumatra post.
Apakah karena surat kabar ini investasinya dimiliki oleh orang-orang Jerman?
Demikian juga surat kabar di negeri Belanda hanya ada dua surat kabar yang
secara kontinu melaporkan kejadian-kejadian terkait mayday yakni surat kabar De
Volksvriend dan Onze toekomst. Hari buruh sendiri di negeri Belanda adalah
bulan September.
MayDay: Poenale Sanctie di Deli
Dalam sejarah hari buruh di Indonesia,
tampaknya ada yang terlewatkan, tidak pernah May Day dikaitkan dengan penerapan
Poenale Sanctie di Deli. Padahal hubungannya sangat terkait. Sebagaimana
diketahui pada bulan Juli 1889 Kongres Buruh Internasional menetapkan 1 Mei
sebagai hari Buruh Sedunia atau May Day. Pada tahun ini Koelie Ordonnantie
diperbarui dan berlaku pada tanggal 1 Oktober 1889 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 23-07-1889). Di dalam ordonasi ini termasuk perihal
Poenale Sanctie. Koelie Ordonnantie sendiri dibuat tahun 1880 (Staatsblad No
133 Tanggal 13 Juli 1880). Ketika para buruh di Amerika Serikat dibebaskan
merayakan libur tanggal 1 Mei, justru di Deli, penerapan poenale sanctie justru
terkesan semakin diperberat. Para planter melawan (melakukan petisi terhadap)
pemerintah di Batavia karena reformasi ordonansi tersebut. Selama ini,
mengikuti Stbl No 113, para planter menumpuk keuntungan, sementara para koeli
diperlakukan bagaikan budak. Anehnya, Sultan terlibat dalam permasalahan ini. Sangat
ironis.
Pemerintah boleh jadi
melakukan reformasi koelie ordonatie di Ooostkust Sumatra melihat perkembangan
protes buruh di Amerika Serikat. Namun demikian, poenale sanctie masih mengindikasikan
bahwa para planter di Deli diizinkan menghukum kuli dan menetapkan denda. Dalam
aturan baru ini memang sudah lebih diperingan, namun faktanya di lapangan seakan
para planter sebagai manajer kebun juga merangkap sebagai polisi yang bisa
langsung menghakimi. Di dalam sejumlah kasus ditemukan hukuman cambuk. Tidak
hanya kuli laki-laki (yang umumnya kuli dari Tiongkok, Djawa dan Bengalen) juga
kuli perempuan diperlakukan sama. Koelie Ordonantie di Oostkust Sumatra adalah
satu-satunya yang terberat di Nederlandsch Indie. Atas dukungan Sultan, para
planter memberi ‘hadiah’ dalam bentuk pembangunan Istana dan masjid yang mewah.
Pada tahun 1916, seorang krani atau juru
tulis bernama Parada Harahap, masih berumur 17 tahun tidak tahan melihat
penderitaan para kuli. Parada Harahap mulai melakukan pengintaian (semacam
penyelidikan) dan menulikan kasusnya dan kemudian mengirim laporan itu ke surat
kebar Benih Mardeka di Medan. Hampir setahun laporan itu tidak digubris oleh
para editor sebelum mereka pada tahun 1918 menurunkan laporannya. Awalnya
laporan ini dianggap biasa-biasa saja di Medan dan sekitarnya. Namun pada bulan
Oktober 1918 surat kabar Soeawa Djawa yang terbit di Semarang menyusun serial
artikel mengutip laporan Benih Mardeka di Medan. Heboh di Djawa. Eksesnya,
Parada Harahap diketahui sebagai sumber, lalu dipecat dari jabatannya sebagai
krani.
Parada Harahap bukannya jera setelah dipecat dari
perkebunan, tetapi justru hijrah ke Medan dan melamar sebagai wartawan Benih
Mardeka. Parada Harahap justru diberi langsung sebagai editor. Pada awal tahun
1919 surat kabar Merdeka (yang terbit sejak 1915) dibreidel. Parada Harahap
lalu pulang kampung dan mendirikan surat kabar yang tidak kalah garangnya di
Padang Sidempoean. Surat kabar Parada Harahap ini diberi nama Sinar Merdeka.
Pada tahun 1921Parada Harahap menggalang kekuatan pemuda menjadi ketua Sumatra
Bond wilayah Tapanoeli. Pada tahun 1923 Parada Harahap hijrah ke Batavia
mendirikan surat kabar Bintang Hindia, lalu pada tahun 1925 mendirikan kantor
berita pribumi pertama, Alpena (sebagai editor diangkat WR Supratman). Pada
tahun 1926 Parada Harahap mendirikan surat kabar Bintang Timoer. Parada Harahap
tahun 1927 sebagai sekretaris Sumatra Bond menggagas didirikannya PPPKI
(organisasi supra kebangsaan, termasuk di dalamnya Sumatra Bond, Kaoem Betawi
dan Boedi Oetomo). Pada tahun 1933 Parada Harahap memimpin orang Indonesia
pertama ke Jepang. Ketujuh orang ini adalah orang-orang revolusioner termasuk
Abdullah Lubis, salah satu pendiri Benih Mardeka dan Mohammad Hatta yang baru lulus
sarjana di Belanda dan pulang ke tanah air.
Pada
awal kemerdekaan RI, pada pemerintahan Sjahrir (ibukota di Djakarta) perayaan
Hari Buruh muncul. Perayaan Hari Buruh diformalkan pada pemerintahan Hatta (ibukota
di Djogjakarta) dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1948 yang mana di dalamnya
tanggal 1 Mei sebagai tanggal Hari Buruh. Tanggal 1 Mei mengacu pada tanggal Hari
Buruh intrnasional.
Java-bode, 30-04-1952 |
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar