*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Sekolah Hukum Rechts School di Batavia (1909-1927) telah meluluskan banyak ahli hukum. Namun tidak semuanya melanjutkan studi ke Belanda. Diantara yang studi hukum di Belanda hanya beberapa yang meraih gelar doktor (Ph.D). Yang jelas, Rechts School ini telah turut melahirkan pejuang-pejuang yang turut merebut kemerdekaaan Indonesia.
Sekolah Hukum Rechts School di Batavia (1909-1927) telah meluluskan banyak ahli hukum. Namun tidak semuanya melanjutkan studi ke Belanda. Diantara yang studi hukum di Belanda hanya beberapa yang meraih gelar doktor (Ph.D). Yang jelas, Rechts School ini telah turut melahirkan pejuang-pejuang yang turut merebut kemerdekaaan Indonesia.
Selain
Rechts School juga terdapat jenis sekolah yang lainnya. Yang pertama didirikan
adalah sekolah guru (Kweekschool) tahun 1850, kemudian disusul pendirian
sekolah kedokteran Docter Djawa School tahun 18951 (yang kemudian tahun 1902
berubah menjadi STOVIA). Sekolah kedokteran hewan Veeartsen School didirikan di
Buitenzorg tahun 1875 lalu disusul pendirian sekolah pertanian Lanbouw School.
Di Bandoeng didirikan sekolah tinggi teknik Technisch Hooge School tahun 1920.
Pada tahun 1924 STOVIA ditingkatkan statusnya menjadi sekolah tinggi kedokteran
(Geneeskundige Hooge School) dan kemudian disusul Rechts School menjadi Rechts
Hooges School tahun 1927.
Rechts School di Batavia menjadi cikal bakal
Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Lantas bagaimana riwayat perjalanan para
alumninya. Sudah barang tentu sudah banyak ditulis, namun tetap dirasakan masih
belum cukup. Dengan upaya penggalian data masih dimungkinkan untuk memperkaya
tulisan-tulisan yang sebelumnya. Mari kita mulai dari Rechts School itu
sendiri.
Radja Enda
Boemi: Meraih Gelar Doktor Hukum 1925
Rechts
School dibuka tahun 1909. Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi masuk Rechts
School tahun 1915. Setelah lulus Rechts School, Radja Enda Boemi diangkat
sebagai pegawai pemerintah di Kantor Pengadilan Landraad Medan. Kemudian
setelah beberapa tahun menjadi pegawai ia mendapat beasiswa untuk berangkat ke
Negeri Belanda untuk mencapai gelar sarjana hukum (Mr).
Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 30-01-1921 |
Sekolah kedokteran hewan, Veeartsen School di
Buitenzorg dibuka tahun 1907. Salah satu siswa yang pertama diterima adalah
Sorip Tagor. Pada tahun 1912 Sorip Tagor lahir di Hoeta Imbaroe, Padang
Sidempoean dinyatakan lulus dan bergelar Dokter Hewan (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 22-08-1912). Belum setahun menjadi asisten dosen di Veeartsen
School, Sorip Tagor pada tahun 1913 berangkat melanjutkan studi ke Utrecht.
Sorip Tagor lulus dari Rijksveeartsenijschool, Utrecht dan mendapat gelar
dokter hewan (Dr) pada tahun 1921 (lihat Het Vaderland : staat- en letterkundig
nieuwsblad, 30-01-1921). Dr. Sorip Tagor Harahap adalah pribumi pertama yang
meraih gelar dokter hewan. Saat Dr. Sorip Tagor dinyatakan lulus di Utrecht, JA
Kaligis baru menyelesaikan ujian pertama. Dr. Sorip Tagor kelak dikenal sebagai
kakek dari Inez Tagor, Risty Tagor dan Deisti Astriani Tagor (istri Setya
Novanto, mantan Ketua DPR).
Pada rahun 1925, Radja Enda Boemi lahir di
Batang Toroe Padang Sidempoean dinyatakan lulus di Universiteit Leiden dan
mendapat gelar doctor (Ph.D) dengan desertasi berjudul: ‘Het grondenrecht in de
Bataklanden: Tapanoeli, Simeloengoen en het Karoland’. Radja Enda Boemi adalah
ahli hukum pertama dari Tanah Batak dan orang Indonesia kedua yang meraih gelar
doktor (Ph.D) di bidang hukum.
De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 22-06-1922 |
Orang Indonesia pertama yang mendapat gelar
doktor (Ph.D) di bidang hukum adalah Mr. Gondokoesoemo pada tahun 1922 di
Universiteit Leiden dengan judul desertasi adalah ‘Vernietiging van
Desabeslissingen in Indie’ (lihat De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad,
22-06-1922). Gondokoesoemo lahir di Blora adalah salah satu alumni pertama dari
Rechts School di Batavia. Orang Indonesia lainnya yang meraih doktor di bidang
hukum adalah RM Koesoemah Atmadja lahir di Poerwakarta dengan judul desertasi
‘De Mohammedaansche vrome stichtingen in Indie’ (lihat Het Vaderland : staat-
en letterkundig nieuwsblad, 15-12-1922); Raden Soegondo lahir di Rembang dengan
desertasi berjudul Vernietiging van Dorpsbesluiten (lihat De Preanger-bode,
22-01-1923); Soebroto dengan desertasi berjudul ‘Indonesische Sawah-verpanding’
(De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 25-09-1925).
Raden Soepomo: Raih Gelar
Ph.D Predikat Cum Laude
Raden
Soepomo adalah hali hukum Indonesia yang terbilang cemerlang. Raden Soepomo,
lahir di Solo meraih gelar doktor di bidang hukum di Universiteit Leiden tahun
1927 dengan judul desertasi ‘De reorganisatie van 't agrarisch stelsel in het
Gewest Soerakarta’ (lihat Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 09-07-1927).
Yang bertindak sebagai promotor adalah Prof. Carpentier Alting. Raden Soepomo
meraih gelar Ph.D dengan predikat Cum Laude, yang pertama orang Indonesia.
Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 09-07-1927 |
Rechts School di Batavia hingga tahun 1927
telah menghasilkan lulusan sebanyak 189 orang. Diantara mereka ini sebanyak 43
orang melanjutkan studi ke Belanda untuk mendapatkan gelar sarjana hukum
Meester (Mr). Hanya beberapa orang yang berhasil meraih gelar doktor (Ph.D) di
Belanda. Yang pertama adalah Gondokoesoemo, yang kedua adalah RM Koesoemah
Atmadja. Yang ketiga adalah Raden Soegondo. Yang keempat adalah Alinoedin
Siregar gelar Radja Enda Boemi dan yang kelima adalah Soebroto dan yang keenam
adalah Raden Soepomo.
Selain itu yang berhasil meraih gelar doktor
di bidang hukum adalah Mr. Sartono pada tahun 1930. Tampaknya ada hubungan
dekat antara Soepomo dan Sartono. Pada saat sidang terbuka Soepomo tahun 1927
di rumah PI dikibarkan bendera merah putih dan lambang kepala banteng.
Sebagaimana diketahui sebelumnya di Bandoeng tahun 1926 telah berdiri
Perhimpoenan Nasional Indonesia dan pada tahun 1928 telah berdiri Partai
Nasional Indonesia. Bendera nasional adalah merah putih dan lambang partai
nasional adalah kepala banteng. Ketua PNI adalah Soekarno dan setelah PNI
dibubarkan tahun 1931 didirikan Partai Indonesia yang diketuai oleh Sartono.
Yang meraih gelar Ph.D di bidang kedokteran adalah
Sardjito pada tahun 1919 lalu kemudian disusul oleh Mohamad Sjaaf. Doktor-doktor
berikutnya di bidang kedokteran antara lain adalah Achmad Mochtar (1929),
Sjoeib Proehoeman (1930) dan Aminoedin Pohan (1931). Tiga yang terakhir ini
berasal dari Tapanoeli (Mandailing dan Angkola). Sedangkan perempuan Indonesia
pertama yang meraih gelar doktor adalah Ida Loemongga Nasution yang berhasil
mempertahankan desertasi di bidang kedokteran tahun 1931 yang berjudul ‘Diagnose en prognose van aangeboren
hartgebreken’ (Bataviaasch nieuwsblad, 20-01-1931). Tentu saja masih banyak
lagi orang Indonesia yang meraih gelar doktor, diantaranya adala Todoeng
Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia lahir di Padang Sidempoean meraih doktor
di Universiteit Leiden dengan desertasi ‘Het primitieve denken in de moderne
wetenschap’ (Algemeen Handelsblad, 09-12-1933). Soetan Goenoeng Moelia kelak
lebih dikenal sebagai Menteri Pendidikan RI yang kedua.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar