*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Hingga tahun 1941 di Indonesia hanya terdapat
sebanyak 49 notaris. Sebanyak enam orang pribumi dan satu orang Tionghoa. Pasca
pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, tujuh orang notaris inilah yang tersedia
di seluruh Indonesia. Mereka ini kemudian menjadi tulang punggung dalam
pembuatan akte pendirian berbagai perusahaan, jajasan dan bentuk-bentuk
perjanjian lainnya. Notaris Soewandi adalah pembuat akta pendirian (yayasan)
Universitas Indonesia di Djakarta tahun 1951 dan Hasan Harahap gelar Soetan Pane Paroehoem
adalah pembuat akta pendirian (yayasan) Universitas Sumatra Utara di Medan tahun 1951.
Hasan Soetan Pane Paroehoem |
Sejauh ini belum pernah ditulis riwayat awal
kegiatan kenotariatan di Indonesia. Juga belum pernah ditulis bagaimana para
pionir notaris ini menjadi notaris. Lantas, peran apa saja yang telah meraka lakukan
selama karir di bidang kenotariatan. Pertanyaan-pertanyaan ini menarik untuk
diketahui. Untuk itu, mari kita telusuri sumber-sumber masa lampau.
Hasan Soetan
Pane Paroehoem Lulus Notaris 1927
Nama
Soetan Pane Paroehoem muncul kali pertama di Pematang Siantara tahun 1919 (De
Sumatra post, 17-06-1919). Pada tahun 1920 Soetan Pane Paroehoem diketahui
sebagai sekretaris Bataksche Bank (De Sumatra post, 23-11-1920). Dalam susunan
direksi bank pribumi ini adalah Dr. Ali Moesa Harahap sebagai presiden. Anggota
terdiri dari Waldemar, JG Colijn dan Dr. Mohammad Hamzah Harahap. Administratur
adalah Moehamad Joenoes gelar Soetan Hasoendoetan.
Belum diketahui
secara jelas apa latar belakang pekerjaan Soetan Pane Paroehoem. Dr. Alimosa
Harahap adalah dokter hewan lulusan Veeartsen School di Buitenzorg tahun1914.
Dr. Mohamad Hamzah Harahap adalah kepala dinas kesehatan Kota Pematang Siantar,
dokter lulusan Docter Djawa School di Batavia tahun 1902. Waldemar dan JG
Colijn adalah pengusaha perkebunan di Simaloengeon. Administratue Mohamad
Joenoes gelar Soetan Hasoendoetan adalah pensiunan guru yang menjadi sastrawam.
Novel terkenalnya berjudul Siti Djoeariah
Ini
sedikit memberi gambaran awal bagaimana suatu bisnis (bahkan semacam bank)
belum dikelola oleh orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi
dan bisnis. Namun itu dapat dimaklumi karena ekonomi dan bisnis saat itu belum
sekompleks yang sekarang. Dengan kata lain setiap orang dapat melakukan bisnis
apapun bahkan untuk diposisikan sebagai direktur (yang paralel telah memiliki
jabatan lain di bidang pemerintahan).
Bataksche Bank
adalah bank swasta pribumi. Bank ini cukup lama eksis, bank yang memiliki
segmen tertentu di Oostkust Sumatra. Di Province Oostkust Sumatra hanya
terdapat tiga bank. NV Java Bank memiliki segmen untuk orang-orang
Eropa/Belanda, sementara NV Bank Kesawan untuk segmen orang-orang Tionghoa.
Sedangkan NV Bataksche Bank untuk segmen pengusaha-pengusaha pribumi.
Di
Residentie Oostkust Sumatra yang berpusat di Medan hanya terdapat dua notaris
dan satu notaris berada di Residentie Tapanoeli yang berpusat di Sibolga.
Notaris-notaris yang ada saat itu hampir seluruhnya adalah orang Eropa/Belanda.
Di Jawa baru terdapat empat notaris pribumi, yakni: Raden Soewandi, Raden Wiranto,
Raden Kadiman dan Raden Soedja.
Het nieuws van den dag voor NI, 22-08-1927 |
Notaris Pribumi Pertama:
Soewandi dan Wiranto
Notaris
sudah ada di Indonesia sejak era VOC. Notaris pertama (de eerste notaris op
Batavia) adalah Melchior Kerchem (lihat JJ Meinsma, 1875: De opkomst van het Nederlandsch
gezag in Oost-Indie). Peraturan kenotariatan ini telah mengalami modifikasi
hingga era pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1860 Pemerintah melakukan
perbaikan terhadap pasal-pasal yang terdapat pada aturan kenotariatan dengan
dikeluarkannya Reglement op het Notaris-ambt in Indonesie (Stbl.1860 No.3). Dalam
aturan (reglement) baru ini meliputi cakupan jabatan Notaris. Reglement baru
ini berisi 66 pasal. Para notaris yang ada tetap bekerja sambil menyesuaikan
dengan aturan baru yang akan diberlakukan.
De Oostpost, 28-12-1859 |
Notaris-notaris
yang ada sejauh ini adalah notaris orang-orang Etopa Belanda. Partisipasi
pribumi dalam bidang kenotariatan ini baru muncul pada tahun 1920. Berita itu
dapat dilihat pada Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 26-07-1920.
Disebutkan Raden Soewandi dinyatakan lulus ujian kelas satu notaris. Besar
dugaan bahwa Raden Soewandi adalah notaris pribumi pertama. Pada tahun yang
sama (1920) juga dilaporkan RM Wiranto termasuk daintara tiga lulusan baru
kelas satu notaris (lihat De Preanger-bode, 97-09-1920).
Raden Soewandi
besar dugaan adalah pengurus Boedi Oetomo. Dalam iklan Bataviaasch handelsblad,
27-04-1911 tercatat nama Raden Soewandi sebagai sekretaris Boedi Oetomo. Pada
tahun 1925 Raden Soewandi termasuk salah satu dari 10 nama kandidat untuk ketua
Boedi Oetomo (De Indische courant, 06-04-1925).
Notaris
ketiga pribumi adalah Raden Kadiman lulus notaris kelas satu tahun 1921 (De
Preanger-bode, 10-07-1921). Notaris keempat adalah Soedja. Sejauh ini belum
ditemukan informasi kapan Soedja lulus ujian notaris kelas satu.
Tampaknya tidak
mudah untuk lulus notaris. Ini terlihat ketika Raden Soewandi ikut ujian kelas
tiga (kelas utama) pada tahun 1923, dari 28 peserta ujian hanya delapan orang
notaris yang lalus, termasuk Raden Soewandi (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 12-09-1923). Ujian yang dilaksanakan di Batavia ini
termasuk yang lulus adalah AE Prosee di Medan dan Mr. H van Everdingen di
Soerabaja. Mas Soedja van Chirebon dinyatakan lulus ujian notaris kelas dua
pada tahun 1923 (Bataviaasch nieuwsblad, 01-09-1923). RM Wiranto termasuk yang lulus
ujian notaris kelas tiga (Groot Notaris Examen) diantara 10 orang yang lulus (Bataviaasch
nieuwsblad, 01-10-1925). Raden Kadiman baru tahun 1927 berhasil lulus untuk
ujian notaris kelas tiga (Bataviaasch nieuwsblad, 01-10-1927). Disebutkan Raden
Kadiman di Bandoeng.
Notaris
kelima pribumi dalam hal ini adalah Hasan Harahap gelar Soetan Pane Paroehoem
yang lulus ujian notaris kelas satu pada tahun 1927. Pada tahun 1929 Soetan
Pane Paroehoeman dinyatakan lulus ujian notaris kelas dua, salah satu diantara empat
orang yang lulus dari lima kandidat (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 10-08-1929). Dalam berita ini disebutkan dari tujuh orang
peserta ujian notaris kelas satu hanya dua orang yang lulus.
Soetan Pane
Paroehoem dilaporkan surat kabar De Sumatra post, 15-08-1935 telah lulus ujian
notaris kelas tiga (kelas utama). Posisi Soetan Pane Paroehoem saat itu juga
adalah wakil sekretaris kota (gemeente) Pematang Siantar. Juga disebutkan bahwa
dengan ini sekarang semua bagian ujian telah berhasil dilewati olehnya sehingga
dia dapat selanjutnya mendapat gelar notaris publik (Notaris Kan Voeren).
Hanya Satu Notaris
di Suematra: Soetan Pane Paroehoem
Dari
tujuh pribumi yang berstatus notaris hingga berakhirnya era kolonial Belanda
(1942), sejauh yang bisa ditelusuri hanya empat orang yang memiliki lisensi
Notaris Publik (sudah lulus ujian notaris kelas tiga). Raden Soewandi
memperoleh hak Notaris Publik tahun 1923, RM Wiranto (1925), Raden Kadiman
(1927) dan Hasan Harahap gelar Soetan Pane Paroehoem (1935).
Sudah barang
tentu pada era pendudukan Jepang (1942-1945) dan era perang kemerdekaan
(melawan Belanda (1945-1949) tidak ada penambahan jumlah notaris dari kalangan
pribumi. Notaris hanya berjumlah tujuh orang dan hanya empat orang berlisensi
notaris utama (notaris kepala). Pada era pasca pengakuan kedaulatan RI oleh
Belanda (1950) sulit dibayangkan oleh pemerintah RI bagaimana memenuhi
pembuatan akta-akta untuk wilayah Indonesia yang begitu luas. Dari tujuh orang
notaris yang ada, enam notaris berada di Jawa dan hanya satu orang di Sumatra.
Di pulau-pulau lainnya sangat sulit dipenuhi mengingat jumlah yang minim
notaris.
Di
Djakarta, Notaris Mr. Raden Soewandi menjadi tokoh yang berperan penting dalam
pendirian Universitas Indonesia. Raden Soewandi adalah notaris yang
bertanggungjawab menyiapkan legalitas Jajasan Uniersitas Indonesia.
De vrije pers :
ochtendbulletin, 26-07-1951: ‘Jajasan Universitas Indonesia didirikan untuk
mendukung pengembangan sistem pendidikan dan pengelolaan universitas. Prof..
Dr. Mr. Supomo, Presiden Universitas Indonesia menjawab pertanyaan dalam sebuah
wawancara pada tanggal 25 Juli di depan notaris Mr. Soewandi di Djakarta.
Pendidirian yayasan ini untuk mendukung terlaksananya sistem pendidikan dan
sarana yang dibutuhkan. Dewan yayasan terdiri sebagai berikut:. Presiden
Universitas Indonesia, Prof. Dr. Supomo; wakil Prof. dr. Slamet Imam Santoso, sekretaris
Mr. Alwi Soetan Osman, bendahara Mr Wisaksono Wirjodihardjo dan anggota Prog
Roosseno Soeriohadikoesoemo, Djojosutono, Hazarin, Tjan Tjoe Slem en dr. Moh.
Toha. professo. menjalankan Ftoosseno Sc-ariohadikoesoemo, Djojosutono,
Hazarin, Tjan Tjoe Siem dan Dr. Moh. Toha’.
Di
Medan, Notaris Hasan Harahap gelar Soetan Pane Paroehoem juga telah turut aktif
menyiapkan legalitas pendirian Jajasan Universitas Sumatra Utara. Wilayah kerja Soetan Pane Paroehoem awalnya adalah Pematang Siantar dan Simaloengoen dan lalu
kemudian dipindahkan ke Residentie Tapanoeli yang berkedudukan di Sibolga. Pasca pengakuan kedaulatan RI
oleh Belanda, Soetan Pane Paroehoem tampaknya telah pindah ke Medan untuk
mendirikan firma notaris.
Java-bode:nieuws,handels-en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 09-06-1952: ‘Gubernur Abdul Hakim Harahap
telah mengambil inisiatif untuk mendirikan sebuah universitas di Medan, dana
yang terkumpul sebesar Rp. 1,127,808.07 yang disimpan dalam dana perguruan
tinggi Jajasan Universitet Sumatera Utara, yang didirikan dengan akta notaris.
Hal ini dimaksudkan untuk membuka sekolah kedokteran pada tanggal 17 Agustus.
Tujuan dari Jajasan Universitet Sumatera Utara adalah, selain memberikan
pendidikan yang lebih tinggi, untuk mempromosikan kepentingan siswa dalam arti
luas. Akan terkait dengan tujuan terakhir ini juga menyediakan perumahan bagi
para siswa. Manajemen Jajasan Universitet Sumatera Utara, Dewan Pimpinan
terdiri dari: Gubernur Abdul Hakim Harahap, Presiden, Tengku Dr Mansur, Wakil Presiden,
Dr Sumarsono, Sekretaris bendahara dan anggota Pak Walikota Djaidin Poerba, Ir
RS Danunagoro, Sahar, Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis dan perwakilan
dari Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia dan Dewan Ekonomi
Indonesia serta Notaris Soetan Pane Paroehoem. Pada tangga 4 Juni Jajasan
Universitas Sumatera Utara didirikan dihadapan Notaris Soetan Pane Paroehoem di
Medan. Di dalam akte pendirian ini diberi nama Jajasan Universitas Sumatera
Utara dan berkedudukan di Medan.
Pemerintah
kemudian mulai merasakan kebutuhan yang tinggi untuk notaris sementara jumlah
para noaris sangat minum. Untuk memenuhi kebutuhan mendesak tersebut pemerintah
membentuk komisi ujian notaris. Proses ini mirip dengan era kolonial Belanda
yang mana komisi dibentuk untuk melakukan ujian notaris bagi kandidat untuk
setiap level. Dalam komisi ujian notaris yang dibentuk pemerintah ini (notaris)
Raden Kadiman sebagai ketua (De nieuwsgier, 13-05-1955). Dalam komisi ini juga
terdapat (notaris) Soedja dan (notaris) Soewandi. Dengan demikian, nama-nama notaris Soewandi, Kadiman dan Soedja serta Soetan Pane Paroehoem dengan sendirinya telah menjadi notaris senior.
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar