*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini
Bantar Gebang, bukanlah ‘kota sampah’. Bantar Gebang harus dipandang sebagai kota paling tua di Bekasi. Sebagai kota paling kuno, Bantar Gebang harus dipandang sebagai heritage Bekasi. Dalam prasasti kuno, Candrabhaga bukanlah nama kota tetapi nama sungai. Nama sungai yang dipercaya sebagai Kali Bekasi. Kota yang berada di Kali Bekasi ini kini disebut kota Bekasi. Akan tetapi kota ini kemudian diduga telah lenyap ditelan banjir bandang.
Bantar Gebang, bukanlah ‘kota sampah’. Bantar Gebang harus dipandang sebagai kota paling tua di Bekasi. Sebagai kota paling kuno, Bantar Gebang harus dipandang sebagai heritage Bekasi. Dalam prasasti kuno, Candrabhaga bukanlah nama kota tetapi nama sungai. Nama sungai yang dipercaya sebagai Kali Bekasi. Kota yang berada di Kali Bekasi ini kini disebut kota Bekasi. Akan tetapi kota ini kemudian diduga telah lenyap ditelan banjir bandang.
Benteng Becassie dan kota Bantar Gebang di kali Bekasi (Peta 1724) |
Ibukota baru di daerah aliran sungai Kali Bekasi
dibangun ke arah hulu, di suatu tempat yang disebut Bantar Gebang. Pada Peta
1724 di Kali Bekasi, hanya satu nama tempat yang diidentifikasi, yakni Kota
Bantar Gebang. Tentu saja belum ada kota Bekasi. Kota Bekasi kuno telah lama
hilang ditelan banjir. Kota Bekasi, yang menjadi cikal bakal Kota Bekasi yang
sekarang adalah kota baru yang dibangun baru, tepat berada di kampong Bekasi
(eks lokasi kota Bekasi jaman kuno).
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Kota Bantar Gebang dan Fort Becassie
Pada Peta 1724 dua situs yang diidentifikasi di
sungai Bekasi adalah (hanya) benteng (fort) Becassie dan kota Bantar Gebang.
Ini mengindikasikan dua situs ini adalah dua tempat terpenting bagi orang
Eropa/Belanda di daerah aliran sungai Bekasi. Fort Bekasi du hilir (muara) dan
Bantar Gebang di hulu. Antara kedua tempat ini dihubungkan oleh lalu lintas air
(pelayaran sungai).
Benteng
(Fort) Becassie (baca: Bekasi) dibangun sekitar tahun 1695. Benteng yang
dibangun relatif bersamaan di timur Batavia adalah benteng Maroenda; sementara
di barat benteng sungai Grogol dan benteng di sungai Kroekoet. Benteng-benteng
ini juga bersamaan dengan pembangunan benteng Missier di Tegal (benteng pertama
di Jawa). Pembangunan benteng di era VOC adalah pendahulu sebelum pembukaan
ruang wilayah (ekonomi dan perdagangan di sekitar). Pembangunan benteng sangat
mahal. Oleh karena itu benteng adalah investasi awal dimana di wilayah sekitar
benteng sudah dipetakan potensi perdagangan dan ekonomi.
Kota Bantar Gebang yang diidentifikasi adalah
kota yang berada tepat di hilir pertemuan sungai Tjilengsi dan sungai Tjikeas.
Ada sebuah situs di pertemuan sungai ini tetapi tidak disebut namnya. Itu juga
menandakan situs (kota) Bantar Gebang jauh lebih penting dari situs (kota anonim)
tersebut. Dalam hal ini kota Bantar Gebang diduga kuat adalah kota pelabuhan
(sungai) terjauh ke pedalaman di daerah aliran sungai Bekasi.
Tentu
saja saat itu, titik pusat kota Bekasi yang sekarang masih sebuah kampong,
sebuah kampong kecil atau boleh jadi masih lahan kosong yang belum diokupasi
oleh penduduk sebagai tempat pemukiman.
Kota Bantar Gebang yang diidentifikasi tersebut
tidak persis di pinggir sungai, tetapi agak ke timur sungai Bekasi di suatu
ketinggian tertentu yang bebas banjir. Kota Bantar Gebang ini di dalam
Pemerintahan Hindia Belanda (sejak 1800) diadministrasikan sebagai bagian dari
Land Tjilengsi, District Tjibaroesa, Afdeeling Buitenzorg. Wilayah ke hilir
kota Bantar Gebang (termasuk kampung Bekasi, cikal bakal Kota Bekasi) masuk
wilayah Afdeeling Bekasi.
Pada
tahun 1775 land Bekasi dan land Tjilengsi sudah terbentuk (lihat peta land 1775),
Siapa pemilik land Tjilengsi tidak diketahui jelas. Namun land Bekasi pada
tahun 1776 diketahui, sebagai pionir, pemiliknya adalah Jeremis van Riemsdijk.
Seperti umumnya orang Eropa/belanda tidak pernah mengokupasi kota atau sebuah
kampung, tetapi membangun baru sebuah kota tidak jauh dari kampong terdekat
dengan mengadopsi nama situs kampong terdekat tersebut sebagai nama kota
(ibukota di dalam land). Nama kampong Bekasi diadposi sebagai nama kota Bekasi
(di land Bekasi). Sedangkan land Tjilengsi membentuk kota di dekat kampong
Tjilengsi di sisi timur sungai Tjilengsi.
Kota Bantar Gebang menjadi pembatas antara land
Bekasi dan land Tjilengsi, yang mana kota Bantar Gebang masuk wilayah land
Tjilengsi. Sebagai pembatas, kota Bantar Gebang di jaman kuno diduga menjadi
pembatas antara wilayah kering (daratan) dan wilayah basah (berawa).Sebagai
pembatas daratan, kota Bantar Gebang dengan sendirinya merujuk ke pedalaman
(pegunungan). Dalam hal ini, kota Bantar Gebang diduga adalah pelabuhan dari
wilayah (kerajaan) di pedalaman.
Dalam
sistem navigasi jaman kuno, subsitem moda transportasi pelayaran air (laut dan
sungai) dibedakan secara tegas dengan subsistem moda transportasi darat. Sungai
Tjilengsi adalah sungai besar. Sungai besar lainnya di sebelah timur adalah
sungai Tjibeet. Situs-situs Bantar Gebang, Tjilengsi dan Tjibaroesa dan Kalapa
Noenggal berada di antara sungai Tjilengsi dan sungai Tjibeet. Empat situs ini
terhubung dengan moda transportasi daratan. Sungai Tjibeet sendiri bermuara ke
sungai Tjitaroem (di Tandjoeng Poera/Krawang). Situs Tjibaroesa cukup dekat ke
pelabuhan sungai di Bantar Gebang. Situs Tjibaroesa memiliki hubungan langsung
(moda transportasi darat) ke pegunungan.
Dalam
hal ini, boleh jadi kita berandai-andai terhadap hubungan garis lurus Tjibaroesa
di satu sisi ke Bantar Gebang dan di sisi yang lain Tjibaroesa ke (kerajaan)
Pakwan-Padjadjaran). Nama kota (kampong) di pedalaman yang menggunakan nama Bantar
ada beberapa, tiga yang penting adalah Bantar Kemang, Bantar Djati dan Bantar
Pete. Kebetulan tiga nama kota ini memagari kerajaan Pakwan-Padjadjaran, Jati,
kemang dan pete adalah nama-nama pohon yang kuat yang dimuliakan sejak jaman
kuno (karena manfaatnya). Lalu apa itu gebang. Apakah nama pohon? Dalam bahasa kuno
gebang adalah pohon palem (anggaplah itu menjadi mercu suar).
Jika
itu yang menjadi fakta, maka kota Bantar Gebang adalah pelabuhan dari kerajaan
Pakwan-Padjadjaran. Untuk sekadar catatan: di Tjibaroesa ditemukan artefak kuno
yakni kapak batu (manusia purba). Boleh jadi dalam hal ini kota Tjibaroesa adalah
kota kuno sedangkan Pakwan-Padjadjaran adalah kota moderen. Namun dalam
perkembangannya kemudian, palabuhan Pakwan-Padjadjaran di kota Bantar Gebang
(kuno) bergeser ke sisi barat sungau Tjiliwong di (kota) Soenda Kalapa (modern).
Kota Bantar Gebang bukanlah kota baru, tetapi
kota tua yang diduga kuat sudah ada sejak jaman kuno. Kota Bantar Gebang
sebagai kota kuno, namanya tentu menjadi sangat terkenal di seluruh wilayah
lautan. Pengetahuan umum ini berlangsung ratusan tahun ke masa depan, ketika
orang Eropa/Belanda mulai memetakan wilayah di sepanjang daerah aliran sungau
Bekasi. Kota Bantar Gebang tidak hanya kota kuno, diantara beberapa kota
(kampong) di daerah aliran sungai Bekasi, kota Bantar Gebang adalah yang
terbesar.
Dinamika di Kota Bantar Gebang
Tunggu deskripsi lengkapnya
kereeen
BalasHapus