Sabtu, 08 Februari 2020

Sejarah Menjadi Indonesia-38: Sejarah Bulu Tangkis Indonesia; Diperkenalkan Amerika (1908), Turnamen Pertama di Medan, 1932


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Indonesia pernah menjadi raja dunia dalam soal bulu tangkis (badminton). Namun bagaimana sejarah awal bulu tangkis di Indonesia tidak pernah ditulis. Padahal untuk menjadi seorang raja haruslah memiliki sejarah yang panjang. Namun ternyata sejarah bulu tungkis ini terbilang singkat jika dibandingkan kerajaan-kerajaan bulu tangkis dunia seperti Inggris dan Belanda. Anehnya, yang memperkenalkan bulu tangkis di Indonesia bukan orang-orang Inggris dan Belanda tetapi justru orang-orang Amerika. Raja badminton pertama di Batavia adalah The Giok Soei (Juara Badminton West Java,1934). Bagaimana bisa? Kenyataannya itulah sejarah awal bulu tangkis di Indonesia.

Introduksi oleh Amerika, 1908; Turnamen oleh Inggris, 1932
Sebelum ada kejuaraan dunia (seperti kejuaraan dunia bulu tangkis beregu campuran Sudirman Cup) sudah ada kejuaraan beregu putra Thomas Cup dan kejuaraan beregu putri Uber Cup. Kejuaraan bnlu tangkis terbuka (open) All England dapat dikatakan kejuaraan yang tertua (dimulai 1899 dengan awal The Open English Championships). Pada kejuaraan All England pada kategori bergengsi (tunggal putra) raja paling lama bertahta adalah Rudi Hartono dari Indonesia. Rekor Rudi Hartono juara tunggal putra sebanyak tujuh kali berturut-turut (1967-1974) dapat dikatakan abadi (sulit terpecahkan).
 
Lantas setelah orang-orang Amerika memperkenalkan bulu tangkis di Batavia, lalu seperti apa selanjutnya? Nah, itulah yang ingin kita teliti lebih lanjut. Yang jelas orang-orang Amerika mengawalinya baru kemudian orang-orang Belanda yang melestarikannya. Dalam perkembangan bulu tangkis di antara orang-orang Belanda itulah orang-orang Indonesia mulai belajar bulu tangkis dan aktif melakukan latihan, hingga pada gilirannya Rudi Hartono mampu merebut perhatian publik bulu tangkis dunia di Inggris.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Introduksi Badminton (Bulu Tangkis) di Indonesia

Hingga awal tahun 1908 di Indonesia (baca: Indonesia) tidak seorang pun berbicara dan diberitakan tentang permainan badminton (kini disebut bulu tangkis). Padahal permainan olahraga ini sudah lama ada di Eropa. Memang hanya populer di Inggris sementara di Belanda hanya sebagian kecil yang memainkannya. Pada tahun ini orang-orang Amerika meresmikan hotel baru mereka dengan nama American Hotel di Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 25-09-1908). Disebutkan hotel baru ini memiliki 242 kamar dan 86 paviliun yang dilengkapi instalasi listrik. Semuanya diatur sangat modem untuk menjawab tuntutan tertinggi. Ruang makan disediakan untuk 800 orang. Fasilitas lain yang disediakan lapangan tenis dan badminton untuk para pengunjung.

Bataviaasch nieuwsblad, 17-03-191
Nama badminton yang sudah dikenal Batavia, bukanlah nama jenis olahraga tetapi nama penerbit Badminton yang mengeluarkan buku golf, buku dancing, dan buku athletties and foot ball. Tiga buku ini dapat dibeli di toko buku G Kolff & Co cabang Batavia, Weltevreden dan Bandoeng (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 14-03-1905). Nama badminton yang sudah dikenal di Batavia juga dikenal sebagai nama kapal uap (ss) Badminton asal Inggris yang beberapa kali merapat di pelabuhan Tandjong Priok. Juga dikenal di Batavia sebagai merek rokok Badminton (impor dari Inggris).  

Sementara orang-orang Belanda di Batavia tidak melakukan olahraga badminton, American Hotel di Batavia justru menyediakan lapangan bulu tangkis. Olah raga populer di kalangan orang-orang Belanda adalah senam, kriket, sepak bola, tenis dan sepeda. Olahraga sepak bola sudah sejak lama diminati oleh orang-orang pribumi. Olahraga tenis dan golf untuk kalangan atas. Beberapa hotel menyediakan fasilitas ini. Namun fasilitas lapangan badminton di American Hotel diduga ditujukan untuk para pengunjung berbahasa Inggris (Inggris, Amerika dan Australia). Dalam hal ini dapat dikatakan orang-orang Amerikalah yang memperkenalkan (paling tidak mempopulerkan) jenis olah raga bulu tangkis di Indonesia (Batavia).

Het nieuws van den dag voor N-Indie, 09-05-1932
Besar dugaan jenis olahraga badminton mulai mendapat perhatian umum setelah sejak lama menjadi fasilitas di American Hotel. Olahraga ini diduga mudah diaplikasikan karena bisa dilakukan dua orang, lapangan yang mudah dibangun sendiri dan biaya peralatan dan lainnya tidak terlalu mahal. Dalam hubungan inilah diduga toko buku G Kolf & Co di Batavia dan Welrevreden mulai menjual buku tentang badminton (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-03-1913).   

Tampaknya introduksi jenis olahraga badminton yang dilakukan American Hotel terbatas untuk pengunjung hotel, sengaja tidak sengaja telah diminati publik. Tidak hanya di Batavia dan Buitenzorg, juga di Medan dan Soerabaja. Buku-buku tentang badminton tidak hanya dijual di toko G Kolff & Co tetapi juga sudah dijual di toko-toko lain.

De Sumatra post, 08-03-1930
Dalam perkembangannya, jenis buku-buku olah raga tidak lagi soal senam, kriket, sepak bola dan tenis serta badminton, juga sudah mulai muncul buku olah raga seperti hockey, baseball, boomerang, waterpolo dan lainnya (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 08-02-1922).

Pada tahun 1929 peralatan permainan olahraga badminton sudah dijual oleh NV Whiteaway Laidlaw (lihat  De Sumatra post, 19-12-1929). Dari nama toko ini menunjukkan toko yang dimiliki oleh orang Inggris. Sebagaimana diketahui populasi orang Inggris terbanyak di Hindia ada di Province Oost Sumatra, utamanya di Medan. Boleh jadi ini mengindikasikan bahwa di Medan permainan badminton sudah semarak. Pada tahun 1930 satu lagi toko Inggris menawarkan peralatan badminton (lihat De Sumatra post, 08-03-1930). Toko tersebut adalah Roses & Co., Ltd adalah toko yang khusus menjual alat-alat olahraga. Boleh jadi toko ini yang menjual peralatan badminton, namun karena NV Whiteaway Laidlaw sudah memasang iklan, maka untuk mengimbangi toko sebelah toko ini kemudian memasang iklan. Dari namanya toko ini adalah toko orang asing (bukan NV tetapi Ltd) yang berbasis di India.  

De Sumatra post, 24-11-1931
Sehubungan dengan semakin semaraknya badminton di Medan, pada tahun 1931 muncul gagasan untuk mengadakan turnamen badminton di Medan (lihat De Sumatra post, 24-11-1931). Disebutkan bahwa akhir-akhir ini, ada minat besar tentang permainan badminton di Medan. Untuk merangsang minat ini dan untuk lebih mengembangkan ikatan persahabatan internasional, perusahaan olahraga Rosé & Co di Kesawan  melakukan sharing and caring. Disebutkan bahwa toko ini telah menerima instruksi dari kantor pusatnya di India (Inggris) untuk menyediakan hadiah untuk kejuaraan yang akan diadakan pada bulan Maret 1932: Untuk pemenang juara single diberikan piala perak. Empat medali perak untuk 4 pemain yang berhasil ke semifinal. Untuk juara ganda juga diberikan piala perak. Dua medali perak untuk finalis lainnya. Pendaftaran dapat dilakukan mulai sekarang. Biaya investasi sebesar f1.25 per pasangan (double) dan f1 per orang (single).   

Orang-orang Inggris sangat menyukai permainan badminton. Hanya sebagian kecil orang-orang Belanda yang menyukai badminton. Oleh karena itu tidak aneh toko Inggris bersedia mensponsori suatu turnamen. Idem dito, beberapa tahun sebelumnya, ketika tahun 1908 hotel Amerika berinisiatif menyediakan fasilitas olahraga badminton. Tidak ditemukan hotel Belanda yang menyediakan fasilitas badminton.  

Dalam perkembangan lebih lanjut untuk memenuhi seluruh kalangan, pabrikan telah memproduksi peralatan dan shuttle cocks dalam beberapa kualitas. Ini dapat diperhatikan pada iklan toko The Ghose Sports Coy di Weltevreden (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 09-05-1932). Dari namanya juga mengindikasikan toko ini adalah milik orang Inggris.

Dalam hal ini penggerak munculnya permainan olah raga badminton bukan orang-orang Belanda. Tampaknya orang-orang Amerika memulainya dan orang-orang Inggris yang mengembangkannya.

Kejuaraan Badminton Pertama di Jawa: West Java

Permaianan badminton (bulu tangkis) tidak lagi hanya di kalangan orang-orang Eropa (Inggris/Belanda), juga sudah sangat intens dimainkan di kalangan orang-orang Tionghoa dan orang-orang pribumi. Turnamen-turnamen badminton mulai bermunculan sehubungan dengan dibentuknya berbagai asosiasi-asosiasi. Hal ini tidak hanya di Batavia, tetapi juga di kota lain seperti di Buitenzorg (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 12-05-1934). Pada bulan September 1934 mulai diadakan kejuaraan seluruh West Java. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa turnamen/kejuaraan West Java ini merupakan pertandingan pertama yang diselenggarakan di Jawa (di Medan, Sumatra sudah diadakan pada tahun 1932).

Bataviaasch nieuwsblad, 05-09-1934
Bataviaasch nieuwsblad, 05-09-1934: ‘Kejuaraan Bulu Tangkis Seluruh West Java. Melalui Federasi Badminton Batavia, mulai tanggal 14 September, kejuaraan (kompetisi) terbuka akan diselenggarakan untuk Kejuaraan Seluruh West Java. Pertandingan akan dimainkan di lapangan Badminton Club ‘Hua Chiao’, di jalan Prinsenlaan 18. Pendaftaran akan ditutup selambat-lambatnya tanggal 10 September. Olahraga badminton masih sangat muda di Hindia, meski begitu tidak kalah menarik’. Catatan: jalan Prinsenlaan pada masa ini jalan Pangeran Jayakarta.

Dari berita Bataviaasch nieuwsblad, 05-09-1934 dinyatakan bahwa permainan badminton masih muda: ‘de badmintohsport is in Indie nog zeer jong, maar daarom niet minder interessant’. Disebut muda (belum lama) karena tidak setua olahraga kriket dan sepak bola. Kompetisi sepak bola pertama di Indonesia (baca: Hindia) diselenggarakan di Batavia oleh asosiasi sepak bola Batavia (BVB). Sedangkan sepak bola sendiri kali pertama muncul di Medan pada tahun 1893 di Medan antara kesebelasan Belanda di Medan dan kesebelasan Inggris di Penang. Seperti disebutkan di atas, badminton sendiri kali pertama dipopulerkan oleh orang-orang Amerika di Batavia tahun 1908. Kompetisi (kejuaraan) yang diselenggarakan di Batavia pada tahun 1934 ini diduga yang pertama di Batavia.

Het nieuws van den dag voor NI, 10-09-1934
Meski kejuaraan ini terbilang yang pertama di Jawa, ternyata disambut sangat antusias, tidak hanya datang dari seluruh Batavia juga datang dari luar Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 10-09-1934). Disebutkan pertandingan badminton seluruh West Java partisipasi sangat luar biasa. Antusiasme untuk pertandingan badminton terbuka diluar dugaan. Para pemain dari semua negeri telah mendaftar untuk berpartisipasi, termasuk banyak dari luar Batavia. Registrasi baru masih diterima. Sehubungan dengan ini, tanggal penutupan pendaftaran akan ditunda hingga tanggal 12 September, sementara kompetisi akan dimulai pada hari Minggu, 16 September, pukul 7.30 pagi. Dapat diharapkan bahwa pemain terbaik dari Buitenzorg Badminton League juga akan mendaftar. Pendaftram ditujukan kepada Kwee Kang Ho di jalan Prinsenlaan No. 22 Batavia). Surat kabar harian Siang Po telah menyediakan piala untuk juara single, perusahaan terkenal Lim Tjoei Keng juga akan menyediakan piala untuk juara double untuk masing-masing, juga hadiah dijanjikan oleh restoran Tiong Hoa dan restoran Tay Tong.

Dalam kejuaraan pertama badminton ini baru mempertandingkan kategori single dan kategori double. Tampaknya kejuaraan untuk putri belum muncul. Selain federasi badminton yang sudah terbentuk di Batavia, juga federasi sudah terbentuk di Buitenzorg. Dalam hal ini ada indikasi Buitenzorg lebih duluan melakukan kejuaraan sebelum diselenggarakan di Batavia. Hal ini diperkuat suatu keterangan beberapa bulan sebelumnya bahwa seorang paman menulis kepada keponakannya pada Surat Pembaca agar keponakannya itu (Ida Thung) agar berlatih badminton dengan baik agar bisa menjadi juara Buitenzorg (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 12-05-1934).

Het nieuws van den dag voor NI, 17-09-1934
Di pulau Jawa, baru pada tahun 1921 dibentuk provinsi yang terdiri dari tiga provinsi, yakni: Province Wesr Java, Province Midden Java dan Province Oost Java. Province West Java terdiri dari lima residentie, yakni: Residentie Batavia, Residentie Banten, Residentie Karawang, Residentie Preanger, dan Residentie Tjirebon. Ibu kota Province West Java di Batavia (dimana Gubernur berkedudukan). Sementara itu Residentie Batavia terdiri dari lima afdeeling, yakni: Stad Batavia en Weltevreden; Meester Cornelis, Buitenzorg, Bekasi dan Tangerang. Dalam kejuaraan badminton West Java ini meski berlabel Province namun peserta hanya datang dari Residentie Batavia yakni dari afdeeling Batavia en Weltevreden dan afdeeling Buitenzorg. Ini mengindikasikan di dua afdeeling ini kegiatan permainan badminton sudah populer. Di kota-kota lain di Hindia belum ada pemberitaan tentang aktivitas permainan olahraga badminton.    

Kejuaraan ini seperti yang direncanakan dibuka pada tanggal hari Minggu 16 September, namun pertandingan sudah dimulai dari Jumat siang (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 17-09-1934). Disebutkan kejuaraan ini diadakan di halaman sekolah Hua Chiao Instiute, di jalan  Prinsenlaan No. 18, Batavia. Sangat penuh sesak termasuk para penonton wanita. Untuk pertandingan tunggal dilakukan di halaman belakang sekolah sedangkan pertandingan double di halaman depan sekolah. Peserta kompetisi tidak kurang dari 60 orang termasuk yang pernah menjuarai kompetisi di luar Batavia (mungkin maksudnya dari Buitenzorg). Peserta juga ada yang berasal dari Medan dan Singapura.

Adanya peserta yang berasal (paling tidak) dari Medan dan Singapoera mengindikasikan bahwa di dua kota itu permainan badminton sudah sedemikian digemari. Peserta dari Singapoera datang ke Batavia hanya semata-mata untuk mengikuti kejuaraan, sedangkan peserta dari Medan adalah anak-anak Medan yang tengah bersekolah di Batavia.

Sementara aturan yang digunakan aturan internasional. Penyelenggara kejuaraan ini adalah Batavia Chinese Badminton Federation yang mana federasi ini didirikan pada tahun 1933 dan tidak kurang dari 14 asosiasi telah ikut bergabung

Juga disebutkan bahwa faktanya meskipun badminton juga dipraktekkan secara luas di Batavia diantara orang Eropa/Belanda namun mereka belum bergabung dalam asosiasi. Keterangan ini mengindikasikan bahwa baru orang-orang Tionghoa yang membentuk asosiasi (dan semua asosiasi sudah digabung dalam satu federasi). Juga disebutkan bahwa fakta ini tidak meningkatkan level permainan orang-orang Eropa.Belanda yang dalam kejuaraan ini meski banyak yang berpartisipasi dalam kejuaraan namun tidak satu pun peserta Eropa/Belanda yang melaju ke babak kedua. Dalam pertandingan hari pertama ini telah diselesaikan sejumlah pertandingan. Pertandingan akan dilanjutkan pada hari Minggu berikutnya. Sementara itu juga diadakan kompetisi pertama di dalam internal federasi yang mempertandingkan antar asosiasi (lihat  Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-09-1934).

Bataviaasch nieuwsblad, 08-10-1934
Pada minggu berikutnya kejuaraan dilanjutkan. Ada beberapa pertandingan yang masih harus memainkan babak pertama karena minggu sebelumnya dihentikan karena gelap. Namun pada penyelenggaraan minggu kedua ini sudah disedikan penerangan untuk malam hari (lihat  Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 24-09-1934). Pada babak kedua ini pertandingan semakin seru. Disebutkan keseluruhan penyelenggaraan akan mempertandingan partai final untuk tunggal pada tanggal 7 Oktober dan final ganda pada tangga; 14 Oktober yang sekaligus untuk penyerahan hadian dan penutupan.

Dalam partai puncak dalam kejuaraan badminton terbuka West Java ini untuk tunggal pada partai semifinal pertama antara Albert KG Liem dari Singapura melawan Sjarifoeddin dari Medan. Semifinal kedua antara Sjarif dari Medan melawan Then Giok Soei dari Batavia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-10-1934). Disebutkan pada hari yang sama (7 Oktober) partai final antara Albert KG Liem melawan Then Giok Soei yang dimenangkan oleh Then Giok Soei dalam tiga set. Untuk juara tiga dimenangkan oleh Sjarifoeddin. Foto sang juara tunggal: Then Giok Soei

Bataviaasch nieuwsblad, 08-10-1934
Disebutkan masih pada hari yang sama setelah partai final kejuaraan badminton West Java, juga diadakan pertemuan lain yang mempertandingkan antara tim badminiton (kelas) pertama dari Buitenzorg dan tim badminton (kelas) kedua dari Batavia. Untuk partai singel terdiri dari dari tiga orang dari masing-masing tim, sedangkan untuk partai double hanya terdiri dua pasangan dari masing-masing tim. Hasil dari pertemuan ini dapat dilihat dalam tabel di samping ini. Dalam hal ini level permainan dari tim Buitenzorg masih satu tingkat di bawah permainan dari tim Batavia. Boleh jadi saingan dari pemain badminton Batavia adalah tim Medan.  Yang menarik dari semua bintang-bintang badminton tersebut terdapat satu nama pemuda yang berasal dari Afdeeling Padang Sidempoean (Zuid Tapanoeli) yakni Indra Loebis. Pemuda ini tergolong masih belia, seorang siswa sekolah menengah Koningin Wilhelmina School di Batavia. Indra Loebis diterima di KWS Batavia tahun 1932 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 10-05-1932). Ujian masuknya dilakukan di Medan (lihat De Sumatra post, 27-04-1932).

Leeuwarder courant, 25-04-1936
Nama Sjarifoeddin juara ketiga kejuaraan badminton West Java yang disebut di atas bukanlah Amir Sjarifoeddin Harahap (tokoh politik pada era itu di Batavia), tetapi Sjarifoeddin gelar Baginda Mangaradja Moeda, guru muda HIS di Medan yang sebelumnya menjadi guru HIS di Sipirok, Afdeeling Padang Sidempoean (lihat De Indische courant, 07-05-1930). Siapa Sjarif? Satu-satunya nama Sjarif di Medan yang terdeteksi di dalam surat kabar lokal adalah Mohamad Tagor Sjarif Pane, seorang politisi muda, bendahara Partai Indonesia cabang Medan (lihat  De tribune : soc. dem. Weekblad, 18-04-1934). Tampaknya pemuda asal Afdeeling Padang Sidempoean sangat menyukai badminton sebagai mana juga sepak bola dan catur. Untuk sekadar tambahan: pada bulan yang sama kejuaraan badminton West Java ini, seorang anak Depok FKN Harahap tengah melakukan pertandingan catur di kejuaraan catur di Belanda (lihat Haagsche courant, 18-09-1934). FKN Harahap adalah anggota klub catur Satoer Batak di Batavia yang pada tahun 1933 ikut kejuaraan catur di Belanda. Pada kejuaraan Belanda tahun 1935 FKN Harahap juga berpartisipasi (lihat Haagsche courant, 09-09-1935). Pada tahun 1933 FKN Harahap pernah mengalahkan Dr. Max Euwe (Euwe adalah juara catur Belanda dan kelak menjadi juara dunia). FKN Harahap merupakan satu-satunya dan pemain Indonesia pertama yang bermain di Belanda. Salah satu ulasan game dari FKN Harahap disajikan pada surat kabar Leeuwarder courant, 25-04-1936. Catatan: FKN Harahap, kelahiran Depok dalam perkembangannya kuliah di Belanda. FKN Harahap adalah ketua organisasi mahasiswa Perhimpoenan Indonesia yang terakhir di Belanda (1945).

Pada pertandingan terakhir kejuaraan badminton West Java yang dilangsungkan pada tanggal 14 Oktober juara kedua adalah Sjarifoeddin yang berpasangan dengan Adri (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-10-1934). Di partai semi final Sjarifoeddin/Adri mengalahkan pasangan Pek Tek Hap dan The Beng Hok. Pada partai final Sjarifoeddin/Adri dikalahkan oleh pasangan  Yap Eng Ho dan Then Giok  Soei. Ini menunjukkan bahwa Then Giok  Soei adalah radja badminton, selain memenangkan tunggal juga memenangkan double. Sementara Sjarifoeddin gelar Baginda Mangaradja Moeda juga terbilang radja badminton kedua, selain juara ketiga untuk tunggal juga juara kedua untuk double.

Kejuaraan Badminton Oost Java: Pemain Terkuat S Loebis

Pemuda-pemuda Tapanoeli khususnya yang berasal dari Afdeeling Padang Sidempoean sudah menyebar kemana-mana apakah karena sekolah atau penempatan dalam pekerjaan. Di Batavia, pemain badminiton junior terbaik adalah Indra Loebis (yang masih sekolah di Koningin Wilhelmina School te Batavia). Satu pemain terkuat di Madioen saat ini adalah pemuda yang berasal dari Afdeeling Padang Sidempoean bernama S Loebis (sebelumnya pernah pemain terbaik di Soerabaja).

Selain di Batavia, Buitenzorg dan Medan intensitas permainan badminton sudah tinggi, di wilayah Oost Java mulai berkembang badminton. Dua kota di Oost Java yang telah memiliki federasi tahun 1935 adalah Soerabaja dan Madioen. Federasi di West Java lebih awal jika dibandingkan Oost Java. Sementara di Malang belum terdeteksi pertandingan badminton namun sudah ada toko buku yang menjual buku tentang badminton sejak 1932 (lihat De Indische courant, 06-05-1932). Hingga tahun 1936 hanya ada dua kekuatan badminton di Oost Java, yakni di Soerabaja dan Madioen.  

Pada tahun 1936 kejuaraan di Oost Java dimulai. Bentuk penyelenggaraannya tidak seperti di West Java (open, kejuaraan terbuka), tetapi dengan bentuk pertandingan antar federasi. Oleh karena hanya baru dua kota yang membentuk federasi maka kejuaraan dilakukan dengan melakukan pertandingan beregu (13 partaI) antara tim Soerabaja dan tim Madioen. Pertandingan kejuaraaan Oost Java ini dilangsungkan di Madioen (lihat De Indische courant, 15-04-1936).

Soerabaijasch handelsblad, 29-04-1932
Tidak dijelaskan bagaimana konfigurasi pertandingan beregu ini apakah semuanya singel (putra) atau kombinasi single dan double dengan komposisi tertentu. Saat itu pertandingan beregu yang sudah dikenal adalah dalam pertandingan catur antar klub di Batavia antara dua klub catur terkuat di Batavia yakni Satoer Batak vs Schaakmat (lihat Soerabaijasch handelsblad, 29-04-1932). Disebutkan pertandingan tersebut dilangsungkan pada 19 April antara dua klub terkuat di Batavia, yakni Schaakmat vs 'Satoer Batak' (25 lawan 25). Pertandingan yang diselenggarakan di KSB itu dipadati oleh penonton yang datang berbondong-bondong, yang ingin mengikuti permainan dua klub itu. Pada partai-pertai awal banyak pemain Schaakmat yang sebagaian besar orang Belanda 'dibantai' yang mana tim 'Satoer Batak' semuanya anak-anak Tapanoeli. Klub Satoer Batak leading dengan memimpin 6-0. Urutan pertandingan dimulai dari jagoan sampai yang lemah (seperti beregu dalam bulutangkis pada masa ini). Namun demikian, hasil keseluruhan berakhir dengan skor 13 1/2 -12 1/2 (lihat gambar di samping). Pada partai pertama berhadapan juara dari Java Champion Mr. WF. Werthelm dari klub Schaakmat berhadapan dengan pimpinan klub 'Satoer Batak', Mr. J.H. Hoetabarat.

Pertandingan yang menentukan adalah pertandingan yang terakhir karena 12 pertandingan telah diselesaikan dengan skor 6-6. Pada pertandingan terakhir yang menyisakan jagoan masing-masing menjadi puncak kejuaraan. Hal ini berbeda dengan catur yang dapat dilangsungkan bersamaan dengan konfigurasi menurut rangking, juara klub lawan juara klub dan seterusnya ke peringkat paling rendah. Pertandingan beregu badminton tampaknya demikian, namun tidak semua pertandingan dapat dilangsungkan bersamaan yang boleh jadi karena jumlah lapangan yang terbatas (mungkin hanya dua lapangan). Dalam posisi menunggu, para penonton menunggu dua jagoan masuk lapangan. Berikut laporannya ((lihat De Indische courant, 15-04-1936).

De Indische courant, 15-04-1936
Banyak penonton mengikuti sejumlah pertandingan dalam suasana meriah, yang paling menarik adalah bahwa antara pemain terkuat dari kedua belah pihak, yaitu Soerabaiaan Bacharoedin dan Madioener S. Loebis yang memenangkan pertandingan pertama dengan 15-13, selanjutnya dengan skor 12-15 kalah dan pertandingan yang terbaik dari tiga pertandingan, dengan skor 14-14 yang dilajutkan dengan deuce. Jagoan Soerabaja meimenangkan dengan skor tambahan deuce (3-1).

Hasil ini diluar dugaan karena selama ini permainan S Loebis terbilang yang terkuat di Oost Java. De Indische courant, 16-04-1936 menulis sebagai berikut: ‘Dalam berita yang kami terima tentang kejuaraan badminton di Madioen, kami menyebut S. Loebis yang terkuat (pemain Madioen). Namun, Bacharudin yang berhak atas gelar ini, sementara S. Loebis adalah pemain terbaik, yang sebelumnya pemain terbaik Soerabaja [noemden wij S. Loebis den sterksten. speler van Madioen; op dezen titel maakt echter Bacharoedin aanspraak, terwyl S. Loebis de beste Soerabaia-speler is]. S. Loebis sebelumnya bermain di klub di Soerabaja, namun karena pekerjaan (?) harus mutasi ke Madioen (jadilah S Loebis sebagai pemain Madioen).

Orang Afdeeling Padang Sidempoean (Residentie Tapanoeli) sudah sejak lama banyak yang merantau ke Soerabaja apakah karena melanjutkan sekolah ke fakultas kedokteran (NIAS Soerabaja) atau karena mutasi pekerjaan. Pada tahun 1930 Dr. Radjamin Nasution terpilih sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja yang pada tahun 1936 anggota paling senior (Wethouder). Sejak tahun 1935 Dermawan Loebis menjadi pemimpin redaksi surat kabar terkenal di Soerabaja. Soeara Oemoem (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 25-03-1935). Sebelumnya Dermawan Loebis bertindak sebagai co-redacteur. Pada tahun 1937 Achmad D Loebis dipindahkan ke Soerabaja sebagai kepala dinas kantor telepon (lihat De Indische courant, 10-04-1937). Pada tahun 1938 Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D (dokter bergelar doktor alumni Belanda) dipindahkan dari Riaou ke wilayah baru di Oost Java (Bataviaasch nieuwsblad, 26-10-1938). Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D dari Tandjong Pinang dipindahkan ke Kota Soerabaja. Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D  akan mengepalai laboratorium besar di Soerabaja. Untuk mengefektifkkan kapasitas Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D selain berfungsi di laboratorium di Soerabaja, juga akan menjadi kepala dinas kesehatan kota di Kota Soerabaja (De Indische courant, 20-12-1938). Pada tahun 1941 seorang lulusan baru akademi apoteker di Batavia, Ismail Harahap ditempatkan di Soerabaja (satu-satunya dan yang pertama di Soerabaja). Dr. Radjamin Nasution adalah Wali Kota Soerabaja yang pertama; Ismail Harahap adalah ayah dari Andalas Harahap gelar Datoe Oloan, yang kelak dikenal sebagai Ucok AKA Harahap (pionir musik rock Indonesia).

Indonesia Melahirkan Raja Badminton Dunia: Rudi Hartono dan Liem Swie King

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar