*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Indonesia pernah menjadi raja dunia dalam soal bulu tangkis (badminton). Namun bagaimana sejarah awal bulu tangkis di Indonesia tidak pernah ditulis. Padahal untuk menjadi seorang raja haruslah memiliki sejarah yang panjang. Namun ternyata sejarah bulu tungkis ini terbilang singkat jika dibandingkan kerajaan-kerajaan bulu tangkis dunia seperti Inggris dan Belanda. Anehnya, yang memperkenalkan bulu tangkis di Indonesia bukan orang-orang Inggris dan Belanda tetapi justru orang-orang Amerika. Raja badminton pertama di Batavia adalah The Giok Soei (Juara Badminton West Java,1934). Bagaimana bisa? Kenyataannya itulah sejarah awal bulu tangkis di Indonesia.
Indonesia pernah menjadi raja dunia dalam soal bulu tangkis (badminton). Namun bagaimana sejarah awal bulu tangkis di Indonesia tidak pernah ditulis. Padahal untuk menjadi seorang raja haruslah memiliki sejarah yang panjang. Namun ternyata sejarah bulu tungkis ini terbilang singkat jika dibandingkan kerajaan-kerajaan bulu tangkis dunia seperti Inggris dan Belanda. Anehnya, yang memperkenalkan bulu tangkis di Indonesia bukan orang-orang Inggris dan Belanda tetapi justru orang-orang Amerika. Raja badminton pertama di Batavia adalah The Giok Soei (Juara Badminton West Java,1934). Bagaimana bisa? Kenyataannya itulah sejarah awal bulu tangkis di Indonesia.
Introduksi oleh Amerika, 1908; Turnamen oleh Inggris, 1932 |
Lantas setelah orang-orang Amerika
memperkenalkan bulu tangkis di Batavia, lalu seperti apa selanjutnya? Nah,
itulah yang ingin kita teliti lebih lanjut. Yang jelas orang-orang Amerika
mengawalinya baru kemudian orang-orang Belanda yang melestarikannya. Dalam
perkembangan bulu tangkis di antara orang-orang Belanda itulah orang-orang
Indonesia mulai belajar bulu tangkis dan aktif melakukan latihan, hingga pada
gilirannya Rudi Hartono mampu merebut perhatian publik bulu tangkis dunia di
Inggris.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah
‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku
hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Introduksi Badminton (Bulu Tangkis) di Indonesia
Hingga awal tahun 1908 di Indonesia (baca:
Indonesia) tidak seorang pun berbicara dan diberitakan tentang permainan badminton
(kini disebut bulu tangkis). Padahal permainan olahraga ini sudah lama ada di Eropa.
Memang hanya populer di Inggris sementara di Belanda hanya sebagian kecil yang
memainkannya. Pada tahun ini orang-orang Amerika meresmikan hotel baru mereka
dengan nama American Hotel di Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 25-09-1908). Disebutkan hotel baru ini memiliki 242 kamar
dan 86 paviliun yang dilengkapi instalasi listrik. Semuanya diatur sangat modem
untuk menjawab tuntutan tertinggi. Ruang makan disediakan untuk 800 orang.
Fasilitas lain yang disediakan lapangan tenis dan badminton untuk para pengunjung.
Bataviaasch nieuwsblad, 17-03-191 |
Sementara orang-orang Belanda di Batavia
tidak melakukan olahraga badminton, American Hotel di Batavia justru menyediakan
lapangan bulu tangkis. Olah raga populer di kalangan orang-orang Belanda adalah
senam, kriket, sepak bola, tenis dan sepeda. Olahraga sepak bola sudah sejak
lama diminati oleh orang-orang pribumi. Olahraga tenis dan golf untuk kalangan
atas. Beberapa hotel menyediakan fasilitas ini. Namun fasilitas lapangan
badminton di American Hotel diduga ditujukan untuk para pengunjung berbahasa
Inggris (Inggris, Amerika dan Australia). Dalam hal ini dapat dikatakan
orang-orang Amerikalah yang memperkenalkan (paling tidak mempopulerkan) jenis
olah raga bulu tangkis di Indonesia (Batavia).
Het nieuws van den dag voor N-Indie, 09-05-1932 |
Tampaknya introduksi jenis olahraga badminton
yang dilakukan American Hotel terbatas untuk pengunjung hotel, sengaja tidak
sengaja telah diminati publik. Tidak hanya di Batavia dan Buitenzorg, juga di
Medan dan Soerabaja. Buku-buku tentang badminton tidak hanya dijual di toko G
Kolff & Co tetapi juga sudah dijual di toko-toko lain.
De Sumatra post, 08-03-1930 |
Pada tahun 1929 peralatan permainan olahraga badminton
sudah dijual oleh NV Whiteaway Laidlaw (lihat De Sumatra post, 19-12-1929). Dari nama toko
ini menunjukkan toko yang dimiliki oleh orang Inggris. Sebagaimana diketahui
populasi orang Inggris terbanyak di Hindia ada di Province Oost Sumatra,
utamanya di Medan. Boleh jadi ini mengindikasikan bahwa di Medan permainan
badminton sudah semarak. Pada tahun 1930 satu lagi toko Inggris menawarkan
peralatan badminton (lihat De Sumatra post, 08-03-1930). Toko tersebut adalah Roses & Co., Ltd adalah toko yang
khusus menjual alat-alat olahraga. Boleh jadi toko ini yang menjual peralatan
badminton, namun karena NV Whiteaway Laidlaw sudah memasang iklan, maka untuk
mengimbangi toko sebelah toko ini kemudian memasang iklan. Dari namanya toko
ini adalah toko orang asing (bukan NV tetapi Ltd) yang berbasis di India.
De Sumatra post, 24-11-1931 |
Orang-orang Inggris sangat menyukai permainan
badminton. Hanya sebagian kecil orang-orang Belanda yang menyukai badminton.
Oleh karena itu tidak aneh toko Inggris bersedia mensponsori suatu turnamen.
Idem dito, beberapa tahun sebelumnya, ketika tahun 1908 hotel Amerika berinisiatif
menyediakan fasilitas olahraga badminton. Tidak ditemukan hotel Belanda yang
menyediakan fasilitas badminton.
Dalam perkembangan lebih lanjut untuk memenuhi seluruh
kalangan, pabrikan telah memproduksi peralatan dan shuttle cocks dalam beberapa
kualitas. Ini dapat diperhatikan pada iklan toko The Ghose Sports Coy di
Weltevreden (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 09-05-1932).
Dari namanya juga mengindikasikan toko ini adalah milik orang Inggris.
Kejuaraan Badminton Pertama di Jawa: West Java
Permaianan badminton
(bulu tangkis) tidak lagi hanya di kalangan orang-orang Eropa (Inggris/Belanda),
juga sudah sangat intens dimainkan di kalangan orang-orang Tionghoa dan
orang-orang pribumi. Turnamen-turnamen badminton mulai bermunculan sehubungan
dengan dibentuknya berbagai asosiasi-asosiasi. Hal ini tidak hanya di Batavia,
tetapi juga di kota lain seperti di Buitenzorg (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 12-05-1934).
Pada bulan September 1934 mulai diadakan kejuaraan seluruh West Java. Dalam hal
ini dapat dikatakan bahwa turnamen/kejuaraan West Java ini merupakan
pertandingan pertama yang diselenggarakan di Jawa (di Medan, Sumatra sudah
diadakan pada tahun 1932).
Bataviaasch nieuwsblad, 05-09-1934 |
Dari berita Bataviaasch nieuwsblad, 05-09-1934
dinyatakan bahwa permainan badminton masih muda: ‘de badmintohsport is in Indie
nog zeer jong, maar daarom niet minder interessant’. Disebut muda (belum lama)
karena tidak setua olahraga kriket dan sepak bola. Kompetisi sepak bola pertama
di Indonesia (baca: Hindia) diselenggarakan di Batavia oleh asosiasi sepak bola
Batavia (BVB). Sedangkan sepak bola sendiri kali pertama muncul di Medan pada
tahun 1893 di Medan antara kesebelasan Belanda di Medan dan kesebelasan Inggris
di Penang. Seperti disebutkan di atas, badminton sendiri kali pertama
dipopulerkan oleh orang-orang Amerika di Batavia tahun 1908. Kompetisi (kejuaraan)
yang diselenggarakan di Batavia pada tahun 1934 ini diduga yang
pertama di Batavia.
Het nieuws van den dag voor NI, 10-09-1934 |
Dalam kejuaraan pertama badminton ini baru
mempertandingkan kategori single dan kategori double. Tampaknya kejuaraan untuk
putri belum muncul. Selain federasi badminton yang sudah terbentuk di Batavia,
juga federasi sudah terbentuk di Buitenzorg. Dalam hal ini ada indikasi Buitenzorg
lebih duluan melakukan kejuaraan sebelum diselenggarakan di Batavia. Hal ini
diperkuat suatu keterangan beberapa bulan sebelumnya bahwa seorang paman
menulis kepada keponakannya pada Surat Pembaca agar keponakannya itu (Ida Thung)
agar berlatih badminton dengan baik agar bisa menjadi juara Buitenzorg (lihat
Bataviaasch nieuwsblad, 12-05-1934).
Het nieuws van den dag voor NI, 17-09-1934 |
Kejuaraan ini seperti yang direncanakan
dibuka pada tanggal hari Minggu 16 September, namun pertandingan sudah dimulai
dari Jumat siang (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,
17-09-1934). Disebutkan kejuaraan ini diadakan di halaman sekolah Hua Chiao
Instiute, di jalan Prinsenlaan No. 18,
Batavia. Sangat penuh sesak termasuk para penonton wanita. Untuk pertandingan
tunggal dilakukan di halaman belakang sekolah sedangkan pertandingan double di
halaman depan sekolah. Peserta kompetisi tidak kurang dari 60 orang termasuk
yang pernah menjuarai kompetisi di luar Batavia (mungkin maksudnya dari
Buitenzorg). Peserta juga ada yang berasal dari Medan dan Singapura.
Adanya peserta yang berasal (paling tidak) dari Medan dan
Singapoera mengindikasikan bahwa di dua kota itu permainan badminton sudah
sedemikian digemari. Peserta dari Singapoera datang ke Batavia hanya
semata-mata untuk mengikuti kejuaraan, sedangkan peserta dari Medan adalah
anak-anak Medan yang tengah bersekolah di Batavia.
Juga disebutkan bahwa faktanya meskipun badminton
juga dipraktekkan secara luas di Batavia diantara orang Eropa/Belanda namun mereka
belum bergabung dalam asosiasi. Keterangan ini mengindikasikan bahwa baru
orang-orang Tionghoa yang membentuk asosiasi (dan semua asosiasi sudah digabung
dalam satu federasi). Juga disebutkan bahwa fakta ini tidak meningkatkan level
permainan orang-orang Eropa.Belanda yang dalam kejuaraan ini meski banyak yang
berpartisipasi dalam kejuaraan namun tidak satu pun peserta Eropa/Belanda yang
melaju ke babak kedua. Dalam pertandingan hari pertama ini telah diselesaikan
sejumlah pertandingan. Pertandingan akan dilanjutkan pada hari Minggu
berikutnya. Sementara itu juga diadakan kompetisi pertama di dalam internal
federasi yang mempertandingkan antar asosiasi (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 22-09-1934).
Bataviaasch nieuwsblad, 08-10-1934 |
Dalam partai puncak dalam kejuaraan badminton
terbuka West Java ini untuk tunggal pada partai semifinal pertama antara Albert
KG Liem dari Singapura melawan Sjarifoeddin dari Medan. Semifinal kedua antara
Sjarif dari Medan melawan Then Giok Soei dari Batavia (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 08-10-1934). Disebutkan pada hari yang sama (7 Oktober) partai
final antara Albert KG Liem melawan Then Giok Soei yang dimenangkan oleh Then
Giok Soei dalam tiga set. Untuk juara tiga dimenangkan oleh Sjarifoeddin. Foto sang juara tunggal: Then Giok Soei
Bataviaasch nieuwsblad, 08-10-1934 |
Leeuwarder courant, 25-04-1936 |
Pada
pertandingan terakhir kejuaraan badminton West Java yang dilangsungkan pada
tanggal 14 Oktober juara kedua adalah Sjarifoeddin yang berpasangan dengan Adri
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-10-1934). Di partai semi final Sjarifoeddin/Adri
mengalahkan pasangan Pek Tek Hap dan The Beng Hok. Pada partai final Sjarifoeddin/Adri
dikalahkan oleh pasangan Yap Eng Ho dan
Then Giok Soei. Ini menunjukkan bahwa Then
Giok Soei adalah radja badminton, selain
memenangkan tunggal juga memenangkan double. Sementara Sjarifoeddin gelar
Baginda Mangaradja Moeda juga terbilang radja badminton kedua, selain juara ketiga
untuk tunggal juga juara kedua untuk double.
Kejuaraan
Badminton Oost Java: Pemain Terkuat S Loebis
Pemuda-pemuda
Tapanoeli khususnya yang berasal dari Afdeeling Padang Sidempoean sudah
menyebar kemana-mana apakah karena sekolah atau penempatan dalam pekerjaan. Di
Batavia, pemain badminiton junior terbaik adalah Indra Loebis (yang masih
sekolah di Koningin Wilhelmina School te Batavia). Satu pemain terkuat di
Madioen saat ini adalah pemuda yang berasal dari Afdeeling Padang Sidempoean
bernama S Loebis (sebelumnya pernah pemain terbaik di Soerabaja).
Selain di
Batavia, Buitenzorg dan Medan intensitas permainan badminton sudah tinggi, di
wilayah Oost Java mulai berkembang badminton. Dua kota di Oost Java yang telah
memiliki federasi tahun 1935 adalah Soerabaja dan Madioen. Federasi di West
Java lebih awal jika dibandingkan Oost Java. Sementara di Malang belum
terdeteksi pertandingan badminton namun sudah ada toko buku yang menjual buku
tentang badminton sejak 1932 (lihat De Indische courant, 06-05-1932). Hingga
tahun 1936 hanya ada dua kekuatan badminton di Oost Java, yakni di Soerabaja
dan Madioen.
Pada
tahun 1936 kejuaraan di Oost Java dimulai. Bentuk penyelenggaraannya tidak
seperti di West Java (open, kejuaraan terbuka), tetapi dengan bentuk
pertandingan antar federasi. Oleh karena hanya baru dua kota yang membentuk
federasi maka kejuaraan dilakukan dengan melakukan pertandingan beregu (13
partaI) antara tim Soerabaja dan tim Madioen. Pertandingan kejuaraaan Oost Java
ini dilangsungkan di Madioen (lihat De Indische courant, 15-04-1936).
Soerabaijasch handelsblad, 29-04-1932 |
Pertandingan
yang menentukan adalah pertandingan yang terakhir karena 12 pertandingan telah
diselesaikan dengan skor 6-6. Pada pertandingan terakhir yang menyisakan jagoan
masing-masing menjadi puncak kejuaraan. Hal ini berbeda dengan catur yang dapat
dilangsungkan bersamaan dengan konfigurasi menurut rangking, juara klub lawan
juara klub dan seterusnya ke peringkat paling rendah. Pertandingan beregu
badminton tampaknya demikian, namun tidak semua pertandingan dapat
dilangsungkan bersamaan yang boleh jadi karena jumlah lapangan yang terbatas
(mungkin hanya dua lapangan). Dalam posisi menunggu, para penonton menunggu dua
jagoan masuk lapangan. Berikut laporannya ((lihat De Indische courant, 15-04-1936).
De Indische courant, 15-04-1936 |
Hasil
ini diluar dugaan karena selama ini permainan S Loebis terbilang yang terkuat
di Oost Java. De Indische courant, 16-04-1936 menulis sebagai berikut: ‘Dalam berita
yang kami terima tentang kejuaraan badminton di Madioen, kami menyebut S.
Loebis yang terkuat (pemain Madioen). Namun, Bacharudin yang berhak atas gelar
ini, sementara S. Loebis adalah pemain terbaik, yang sebelumnya pemain terbaik
Soerabaja [noemden wij S. Loebis den sterksten. speler van Madioen; op dezen
titel maakt echter Bacharoedin aanspraak, terwyl S. Loebis de beste
Soerabaia-speler is]. S. Loebis sebelumnya bermain di klub di Soerabaja, namun
karena pekerjaan (?) harus mutasi ke Madioen (jadilah S Loebis sebagai pemain
Madioen).
Orang Afdeeling Padang
Sidempoean (Residentie Tapanoeli) sudah sejak lama banyak yang merantau ke
Soerabaja apakah karena melanjutkan sekolah ke fakultas kedokteran (NIAS
Soerabaja) atau karena mutasi pekerjaan. Pada tahun 1930 Dr. Radjamin Nasution terpilih
sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja yang pada tahun 1936
anggota paling senior (Wethouder). Sejak tahun 1935 Dermawan Loebis menjadi
pemimpin redaksi surat kabar terkenal di Soerabaja. Soeara Oemoem (lihat Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 25-03-1935).
Sebelumnya Dermawan Loebis bertindak sebagai co-redacteur. Pada tahun 1937
Achmad D Loebis dipindahkan ke Soerabaja sebagai kepala dinas kantor telepon
(lihat De Indische courant, 10-04-1937). Pada tahun 1938 Dr. Sjoeib Proehoeman,
Ph.D (dokter bergelar doktor alumni Belanda) dipindahkan dari Riaou ke wilayah
baru di Oost Java (Bataviaasch nieuwsblad, 26-10-1938). Dr. Sjoeib Proehoeman,
Ph.D dari Tandjong Pinang dipindahkan ke Kota Soerabaja. Dr. Sjoeib Proehoeman,
Ph.D akan mengepalai laboratorium besar
di Soerabaja. Untuk mengefektifkkan kapasitas Dr. Sjoeib Proehoeman, Ph.D
selain berfungsi di laboratorium di Soerabaja, juga akan menjadi kepala dinas
kesehatan kota di Kota Soerabaja (De Indische courant, 20-12-1938). Pada tahun
1941 seorang lulusan baru akademi apoteker di Batavia, Ismail Harahap
ditempatkan di Soerabaja (satu-satunya dan yang pertama di Soerabaja). Dr.
Radjamin Nasution adalah Wali Kota Soerabaja yang pertama; Ismail Harahap
adalah ayah dari Andalas Harahap gelar Datoe Oloan, yang kelak dikenal sebagai
Ucok AKA Harahap (pionir musik rock Indonesia).
Indonesia Melahirkan Raja Badminton Dunia: Rudi Hartono
dan Liem Swie King
Tidak ada komentar:
Posting Komentar