*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Air Bangis dalam blog ini Klik Disini
Air Bangis tidak hanya soal ikan. Tempo dulu ada kopi dengan merek dagang Air Bangis. Kopi Air Bangis mahal harganya. Harga kopi Air Bangis hampir menyamai harga kopi Mandailing. Namun kini mengapa kopi merek dagang Air Bangis tidak dikenal? Dalam dunia perkopian masa kini, hanya kopi merek dagang Mandailing yang tetap eksis.
Air Bangis tidak hanya soal ikan. Tempo dulu ada kopi dengan merek dagang Air Bangis. Kopi Air Bangis mahal harganya. Harga kopi Air Bangis hampir menyamai harga kopi Mandailing. Namun kini mengapa kopi merek dagang Air Bangis tidak dikenal? Dalam dunia perkopian masa kini, hanya kopi merek dagang Mandailing yang tetap eksis.
Kopi Air Bangis (1884) |
Sejarah kopi di Indonesia
bermula di Jawa, tepatnya di Kedaung, Tangerang. Abraham van Riebeeck
mengintroduksi kopi di sekitar Batavia tahun 1711. Abraham van Riebeeck membawa
bibit kopi dari Malabar (India). Sukses budidaya kopi di Batavia/Buitenzorg
(antara sungai Tjitaroem di timur dan sungai Tjisadane di barat) diperluas ke
Preanger, lalu kemudian kopi diintroduksi lebih lanjut di Semarang. Sukses kopi
di Jawa, akhirnya persebaran penananamn kopi menemukan jalan ke Palembang dan pantai
barat Sumatra (Belanda di Padangsche Bovenlanden dan Inggris di Bengkolen en
Tapanoeli). Abraham van Riebeeck dan Cornelis Chastelein dua pejabat VOC yang
sangat peduli pertanian yang mengawali ekspedisi ke hulu sungai Tjiliwong dan
sungai Tjitaroem. Sepulang dari Malabar sebagai Gubenur, Abraham van Riebeeck
membawa bibit kopi ke Batavia. Cornelis Chastelein sukses membuka lahan
pertanian di Serengseng dan Depok, sementara Abraham van Riebeeck dipromosikan
menjadi Gubernur Jenderal VOC (1709-1713). Residen VOC ditempatkan di Air
Bangis antara tahun 1766 dan tahun 1774. Pada tahun 1772 ahli botani Inggris
melakukan ekspedisi ke Tapanoeli (dari Pulau Pntjan Kecil hingga ke Batang
Onang).
Lantas bagaimana sejarah
kopi Air Bangis? Itulah pertanyaan yang mungkin tidak pernah ditanyakan,
mungkin tidak terpikirkan. Padahal kopi di pnatai barat Sumatra sudah
diintroduksi sejak era VOC (Belanda dan Inggris). Faktanya kemudian kopi Air
Bangis cukup dikenal pada masa lampau. Tidak hanya dikirim ke Eropa/Belanda
tetapi juga kapal-kapal Amerika menemukan jalan ke pantai barat Sumatra untuk
membeli kopi (lihat Daghregister). Oleh karena itu, untuk menambah pengetahuan,
mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan
lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru
yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*
Kopi Air Bangis: Pelabuhan Natal dan Pelabuhan
Lumut
Volume perdagangan kopi di Air Bangis tidak
semasif di Jawa. Volume perdagangan kopi Air Bangis hanya bagian terkecil dari
volume pedagangan kopi di pantai barat Sumatra. Produksi dan perdagangan kopi
di pantai barat Sumatra mengalir ke pusat perdagangan di Padang. Harga kopi Air
Bangis bersaing dengan harga kopi Mandailing dan Angkola di level harga tinggi.
Kopi Air Bangis sebelum diteruskan ke pusat perdagangan regional Padang
(sebelum diekspor ke manca negara), dikumpulkan di gudang-gudang di pelabuhan
Air Bangis.
Kopi
yang diproduksi di (onderfadeeling) Mandailing dikumpulkan di gudang Tanobato
lalu dipikul ke gudang di Tapoes yang kemudian diteruskan ke pelabuhan Natal.
Sementara kopi yang diproduksi di (onderfadeeling) Angkola dikumpulkan di
gudang Padang Sidempoean yang kemudian dipikul ke pelabuhan (sungai) Loemoet.
Dalam hal ini, Air Bangis, Natal dan Loemoet adalah tiga pelabuhan dari sentra kopi
menuju pusat perdagangan kopi di Padang. Sedangkan semua perdagangan kopi dari
Padangsche Bovenlanden diangkut langsung menuju Padang.
Volume perdagangan kopi semakin meningkat dari
waktu ke waktu, bermula ketika kebijakan budidaya kopi (koffiecultuur)
diterapkan di pantai barat Sumatra (usai Perang Padri, 1838). Kebijakan koffiecultuur
di pantai barat Sumatra ini diberlakukan setelah Pemerintah Hindia Belanda pada
era Gubernur Jenderal van den Bosch (1830-1833) sukses menerapkan koffiestelsel
di Jawa (Batavia, Buitenzorg, Preanger dan Semarang).
Kebijakan
koffiecultuur/koffiestelsel tidak semua penduduk di pantai barat Sumatra menerimanya.
Terjadi pemberontakan di Batipoe (1841) dan Mandailing/Angkola (1842).
Implikasinya banyak
penduduk yang eksodus ke Sumatra’s Oostkut (yang masih independen) bahkan ke Semenanjung
(wilayah Inggris).
Kapan mulai perdagangan kopi melalui pelabuhan
Air Bangis tidak diketahui secara jelas. Sejauh data yang bisa ditelusuri,
paling tidak perdagangan kopi melalui pelabuhan Air Bangis sudah tercatat pada
tahun 1867 (lihat Java bode, 23-10-1867). Laporan tahun 1867 menunjukkan harga
kopi Air Bangis lebih tinggi dari harga kopi Mandailing. Mengapa?
Java bode, 23-10-1867 |
Kopi telah menjadi komoditi utama perdagangan
ekspor di pantai barat Sumatra. Meski komoditi lama masih eksis, nilai perdagangan
kopi telah melampaui nilai gabungan dari berbagai komoditi lama (seperti kamper,
kemenyan, puli, gading, kulit manis, lada). Nilai perdagangan kopi tahunan telah
menyamai nilai perdagangan domestik (beras). Kopi dan beras menjadi komoditi
unggulan pantai barat Sumatra (dalam perdagangan nasional: Hindia Belanda).
Kopi Air Bangis Sama Dengan Kopi Mandailing?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar