*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Di timur Gadog berada Tjisaroea. Area tertinggi wilayah Tjisaroea adalah mahkota (puncak) pegunungan Megamendung. Lebih ke timur dari mahkota Megamendung ini terdapat tiga nama tempat yang pertama diidentifikasi, yakni (pesanggrahan) Tjipanas, kampong Tjibodas dan kampong Tjipoetri. Namun tiga nama tempat itu menurut catatan harian Radermacher yang melakukan ekspedisi mengitari gunung Pangrango-Gede tahun 1777 bukan lagi wilayah Buitenzorg tetapi wilayah Tjiandjoer. Menurut Radermacher, punggung pe(gunung)an Megamendong adalah batas pemisah Buitenzorg dan Tjiandjoer. Mahkota punggung gunung Megamendung tersebut kemudian dikenal Pontjak (kini Puncak Pas).
Di timur Gadog berada Tjisaroea. Area tertinggi wilayah Tjisaroea adalah mahkota (puncak) pegunungan Megamendung. Lebih ke timur dari mahkota Megamendung ini terdapat tiga nama tempat yang pertama diidentifikasi, yakni (pesanggrahan) Tjipanas, kampong Tjibodas dan kampong Tjipoetri. Namun tiga nama tempat itu menurut catatan harian Radermacher yang melakukan ekspedisi mengitari gunung Pangrango-Gede tahun 1777 bukan lagi wilayah Buitenzorg tetapi wilayah Tjiandjoer. Menurut Radermacher, punggung pe(gunung)an Megamendong adalah batas pemisah Buitenzorg dan Tjiandjoer. Mahkota punggung gunung Megamendung tersebut kemudian dikenal Pontjak (kini Puncak Pas).
Kecamatan Cipanas dan Pacet; Desa Ciputri (Now) |
Lantas apa
pentingnya sejarah Cipanas, Cibodas dan Ciputri? Ketiga kampong ini pernah menjadi satu kesatuan
tanah partikelir dengan nama Land Tjipoetri. Ini bermula setelah dibangunnya
jalan pos (Grootepost weg) pada era Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811),
wilayah terpencil ini semakin terbuka dan diminati investor Andreas de Wilde
(di era pendudukan Inggris 1811-1816). Pada era VOC rute jalan dari Tjisaroea
ke Tjipanas masih memutar ke arah timur (untuk menghindari terjalnya pegunungan
Megamendung). Sehubungan dengan ditingkatkanya pesanggrahan di Tjiipanas
menjadi villa-istana Gubernur Jenderal dan penetapan hutan Tjibodas sebagai
taman lindung (Natuurmonument), nama Tjipoetri lambat laun menghilang yang
hanya kini dikenal sebagai sebuah desa. Oleh karena itulah menarik untuk
menulis kembali sejarah Cipanas,
Cibodas dan Ciputri agar pengetahuan kita bertambah. Untuk itu mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Kecamatan Megamendung, Gadog dan Puncak Pas (Now) |
Nama Kampong Tjipanas, Tjibodas dan Tjipoetri
Secara geografis nama-nama tempat Tjipanas, Tjibodas dan Tjipoetri
berada di wilayah district Tjiandjoer, tetapi secara ekonomis perkembangannya
bermula dari Buitenzorg. Seperti halnya Tjisaroea adalah wilayah terjauh di district
Buitenzorg, tiga nama tempat tersebut adalah wilayah terjauh di district
Tjiandjoer.
Sisi terjauh
dari dua wilayah bertetangga ini dipisahkan oleh pegunungan Megamendung. Rute
dari Tjisaroea ke Tjipanas (dan sebaliknya) melalui sisi timur gunung
Megamendung. Sejak 1713 sudah dibangun pos militer di Tjisaroea dan di
Tjipanas. Dua pos ini terhubung dengan benteng Tandjoengpoera di Karawang. Pada
tahun 1744 dua nama tempat ini mulai terbuka melalui mahkota gunung Megamendung
yang disebut Pontjak Megamendung (kini Puncak Pas). Hal ini terkait dengan
adanya tambang di sekitar puncak gunung Megamendung.
Pada tahun 1777 Radermacher melakukan ekspedisi mengitari
gunung Pangrango-Gede. Rute yang dilalui Radermacher mengikuti rute militer
dari mahkota (Pontjak) gunung Megamendung. Dalam ekspedisi inilah mulai
tergambar situasi dan kondisi di sekitar Pontjak Megamendung seperti yang ditemukan
di dalam catatan perjalanan Radermacher.
‘Kami akhirnya
tiba di punggung gunung Megmedon [Megamednung] dan membuat pondok dan kemudian
saya memeriksa lubang gunung api. Goenong Gedé berada di arah ZO dan Pangerango
di ZWZ. Mengukur barometer dan termometer. Sersan Geersen dan Aria (orang
kedua) dari Tjanjoer menemui kami disini, sementara kami mendengar semak-semak di
Tjipannas terbakar.
[Keesokan
harinya] Pukul 9.30, kami pergi ke sisi timur dan tangga spiral, yang curam dan
licin, dan melewati sungai Giggerbintang, Tsikondol, Tjiborong, Tjimatjan,
Tjiwalon, Tjipandawa, semuanya mengalir ke timur menuju sungai Tjitaron atau
Krawang. Kami tiba pukul 12 di Tjipannas dan meriamnya ditembakkan. Tjipannas
atau pemandian air panas terletak di belakang Gunung Gede, ada rumah kayu dan
kebun sayur dan buah yang baik dibawah pengawasan Kopral [Belanda] Joost Wiebe.
Di belakang rumah adalah bangunan untuk rumah sakit, dimana ada pancuran air
panas dan dingin yang berasal dari selokan kecil naik sekitar 10 batang di
belakang gedung. Sungai dingin sekitar 10 batang dari selokan yang hangat.
Di
sini [Tjipanas] kami menemukan udara segar yang menyenangkan, jauh di atas
Buitenzorg, Pondok Gede atau Ciceroa; tetapi tidak sepadan dengan cara
mengerikan yang harus dilewati seseorang menuju kesini. Gunung Gedé dari sini terletak
di ZW dan pantas mendapatkan deskripsi khusus. Gunung ini membentuk dua cabang
yang berat ke arah NNW dan ZZO. Pada cabang utara membuat gunung Megmedon.
Semua sungai dari sisi barat gunung ini membentuk sungai besar Tjiliwong,
tetapi yang dari timur runtuh menjadi sungai Tjitaron. Cabang selatan membentuk
Pegunungan Kendang yang berarti pemisahan dari air. Semua sungai yang tumbuh
dari pegunungan ini di sisi timur jatuh ke Sungai Tjitaron dan mengalir ke laut
dekat Krawang, tetapi yang dari sisi barat gunung, mengalir ke Tjimanderi dan
ke Laut Selatan. Gunung Gede memiliki pohon-pohon besar dari bawah, tetapi di
atasnya hanya [terlihat] semak belukar.
Di NNO
dari bangunan ada gunung yang disebut Goenong Kisot, karena banyak yang
mengatakan bahwa laut dapat dilihat, jadi kami dibawa kesana pada sore hari.
Dalam tiga perempat jam kami datang, di lereng yang tidak menyenangkan lebih
buruk dari Megmedon; tetapi kami tiba di pegunungan lalu melihat di sekeliling,
dan tidak melihat apa pun selain batu besar, seukuran tempat tidur. Penduduk
asli mengatakan bahwa orang-orang kudus atau pertapa tertentu cenderung menginap
di sini. Di pangkalan (jalan menuju ke sini) ada dua kampung yang disebut
Tjipoetri dan Tjibodas, kedua kampong ini memiliki banyak sawah.
Gambaran dari Radermacher ini mengindikasikan bahwa nama
Tjisaroea dan Tjipanas belum dihuni oleh penduduk secara permanen. Seperti yang
dilukiskannya Tjisaroea dan Tjipanas adalah tempat pos militer yang sudah ada
lama yang ditempati oleh pasukan pribumi dan dipimpin oleh kopral Belanda. Di
sekitar pos militer ini hanya ditanam buah-buahan dan sayur-sayuran. Sedangkan
penduduk yang membuka kampung secara permanen berada di Tjibodas dan Tjipoetri.
Di dua kampong ini sudah terdapat persawahan yang luas.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar