*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Beberapa waktu yang lalu Wali Kota Bogor, Bima Arya ingin mendigitalisasi data sejarah Bogor [(lihat Sejarah Bogor (11)]. Kini, Bima Arya mengusulkan pendirian museum Sejarah Bogor dengan nama Museum Pajajaran. Ini tampaknya ingin melengkapi motto Kota Bogor yang terdapat pada Tepas Lawang Salapan Dasakreta: DI NU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA AYEUNA SAMPEUREUN JAGA Dimana lokasi museum tersebut ancar-ancarnya di (kampong) Batoetoelis yang sekaligus akan ditabalkan sebagai kampong Sunda. Apa saja isi museum Pajajaran tersebut kita berharap juga dilengkapi digitalisasi data sejarah.
Beberapa waktu yang lalu Wali Kota Bogor, Bima Arya ingin mendigitalisasi data sejarah Bogor [(lihat Sejarah Bogor (11)]. Kini, Bima Arya mengusulkan pendirian museum Sejarah Bogor dengan nama Museum Pajajaran. Ini tampaknya ingin melengkapi motto Kota Bogor yang terdapat pada Tepas Lawang Salapan Dasakreta: DI NU KIWARI NGANCIK NU BIHARI SEJA AYEUNA SAMPEUREUN JAGA Dimana lokasi museum tersebut ancar-ancarnya di (kampong) Batoetoelis yang sekaligus akan ditabalkan sebagai kampong Sunda. Apa saja isi museum Pajajaran tersebut kita berharap juga dilengkapi digitalisasi data sejarah.
Umumnya di berbagai kota di Indonesia, para pemerhati
sejarah yang memiliki usul tentang hal yang terkait sejarah kota. Sangat jarang
seorang pemimpin kota menginisiasi dan memelopori pentingnya sejarah kota. Kota
Bogor di bawah pimpinan Bima Arya adalah kekecualiaan. Namun akankah itu
berlanjut? Seperti di kota lain, pemimpin selanjutnya hanya
menganggap gedung museum yang dibangun sebagai monumen saja tanpa pernah memperkayanya
dan bahkan abai dalam pelestariannya. Lalu, bagaimana strateginya?
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja*.
Museum:
Tantangan dan Prospek
Museum dalam arti sempit hanya tentang soal-soal masa
lalu. Konsep museum harus lebih diperluas. Pembangunan museum adalah upaya
melestarikan dan medium menampung fakta dan data sejarah yang baru ditemukan.
Dalam hal ini museum harus dirancang untuk kebutuhan masa depan yang dinamis.
Dengan demikian museum akan eksis dan akan berlangsung hingga jauh ke masa
depan. Museum modern adalah museum yang mampu membiayai dirinya sendiri.
Begitu
banyak museum didirikan di berbagai tempat di dunia. Di Indonesia juga begitu
banyak museum. Di Bogor sendiri ada belasan museum. Namun apa yang bisa disaksikan,
dimana pun museum terkesan hanya dibutuhkan oleh segelintir orang dan hanya
dikunjungi sedikit orang. Lambat laun dilupakan dan terlupakan. Tentu saja
bukan riwayat museum serupa itu yang akan dibangun. Jaman telah berubah. Museum
baru umumnya hanya ramai di awal, terutama di hari-hari pembukaan. Habis itu, museum
terkesan hanya dibutuhkan oleh segelintir orang dan hanya dikunjungi sedikit
orang.
Pembangunan suatu museum adalah sebuah tantangan. Selama
ini, pembangunan museum hanya didasarkan atas selera sekelompok orang.
Akibatnya selera kelompok besar di masa datang tidak terakomodasi. Ruang-ruang
pamer dan dinding-dinding museum hanya dihiasai oleh selera masa lalu. Bagi pengunjung
baru hanya sekadar melihat sepintas, tanpa pernah mendalami, lalu habis itu
selesai. Museum tidak memberi pelajaran, museum hanya sambil lalu.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Prasasti Batoetoelis: Museum Pajajaran
di Kampung Sunda
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar