*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
Berdasarkan peta-peta lama, nama pulau Sumbawa ditulis dengan nama Cumbava, suatu pulau yang dibedakan dengan pulau Lombok. Pada peta yang lebih baru (Peta 1675) nama-nama tempat di pulau Sumbawa hanya diidentifikasi di pantai utara pulau (seperti halnya di pulau Lombok dan pulau Bali). Apa yang menjadi dasar penamaan pulau tersebut dengan nama Sumbawa? Apakah nama suatu tempat atau nama suatu (yang menjadi) kerajaan? Dalam kisah lama (Pararaton) tidak menyebut nama Sumbawa, tetapi hanya menyebut Dompo [Dompu] dan Gurun. Sejumlah penulis menginterpretasi Gurun adalah Lombok.
Berdasarkan peta-peta lama, nama pulau Sumbawa ditulis dengan nama Cumbava, suatu pulau yang dibedakan dengan pulau Lombok. Pada peta yang lebih baru (Peta 1675) nama-nama tempat di pulau Sumbawa hanya diidentifikasi di pantai utara pulau (seperti halnya di pulau Lombok dan pulau Bali). Apa yang menjadi dasar penamaan pulau tersebut dengan nama Sumbawa? Apakah nama suatu tempat atau nama suatu (yang menjadi) kerajaan? Dalam kisah lama (Pararaton) tidak menyebut nama Sumbawa, tetapi hanya menyebut Dompo [Dompu] dan Gurun. Sejumlah penulis menginterpretasi Gurun adalah Lombok.
Peta 1675 |
Pertanyaannya: Jika nama Dompu yang disebut
pertama, lalu mengapa nama pulau disebut Sumbawa? Pada era VOC nama Dompu dan Sumbawa adalah
nama-nama kerajaan sebagaimana kerajaan-kerajaan Bima dan Tambora. Okelah itu
satu hal. Hal lain yang menjadi perhatian adalah bagiamana sejarah Dompu? Untuk
enambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Peta 1660 |
Nama Dompu
Dimana posisi GPS kerajaan Dompu di era Belanda
(VOC) berbeda pada era Portugis. Semua penulis-penulis pada masa kini,
mengidentifikasi letak kerajaan Bima berada di teluk Bima. Namun jika
memperhatikan peta-peta Portugis, kerajaan yang berada di teluk Bima tersebut
adalah kerajaan Dompu. Tampaknya, kerajaan Bima yang berada di depan (pantai
utara) telah mengakuisisi wilayah kerajaan Dompu (di teluk Bima) dan kerajaan
Dompu sendiri bergeser ke belakang (ke arah pantai barat). Kerajaan Tambora
juga telah diakusisi kerajaan Bima, dan kerajaan Tambora relokasi ke wilayah
eks kerajaan Bima.
Pulau Sumbawa (Peta Portugis) |
Pada peta Portugis (yang disalin pada awal era
VOC/Belanda), posisi GPS kerajaan Dompu berada di muara sungai di pantai utara
pulau Soembawa (di sebelah timur teluk). Sementara kerajaan Bima juga berada di
pantai utara (sebelah barat teluk).
Pulau Sumbawa (Now) |
Lalu kapan perubahan-perubahan tersebut terjadi? Besar dugaan sebelum Belanda berhasil menaklukkan
Portugis di (pulau) Timor. Belanda pada tanggal 20 April 1613 telah
menaklukkanPortugis di pantai barat daya Timor (lihat Verhandelingen van het
Bataviaasch genootschap, der konsten en weetenschappen, 1781). Disebutkan penaklukkan
Portugis ini terjadi di Fort Concordia di kampong Copuang [Kupang]. Sehubungan
dengan penalukkan Timor barat daya ini, Portugis telah memindahkan pos utamanya
dari Lisao ke Dilli.
Kerajaan Dompu (Peta 1681) |
Pada peta yang dibuat tahun 1681 pulau Soembawa
dipetakan secara lebih detail. Semua pantai-pantai utara pulau telah diukur
kedalaman lautnya. Ini berarti ukuran kedalaman laut di teluk (Bima) dapat
diperbanding dengan pengukuran tahun 1598. Pada Peta 1681 kerajaan-kerajaan yang diidentifikasi adalah
Bima, Tambora, Dompoe dan Pekat. Kerajaan Soembawa dan kerajaan Sape tidak
diidentifikasi sebagai kerajaan. Nama Soembawa hanya diidentifikasi sebagai
negorij (kampong) Soebawa (berada di pedalaman kota Sumbawa Besar yang sekarang).
Letak geografis kerajaan-kerajaan yang diidentifikasi pada Peta 1681 itu persis
seperti peta-peta selanjutnya (hingga sekarang).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
Karajaan Dompu pada Era VOC
Tunggu deskripsi lengkapnya
Karajaan Dompu dan Gunung Tambora (1815)
Semua kerajaan-kerajaan di pulau Sumbawa semasa
era VOC sangat makmur. Perdagangan sangat hidup yang berpusat di pelabuhan Bima
(tempat dimana residen berada). Namun menjadi hari kelam bagi semua
kerajaan-kerajaan di pulau Soembawa saat terjadinya letusan gunung Tambora (di
kerajaan Tambora). Kerajaan Dompo yang bertetangga dekat dengan kerajaan
Tambora memiliki dampak yang kurang lebih sama. Hancur.
Pemerintah
VOC dibubarkan pada tahun 1799. Kerajaan Belanda membentuk Pemerintah Hindia Belanda.
Namun belum sepenuhnya pembentukan cabang-cabang pemerintah efektif, dan
perdagangan antara Batavia dengan pulau-pulau di luar Jawa, terjadi pendudukan
Inggris pada tahun 1811. Seperti pada era VOC, di Bima ditempatkan pejabat
pemerintah setingkat residen. Pada bulan April 1815 terjadi letusan gunung
Tambora.
Menurut pendataan yang dilakukan yang dirangkum
oleh Jung Huhn menyatakan bahwa hanya tersisa sebanyak 40 orang penduduk
kerajaan Dompu (lihat Java, zijne gedaante, zijn plantentooi en inwendige bouw,
1853-1854). Disebutkan dua kerajaan yang terdekat dengan TKP yakni kerajaan Pekat
dan kerajaan Tamboro hanya survive tiga orang dan kerajaan Soembawa penduduknya
yang selamat tidak lebih dari 26 orang.
Selain
penduduk yang tersisa dari empat kerajaan di sekitar gunung Tambora ini sangat
sedikit, sejumlah tertentu penduduk dari empat kerajaan ini pada saat kejadian
berada di luar wilayah apakah karena tengah berdagang atau karena bertugas
membantu pemerintah pendudukan Inggris. Sejak era VOC, penduduk dari lima
kerajaan yang berada di pulau Sumbawa sudah ada yang berdomisili di Batavia
atau tempat-tempat lain.
Kebudayaa Dompu yang telah terbentuk ratusan
tahun (bahkan sejak era Majapahit) telah hilang terkubur seiring dengan
hilangnya ribuan penduduk (kerajaan) Dompu. Tidak hanya penduduk yang hilang
kekayaan penduduk kerajaan Dompu juga turut hilang, sebagian sebagian terbakar
dan sebagian terkubur di bawah lapiran debu yang sangat tebal.
Satu paparan yang menarik dan menggugah tetapi menggelitik. Sayangnya hanya didasarkan pada peta buatan Portugis dan Belanda. Bila mengkaji dokumen-dokumen kuno Naskah BO Bima , kita akan mendapatkan penjelasan atas dugaan-dugaan yang disajikan. Informasi dari Tome Pires pada dasawarsa kedua abad ke-16 yang diangkat A. Cortesao dalam " The Summa Oriental of Tome Pires " menyebut daerah Bima dengan : PULAU BIMA. Kalau mendasarkan kesimpulan kita sekalipun dalam bentuk dugaan, tentu disimpulkan, keberadaan daerah Bima pada sebuah pulau yang terpisah dari Dompu dan Sumbawa. Begitu pula kalau mendasarkan pada peta Portugis dan Belanda masa lalu.
BalasHapusDikatakan:" Dalam kisah lama (Pararaton) tidak menyebut nama Sum-bawa, tetapi hanya menyebut Dompo [Dompu] dan Gurun. Sejumlah penu-lis menginterpretasi Gurun adalah Lombok " . Pernyataan yang keliru karena dalam Pupuh XIV kitabNegara Kretagama Mpu Prapanca disebutkan nama-nama negeri wilayah timur antara lain: " ...Gurun serta Sukun, Taliwang , Pulau Sapi, Dompo, Sang Hyang Api, Bima, Seran, Hutan Kadali, Pulau Gurun (Lombok Merah), Sasak ....". Hutan Kadali [ sekarang Utan], Taliwang dan Seran [ Seteluk ] adalah Sumbawa. Mungkin yang dimaksudkan adanya kata "SUMBAWA" secara harfiah. Apakah harus demikian padahal raja -raja kerajaan Taliwang juga menjadi raja Kesultanan Sumbawa berganti dengan Kedatuan Jereweh , Seran dan Alas ?.
BalasHapusBung Tetakahayan, sejarah lama nusantara harus memisahkan ketika kehadiran orang Eropa (sejak Portugis) dan sebelumnya hingga ke belakang (Islam dan Hindoe Boedha). Pemetaan tentulah sudah ada sejak navigasi kuno, tetapi peta-peta Hindia Timur (nusantara), secara geografi, baru dimulai pada era Portugis (karena dibutuhkan para ahli geografi dan kartografi di Eropa). Sejak Portugis ini pengetahuan geografi terakumulasi, yang juga kemudian digunakan para pelaut-pelaut Belanda (dan terus diupdate). Hal itulah mengapa landasan analisis (peta) geografis hanya (valid) didasarkan pada peta-peta yang dipublis di Eropa.
BalasHapusJika mengurutkan waktu, berdasarakan peta-peta itu maka yang muncul adalah identifikasi nama geografi (pulau atau tempat) dalam peta berdasarkan keutamaannya (posisi relatif dari yang lain). Akibatnya ada satu masa suatu nama muncul, tetapi pada masa berikutnya hilang dan yang diidentifikasi nama yang lain (yang mungkin lebih penting dalam navigasi pelayaran perdagangan). Sementara itu, untuk sekadar menambahkan bahwa pada periode sebelum Eropa ini data geografis sangat minim--selain tidak terakumulasi (berkisanambunga), kita hanya mengandalkan sumber yang terbatas seperti naskah kuno (Negarakertagama era Majapahit dan yang lebih muda Bo Sangaji Kai era pedagang Moor dan Portugis) dan prasasti-prasasti seperti Wadu Tunti dan prasasti yang lebih tua Seko (Toraja), Minahasa dan Laguna (Filipina) plus Flores. Mengapa saya daftar nama-nama prasasti ini karena terkait satu sama lain karena (pulau Sumbawa) ada hubungannya dengan jalur navigasi pelayaran perdagangan yang lebih tua dari utara (Filipina, Sulawesi dan Maluku). Jalur dari barat (Jawa) dapat dikatakan lebih muda. Dengan kata lain nama-nama seperti Bima dan Dompo (sudah eksis sebelum ekspansi perdagangan Majapahit ke arah timur seperti disebut dalam Negarakertagama). Prasasti Wadu Tunti sendiri saya duga muncul pasca Hindoe-Majapahit yakni dari arah Maluku yang sudah beragama Islam (Sang Haji-Sangaji dan Saparua). Dalam hal ini sebelum muncul pengaruh Majapahit di pulau (Sumbawa) sudah lebih dahulu eksis beberapa kerajaan—yang terkait dengan navigasi pelayaran perdagangan dari utara (Maluku, Sulawesi dan Filipina). Prasasti Laguna bertarih 900 M diduga terkait dengan Sumatra bagian utara (boleh jadi itu Kerajaan Aru).