*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
Seperti halnya sejarah pembangunan pertanian dan sejarah pengembangan kesehatan, sejarah pendidikan di Lombok juga kurang terinformasikan. Padahal pertanian, kesehatan dan pendidikan adalah tiga bidang utama yang menjadi landasan sejarah suatu kota atau wilayah. Sejarah pertanian penduduk, kesehatan masyarakat dan peningkatan penduduk warga bersifat continuum yang dapat dirasakan (diperhatikan) hingga pada masa kini. Secara khusus, sejarah pendidikan dapat dikatakan sebagai sejarah pencerahan bangsa.
Seperti halnya sejarah pembangunan pertanian dan sejarah pengembangan kesehatan, sejarah pendidikan di Lombok juga kurang terinformasikan. Padahal pertanian, kesehatan dan pendidikan adalah tiga bidang utama yang menjadi landasan sejarah suatu kota atau wilayah. Sejarah pertanian penduduk, kesehatan masyarakat dan peningkatan penduduk warga bersifat continuum yang dapat dirasakan (diperhatikan) hingga pada masa kini. Secara khusus, sejarah pendidikan dapat dikatakan sebagai sejarah pencerahan bangsa.
Saya
teringat nama seorang teman lama, karena tempat yang berbedza jauh, sejak beliau
lulus kuliah kami tidak pernah bersua lagi. Namun saya mengetahui setelah lulus
kuliah beliau akan ditempatkan di Selong. Tentu saja saya lebih duluan ke
Selong dari pada beliau. Saya ke Selong tahun 1991, cukup lama dari 100 hari di
pulau Lombok, satu setengah bulan ‘ngepos’ di Selong dan berkeliling ke seluruh
pelosok di kabupaten Lombok Timur. Pos saya di Selong di salah satu kamar di
Hotel Erina yang berada di tengah kota. Tugas saya di Selong dalam rangka
memimpin empat tim dalam rangka survei ekonomi kesehatan. Sebelum beliau
berangkat ke Selong kami sempat berdiskusi tentang pulau Lombok, khususnya
kabupaten Lombok Timur dan kota Selong. Nama teman seperjuangan tersebut adalah
Martua Hamonangan Nasution yang memulai karir sebagai guru di Selong. Setahu
saya, beliau adalah jago matematika. Martua Hamonangan Nasution saya anggap
sebagai generasi lebih lanjut jago matematika Prof. Andi Hakim Nasution (rektor
IPB 1978-1987).
Lantas bagaimana sejarah pendidikan di pulau Lombok,
khususnya di Oost Lombok? Itu dimulai pada era
Hindia Belanda. Namun sangat sulit menemukan informasinya pada masa kini.
Mungkin saja belu ada penulis yang tertarik untuk menulisnya. Dalam hubungan
inilah upaya pencarian data sejarah pendidikan di Lombok diperlukan. Sebelum
menulis tema ini, saya teringat kawan lama: Martua Hamonangan Nasution. Okelah, untuk
menambah pengetahuan dan untuk meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Martua Hamonangan Nasution di Selong (internet) |
Sejarah Pendidikan Awal di Lombok, Mulailah di Selong
Pendidikan modern (aksara Latin) di Lombok khususnya penduduk Sasak baru
dimulai pada saat permulaan pembentukan cabang Pemerintah Hindia Belanda di
Oost Lombok (Lombok Timur) yakni setelah ibu kota dipindahkan dari Sisik ke
Selong pada tahun 1897 yang kemudian diformalkan dengan besluit van den
Gouverneur Generaal van Nederlandsch-lndie tanggal 11 Maret 1898 No. 44. Saat pembangunan kota Selong inilah gagasan
pendirian sekolah dimulai
Beberapa
bangunan yang segera dibuat adalah renovasi garnisun militer, pembangunan baru
kantor Controleur, bangunan penjara dan bangunan sekolah (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 30-08-1897). Bangunan kantor telegraf dibangun pada tahun 1898
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-02-1898). Sebelum ibu kota dipindahkan dari
Sisik, di Selong adalah garnisun militer. Bangunan sekolah di Selong tidak
terbuat dari beton tetapi dari bahan kayu dan bambu.
Pada tahun 1901 pendirian sekolah di Selong
dimulai yakni dengan membangunan sekolah pemerintah di Selong (lihat Verslag
over de burgerlijke openbare werken in Nederlandsch-Indie, 1901). Dinyatakan pembangunan
sekolah di Selong ditenderkan ke publik. Bangunan tersebut adalah sekolah kelas
2 untuk 60 siswa di Selong sebagai berikut: Luas bangunan 154 M2. Pagu
pembangunan f2.30. Konstruksinya pondasi, tiang dan lantai terbuat dari bahan bata
dan dinding dari bahan bambu serta atap terbuat dari bahan kayu dan seng.
Sejauh
ini (1902) tidak ditemukan adanya sekolah di pulau Lombok kecuali di Selong.
Why? Penduduk di West Lombok yang beribukota Mataram
umumnya adalah orang-orang Bali. Boleh jadi masih trauma setelah Perang Lombok
yang belum lama berakhir (1895). Demikian juga di Praja (ibu kota Midden
Lombok) tidak ditemukan adanya sekolah. Dalam hal ini kota Selong dapat
dikatakan sebagai yang pertama dala pendidikan modern. Sementara itu, di
Residentie Bali en Lombok sekolah pertama didirikan pada tahun 1870an di
Boeleleng. Sekolah berikutnya didirikan di Singaradja dan di Negara (Djembrana).
Setelah bangunan selesai, sekolah langsung dibuka.
Kegiatan belajar mengajar dimulai tanggal 12 Mei 1902 dengan bahasa pengantar
bahasa Melayu dan para siswa sangat antusias untuk belajar (lihat Soerabaijasch
handelsblad, 27-12-1902). Disebutkan jumlah siswa sebanyak 65 siswa.
Pada
tahun 1904 kantor Controleur di Selong yang lebih representatif dibangun baru.
Besar dugaan bahwa bangunan baru ini didirikan di tempat yang baru yang tidak
jauh dari bangunan lama, Bangunan lama ini diduga digunakan untuk kebutuhan
yang lain.
Pada tahun 1907 Residen Bali en Lombok yang
berkedudukan di Boeleleng melakukan kunjungan kerja ke suluruh pulau Lombok,
termasuk Oost Lombok (lihat Soerabaijasch handelsblad, 18-06-1907). Disebutkan
di Selong, Residen melakukan beberapa inspeksi yang diadakan di sekolah,
pradjoert dan penjara. Residen juga berbicara dengan dokter hewan pemerintah.
Setelah di Selong, Residen mengunjungi kota pelabuhan Laboean Hadjie. Dalam perjalanan
pulang Residen berkunjung ke Masbagik, Kopang dan Batoe Kliang.
Sejauh ini (1907) sejak 10 tahun ibu kota
Onderafdeeling Oost Lombok pindah ke Selong, perhatian pemerintah terhadap
pendidikan cukup baik. Tidak hanya penyegeraan pembanguan sekolah, juga perhatian
terhadap kegiatan belajar dan mengajar. Sekolah pemerintah di Selong adalah
satu-satunya sekolah dasar di Oost Lombok. Tentu saja itu tidak cukup.
Kunjungan Residen ke Oost Lombok dapat dikatan yang pertama setelah
terbentuknya pemerintahan di Oost Lombok, suatu wilayah terjauh di Residentie
Bali en Lombok. Sejauh ini tetangga terdekatnya pulau Soembawa masuk wilayah
Residentie Timor en Onderhoorig).
Pada tahun 1911 jumlah sekolah di Oost Lombok
sudah lebih banyak, tidak hanya di Selong tetapi juga sudah ada sekolah swasta di
Laboean Hadji, Sakra dan Tandjoeng Loewar (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 20-01-1911).
Juga disebutkan adanya sekolah swasta pribumi khusus untuk anak perempuan.
Tidak
diketahui sekolah-sekolah baru tersebut kapan dimulai, apakah tahun 1911 atau sebelumnya. Pada tahun penerimaan tahun 1911 ini
yang dimulai pada bulan Januari, sekolah swasta di Laboean Hadji menerima 45
siswa baru, sekolah swasta Sakra sebenyak 43 siswa baru dan sekolah swasta Tandjoeng
Loewar sebanyak 53 siswa baru. Untuk sekolah peerintah di Selong, dari jumlah yang
diterima sebanyak 36 siswa baru terdapat dua anak perempuan.
Introduksi pendidikan modern (aksara Latin) di
Lombok, khususnya di Selong (Oost Lombok) belum terlambat sama sekali, sebab
introduksi pendidikan modern masih lebih awal di Selong jika dibandingkan
beberapa afdeeling (termasuk diantaranya kota Denpasar). Namun jika
dibandingkan sejumlah afdeeling di Jawa dan Sumatra, introduksi pendidikan di
wilayah Lombok sangat jauh terlambat.
Introduksi pendidikan modern (aksara Latin) bagi
penduduk pribumi baru berlangsung secara masif dimulai pada tahun 1851 dengan
didirikannya sekolah guru (kweekschool) di Soerakarta. Lima tahun kemudian
Residen JAW van Ophuijsen mendirikan kweekschool di Fort de Kock. Pada tahun
1857 seorang siswa di Afdeeling Mandailing en Angkola, Residentie Tapanoeli bernama
Sati Nasution berangkat studi ke Belanda (pribumi pertama studi ke Belanda).
Setelah lulus sekolah guru di Haarlem tahun 1861 Sati Nasution alias Willem
Iskander kembali ke kampongnya dan mendirikan sekolah guru tahun 1862 di
Tanobato (onderafdeeling Mandailing, Afdeeling Mandailing en Angkola). Sekolah
guru yang didirikan Willem Iskander ini menjadi sekolah guru ketiga di Hindia Belanda.
Pada saat Willem Iskander mendirikan sekolah guru, jumlah sekolah pemerintah di
Afdeeling Mandailing en Angkola sebanyak empat buah. Siswa-siswa terbaik dari
sekolah-sekolah ini yang direkrut untuk dilatih menjadi guru. Pada tahun 1865
Kweekschool Tanobato disebut sebagai sekolah guru terbaik di Hindia Belanda.
Pada tahun 1873 di Residentie Tapanoeli sudah
terdapat sekolah pemerintah sebanyak 10 buah, delapan diantaranya di afdeeling
Mandailing en Angkola. Pada tahun ini di Residentie Bali en Lombok dibuka
sekolah pertama di Boeleleng. Sehubungan dengan prestasi Willem Iskander, pada
tahun 1874 pemerintah menunjukkan Willem Iskander untuk membimbing tiga guru
muda untuk studi ke Belanda, Tiga guru muda ini adalah Banas Lubis dari
Residentie Tapanoeli, Adi Sasmita dari Afdeeeling Preanger dan Raden Soerono dari
Residentie Soerakarta. Sehubungan dengan itu, pemerintah memberi beasiswa
kepada Willem Iskander untuk meningkatkan studinya di Belanda. Mereka berempat
berangkat pada bulan April 1874. Sementara Kweekschool Tanobato ditutup dan
sebagai penggantinya dibuka sekolah guru yang lebih besar di Padang Sidempoean
yang akan dibuka pada tahun 1879 yang akan diplot sebagai direktur adalah Wille
Iskander. Willem Iskander adalah kakek buyut dari Prof. Andi Hakim Nasution
(Rektor IPB 1978-1987). Teman saya yang berangkat untuk memulai karir guru di
Selong bernama Martua Hamonangan Nasution adalah juga kerabat dari Willem
Iskander. Martua Hamonangan Nasution pernah menjabat sebagai direktur SMK
Negeri Selong (2009-2018).
Beberapa lulusan sekolah di Selong melanjutkan
studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Satu lulusan Selong melanjutkan
studi ke Jawa untuk mengikuti pendidikan pamong pradja (OSVIA). Satu lulusan
lainnya melanjutkan studi ke Makassar untuk mengikuti pendidikan keguruan
(Kweekschool Makassar) dan berhasil dan kembali ke Lombok. Dua siswa ini dapat
dikatakan pionir pendidikan diantara penduduk Sasak di Lombok. Dr, Soedjono di
Selong pada tahun 1933 telah mengirim dua gadis Sasak untuk mengikuti sekolah
guru Normaal School di Djawa. Siapa guru Sasak pertama tersebut tentu perlu
diperhatikan sejarawan di Lombok Timur. Dia berhak untuk mendapat perhatian.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perkembangan Lebih Lanjut Pandidikan di Lombok
Dimana terdapat banyak orang, umumnya didirikan
sekolah untuk anak-anak Eropa (ELS). Pada tahun 1880an diberikan kuota beberapa
murid yang berasal dari pribumi. Lulusan ekolah dasar ELS dapat melanjutkan
studi ke HBS (yang lulusannya bisa mendaftar di perguruan tinggi di Belanda).
Salah satu siswa yang lulus HBS adalah Raden Kartono yang kemudian melanjutkan
studi ke Belanda pada tahun 1896. Raden Kartono adalah abang dari RA Kartini. Dalam
perkembangannya dibentuk sekolah dasar HIS.
Pembentukan
sekolah HIS sehubungan dengan kebijakan Pemerintah Hindia Belanda untuk
membatasi siswa pribumi di ELS, tetapi sebagai pengantinya dibentuk sekolah HIS
tahun 1914 yang mana sekolah ini bahasa pengantarnya bahasa Belanda. Oleh
karena itu anak-anak Eropa juga dimungkinkan bersekolah di HIS (jika tidak
terdapat ELS).
Pada tahun 1923 sekolah HIS akan didirikan di
Mataram, afdeeling Lombok (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-06-1923). Guru yang
diangkat untuk memimpin HIS Mataram adalah G. Oosterink (yang sebelumnya guru
HIS di Djombang). Pemilihan kota Mataram karena ibu kota Afdeeling Lombok
(tempat kedudukan Asisten Residen) dan juga di Ampenan juga terdapat
orang-orang Eropa, Tionghoa dan Arab. Tentu saja ada anak-anak pemimpin lokal
dan pedagang lokal di Lombok yang menyekolahkan anaknya di sekolah HIS ini.
Namun realisasinya baru tahun 1927 (lihat Algemeen Handelsblad, 13-11-1926).
Disebutkan pada tanggal 3 Januari 1927 akan dimulai sekolah HIS di Mataram yang
dipimpin oleh guru G Oosterink.
Pada
tahun 1927 jumlah sekolah HIS di Hindia Belanda sudah sangat banyak. Salah satu
anggota Komiter HIS di Batavia adalah Mr. Soetan Goenoeng Moelia (satu-satunya
pribumi). Soetan Goenoeng Moelia adalah anggota Volksraad yang kali pertama
diangkat sebagai direktur HIS tahun 1921 di Kotanopan, Afdeeling
Padang Sidempoean (nama baru afdeeling Mandailing en Angkola, sejak 1905).
Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia, kalahiran Padang Sidempoean sarjana
lulusan Belanda (berangkat studi ke Belanda pada tahun 1911). Pada tahun 1930
Soetan Goenoeng Moelia melanjutkan studi keguruan ke Belanda dan meraih gelar doktor
(Ph.D) pada tahun 1933. Soetan Goenoeng Moelia adalah guru pribumi pertama
bergelar doktor. Kelak, Soetan Goenoeng Moelia lebih dikenal sebagai Menteri
Pendidikan RI yang kedua (menggatikan Ki Hadjar Dewantara).
Lulusan HIS dapat melanjutkan ke sekolah menengah
(MULO). Sekolah-sekolah MULO terdekat dari Lombok berada di Soerabaja, Malang
dan Makassar. Lulusan MULO dapat melanjutkan studi ke tingkat HBS atau AMS.
Selanjutnya lulusan HBS dan MULO dapat melanjutkan ke perguruan tinggi apakah
di dalam negeri atau ke Belanda.
Lulusan
sekolah dasar Eropa (ELS) dapat melanjutkan ke MULO atau HBS tiga tahun di
Koningin Willem School atau Prins Hendrik School, keduanya di Baravia. Dua
sekolah elit ini juga memiliki program HBS lima tahun.
Pendirian sekolah HIS di Mataram ternyata menjadi
persoalan sendiri bagi penduduk Sasak yang umumnya di Midden Lombok dan Oost
Lombok. Sekolah HIS di Mataram hanya mudah di akses oleh penduduk Bali yang
umumnya berada di West Lombok. Melihat persoalan ini pemerintah membangun
sekolah transisi Schakelschool di Selong, Oost Lombok (lihat De Telegraaf, 27-08-1938).
Siswa yang diterima di sekolah ini adalah siswa yang telah menyelesaikan kelas
dua di sekolah dasar pemerintah. Seperti halnya HIS, lulusan Schakelschool
dapat melanjutkan studi ke MULO.
Sebelumnya
di Selong Oost Lombok sudah ada sekolah transisi Schakelschool swasta yang telah
diinisiasi oleh Dr. RM Soedjono (lihat De Indische courant, 09-09-1933). Namun
bagi pemerintah itu tidak cukup (sebab HIS berada di Mataram) karena itu
pemerintah juga akan membangun Schakelschool pemerintah. Dr. RM Soedjono juga di Selong
telah lama menginisiasi sekolah kerajinan (handwerkonderwijs). Untuk menjembatani
siswa-siswa penduduk Sasak yang ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
(MULO dan AMS) sekolah penghubung Schakelschool dibangun swasta dan pemerintah
di Selong. Sementara itu, dengan semakin banyaknya populasi orang Eropa di
Lombok, terutama di Mataram dan Ampenan, agar anak-anak Eropa lebih memudahkan
akses untuk melanjutkan studi ke HBS (tiga atau lima tahun). juga telah muncul
gagasan pendirian sekolah ELS tahun 1930, namun tidak mudah untuk mendirikan sekolah
dasar Eropa (Europeesche Lagere School) di Lombok karena persyaratannya yang
sulit dipenuhi di Lombok karena penyelenggaraan ELS minimal 30 siswa tiap tahun
dan kontan. Jadi penduduk Sasak di Midden dan Oost Lombok memiliki persoalan
yang mirip. Solusinya bagi penduduk Sasak adalah Schakelschool dan solusi bagi
orang Eropa sendiri adalah HIS. Beberapa guru yang pernah bertugas di HIS
Mataram setelah G Oosterink adalah M Smissaert (1931) dan Ms. BCE Schmidt
(1934).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Martua hamonangan nasution, beliau jadi kepala sekolah di SMKN 1 Selong, adek.kelas saya yg bilang begitu, heheheh itu 9 tahun yg lalu, kalau sekarang kurang tau, heheh
BalasHapus