*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
Sejarah Lombok adalah narasi fakta dan data sejarah Lombok. Banyak kontributor yang menyediakan sejarah awal Lombok. Para kontributor ini mengumpulkan data yang kini dijadikan sumber sejarah Lombok. Dua yang terpenting adalah Cornelis de Houtman (1597) dan Heinrich Zollinger (1847). Cornelis de Houtman dapat dikatakan sebagai pemberi kabar pertama tentang keberadaan Lombok. Sedangkan Heinrich Zollinger dapat dikatakan sebagai seorang ilmuwan yang benar-benar berhasil menggambarkan situasi dan kondisi di Lombok.
Sejarah Lombok adalah narasi fakta dan data sejarah Lombok. Banyak kontributor yang menyediakan sejarah awal Lombok. Para kontributor ini mengumpulkan data yang kini dijadikan sumber sejarah Lombok. Dua yang terpenting adalah Cornelis de Houtman (1597) dan Heinrich Zollinger (1847). Cornelis de Houtman dapat dikatakan sebagai pemberi kabar pertama tentang keberadaan Lombok. Sedangkan Heinrich Zollinger dapat dikatakan sebagai seorang ilmuwan yang benar-benar berhasil menggambarkan situasi dan kondisi di Lombok.
Zollinger dan Wallace |
Heinrich Zollinger adalah seorang Jerman ahli
botani. Heinrich Zollinger datang ke Hindia (baca: Indonesia) pada tahun 1842
ketika seorang Jerman ahli geologi Jung Huhn tengah bekerja di pedalaman
Tapanoelib (sejak 1840). Sebagai sarjana, mereka sangat mahir menulis dan
memilah-milah dan memilih data yang diperlukan hingga jauh ke masa depan. Namun
sangat jarang yang menulis kehadiran Heinrich Zollinger di Lombok. Okelah.
Untuk menambah pengetahuan tentang siapa Heinrich Zollinger dan apa yang
ditemukannya di Lombok, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Heinrich Zollinger dan Perang Bali
Pada tahun 1666 Pemerintah VOC mengubah
kebijakannya dari kebijakan yang menjadikan pribumi sekutu menjadi kebijakan
baru bahwa pribumi dijadikan subjek. Artinya hubungan yang longgar pedagangan
di pantai yang selama ini akan bekerjasama (bersekutu) dengan penduduk baik di
pantai maupun di pedalaman. Pedagang-pedagang VOC akan membuka ruang di daratan
(pedalaman) apakah untuk kegiatan perdagangan maupun pengusahaan pertanian
(perkebunan).
Sejak
kebijakan baru ini, utusan dikirim ke berbagai tempat dimana kerjaan-kerajaan
berada yang kemudian dilanjutkan dengan ekspedisi-ekspedisi damai. Ekspedisi
ini biasanya disertakan para ahli seperti ahli botani, ahli geologi, ahli
linguistik dan ahli geografi sosial. Untuk urusan pertahanan dilakukan oleh
militer yang mendampingi ekspedisi.
Besar dugaan pedagang-pedagangan VOC sudah
memasuki pedalaman Lombok, paling tidak ke tempat dimana berada ibu kota
kerajaan Lombok di Selaparang (sekitar Priggabaya yang sekarang). Sebagai wujud
pemahaman pedagang-pedagang VOC, dalam Peta 1660an sudah diidentifikasi bahwa wilayah kerajaan Lombok/Selaparang selain
(pulau) Lombok juga termasuk pulau Poh (pulau Nusa Penida yang sekarang).
Catatan: di sekitar ibu kota Selaparang juga terdapat nama kampong (kota) Poh
Gading.
Pada
saat tim ekspedisi pertama Belanda berkunjung ke Lombok pada tahun 1595,
Cornelis de Houtman telah bertemu dengan penguasa pelabuhan (sjahbandar)
Laombok (di teluk Lombok). Sementara kerajaan Selaparang berada di pedalaman.
Sjahbandar ini memiliki sekitar 10 pria bersenjata, Disebutkan Cornelis de
Houtman, kehadiran (perwakilan) Djapara sudah ada di Lombok sejak 1593.
Selaparang diduga sebagai vassal dari kerajaan Djapara. Cornelis de Houtman
juga singgah di Bali (diduga di Kloengkong). Sejak terbentuknya VOC yang
beribukota di Batavia hubungan VOC dengan kerajaan Lombok dan kerajaan Bali
tetap terjaga. Pada Peta 1720 di pulau Bali sudah teridentifikasi sejumlah
kerajaan, sementara di pulau Lombok hanya sorangan diri di Selaparang (pantai
timur Lombok).
Pada tahun 1740 kerajaan Karangasem melakukan
invasi ke pulau Lombok, wilayah kerajaan Selaparang. Sejak inilah pulau Penida
masuk wilayah Bali. Sejak inilah diduga pulau Lombok yang telah dididuki
(kerajaan) Karangasem, pulau Lombok yang sebelumnya terbuka menjadi pulau yang
tertutup. Kerajaan Karangasem membangun di atas kota (kampong) Mataram,
sementara kota (kampong) Ampenan menjadi pelabuhannya. Kota Mataram diduga
dibentuk oleh kerajaan Mataram yang telah mengalahkan (kerajaan) Djapara. Sebagai
wujud kemenangan (keunggulan) kerajaan Karangasem di Lombok memberi nama
kerajaan (pangeran) Karangasem dengan nama Bali Selaparang.
Pulau
Lombok yang subur dan populasi yang banyak menjadi sentra produksi menyebabkan
kerajaan Bali Selaparang (Karangasem) menjadi cepat tumbuh dan berkembang. Pelabuhan
Ampenan sangat sibuk karena arus komoditi dari pedalaman seperti beras, kapas,
tembakau, kuda, kulit kerbau dan sebagainya. Sementara arus impor seperti garam
dan opium masuk ke padalaman. Kota Mataram menjadi kota besar, tetapi sangat
tertutup bagi orang asing. Orang asing termasuk Eropa-Belanda hanya sampai di
(pelabuhan) internasional Ampenan. Kerajaan Bali Selaparang (Karangasem) telah
memainkan peran yang penting dalam perdagangan internasional tidak hanya dengan
VOC (Belanda) tetapi juga dengan Inggris yang berbasis di Singapoera dan
Sydney. Bali Selaparang (Lombok) telah mengungguli Bali Karangasem (induknya di
pulau Bali).
Pada tahun 1839 terjadi perang saudara di Lombok
antara pangeran Bali Selaparang (Lombok) dengan raja Karangasem. Raja Karang
Asem berada di Tjikranegara, sedangkan di kota Mataram (pangeran) Bali
Selaparang. Dalam perang saudara ini dimenangkan oleh pangeran Bali Selaparang,
Atas kekalahan ini Radja Karang Asem di Tjikranegara membunuh semua punggawa
dan pengikutnya termasuk istri-istri dan anak-anaknya yang kemudian diikuti
oleh Radja Karang Asem sendiri masuk ke dalam bara api. Setelah itu pangeran
Bali Selaparang menjadi penguasa tunggal di Lombok. Kerajaan Karang Asem di
Bali dan Kerajaan Bali Selaparang putus sudah. Pangeran yang menjadi Raja
menempati puri di Tjakranegara dan pangeran mahkota baru di Mataram.
Ampenan, Mataram dan Tjakranegara (Peta 1895) |
Pasca Perang Bali (Perang Boeleleng) ini Pemerintah
Hindia Belanda mengirim seorang ahli botani melakukan ekspedisi ilmiah ke
Boeleleng. Ahli Botani itu adalah Heinrich Zollinger. Setelah selesai ekspedisi
di Boeleleng dan tempat lain di Bali, Heinrich Zollinger diminta melanjutkan ke
pulau Lombok. Sebagai sekutu Pemerintah Hindia Belanda, tampaknya ‘terpaksa’
memberi izin bagi Heinrich Zollinger untuk melakukan ekspedisi ilmiah ke pedalaman
Lombok. Inilah orang Eropa pertama yang memasuki pedalaman Lombok sejak sekian
dekade dan laporan Heinrich Zollinger juga dapat dianggap sebagai laporan
terlengkap tentang situasi dan kondisi (pedalaman) Lombok.
Tijdschrift voor NI, September 1847 |
Tunggu deskripsi lengkapnya
Heinrich Zollinger dan Alfred Russel Wallace
Penemuan-penemuan tempat di Hindia pada dasarnya
telah didokumentasikan sejak era VOC seiring dengan pembentukan lembaga ilmu
pengetahuan di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang
diinisiasi oleh Radermacher yang kali pertama menerbitkan publikasi pada tahun
1779 (Deel I).
Sebelumnya
data-data yang dapat dikumpulkan hanya berdasarkan berita singkat dan artikel
kecil di surat kabar, dokumen-dokumen pemerintah VOC dan laporan-laporan para
traveller yang dibukukan. Catatan Kasteel Batavia (Daghregister) bahkan belum
di katalogkan. Salah satu penulis yang sudah berinisiatif memanfaatkan
Daghregister adalah Valentijn, seorag geografi sosial yang berdiam di Amboina
yang bukunya dipublikasikan pada tahun 1727.
Salah satu artikel publikasi Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang menyinggung tentang keberadan
Lombok adalah artikel yang ditulis oleh Radermacher dengan judul Korte
beschrijving van Celebes, Floris, Sumbawa, Lombok en Balie (Deel IV, 1782). Artikel
lainnya yang terkait dengan Lombok adalah berjudul Narrative of the eflects of
the eruption from the Tombora Mountain in the island of Sumbawa on the 11 and
12 of April 1815 yang dimuat pada Deel IX (1816). Dua artikel terdahulu ini
tidak menggambarkan situasi dan kondisi di pedalaman pulau Lombok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar