Selasa, 16 Juni 2020

Sejarah Lombok (8): Kisah Dr CJ Neeb dan Luitenant WE Asbeek Brusse, Buku Naar Lombok (1897); Perang Lombok 1894-1895


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Dr CJ Neeb bukan siapa-siapa. Banyak nama dokter yang bisa disebutkan. Demikian juga, Luitenant WE Asbeek Brusse bukan siapa-siapa, dia hanya seorang perwira muda yang baru lulus dari akademi. Namun dua nama ini, dokter dan perwira menjadi penting, karena sepulang dari Perang Lombok (1894-1895) keduanya mengumpulkan kisah mereka di Lombok dalam satu buku dengan judul Naar Lombok yang diterbitkan tahun 1897.

Sejak Heinrich Zollinger menulis tentang Lombok, nyaris tidak ada tulisan tentang situasi dan kondisi di pedalaman Lombok. Tampaknya, kehadiran Heinrich Zollinger di Lombok dan tulisan-tulisannya tentang (pedalaman) Lombok telah mengusik ketenangan radja Bali Selaparang di Lombok. Laporan ekspedisi Heinrich Zollinger di Lombok kali pertama dipublikasikan pada jurnal Tijdschrift voor Neerland's Indie bagian kedua yang terbit pada bulan September 1847 dan kemudian menerbitkan buku kecil dengan judul Reis over de eilanden Bali en Lombok yang diterbitkan oleh penerbit Lange, Batavia pada tahun 1849. Dalam perkembanganya merebak kebencian penduduk asli Lombok (Sasak) terhadap Radja Bali Selaparang. Penduduk Lombok dalam ancaman. Utusan Lombok menemui Pemerintah Hindia Belanda. Solusi yang ditawarkan Pemerintah Hindia Belanda tampaknya tidak diinginkan Radja Bali Selaparang. Mengapa/? Keptusan terakhir diambil Batavia dengan mengirim ekspedisi militer ke Lombok. Perang di Lombok tidak terhindarkan. Perang Lombok meletus.

Lantas apa pentingnya buku Naaar Lombok yang ditulis oleh dokter Neeb dan letnan Brusse? Yang jelas berita perang Lombok dari TKP dapat dibaca day to day di surat kabar yang terbit di Hindia maupun di Belanda. Namun bagaimana tentang kerajaan Bali Selaparang dan penduduk Lombok (Sasak) nyaris tidak terlaporkan. Dalam hal inilah buku Dr CJ Neeb dan Luitenant WE Asbeek Brusse menjadi penting dalam penulisan sejarah Lombok. Satu hal lain lagi Dr. Neeb adalah seorang fotografer. Lalu bagaimana keduanya berminat untuk menulis pengalaman mereka? Nah, untuk menambah pengetahuan, mari kita baca buku mereka dengan menelusuri sumber-sumber lain yang sejaman.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Dr CJ Neeb dan Luitenant WE Asbeek Brusse

Pada saat mulai ada pergolakan di pulau (Lombok) antara penguasa Bali Selaparang dan penduduk asli Lombok (Sasak) boleh jadi WE Asbeek Brusse tidak tahu apa-apa tentang Lombok.Sebab, WE Asbeek Brusse sedang menempuh pendidikan kadet di akademi militer di Breda, Belanda. WE Asbeek akan mengikuti ujian kenaikan pangkat luitenant dua tahun 1888 (lihat Algemeen Handelsblad, 25-07-1888). Saat Brusse di akademi militer, CJ Neeb kuliah di fakultas kedokteran di Groningen.

Setelah lulus, WE Asbeek Brusse, berdasarkan surat keputusan Minister van Oorlog, ditempatkan di Hindia (lihat Het vaderland, 07-08-1890). Namun sebelum ke Hindia WE Asbeek Brusse mengikuti pendidikan perwira di akademi yang sama pada tahun 1891 (lihat Algemeen Handelsblad, 22-07-1891). Sementara CJ Neeb kelahiran Solok sedang mengikuti ujian promosi (lihat Nieuwsblad van het Noorden, 06-12-1891). CJ Neeb lulus promosi dokter dan ditempatkan sebagai petugas kesehatan kelas dua di tentara Hindia (lihat Haagsche courant, 06-12-1892). CJ Neeb lulus tahun 1893 (lihat Algemeen Handelsblad, 09-08-1893). Sebelum berangkat CJ Neeb menikah dengan JF de Wiit di Belanda (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 02-09-1893). Pasangan ini berangkat ke Hindia dengan kapal ss Salak (lihat Algemeen Handelsblad, 05-09-1893). WE Asbeek Brusse kemudian lulus dengan pangkat luitenant dua tahun 1894 (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 14-06-1894). WE Asbeek Brusse akan berangkat ke Hindia dengan kapal ss Lawoe pada tanggal 29 (lihat Het vaderland, 10-09-1894)..

Pada awal bulan Juni 1894 persiapan ekspedisi militer ke Lombok sudah matang. Diberitakan Dr Neeb yang bertugas di militer Soerabaja termasuk yang akan berangkat ke Lombok (lihat Soerabaijasch handelsblad, 11-06-1894). Kepastian Dr, Neeb ke Lombok semakin jelas setelah diumumnkannya naa-nama komandan dan petugas yang akan berangkat ke Lombok (lihat Bataviaasch handelsblad, 16-06-1894). Awal Juli pasukan sudah memasuki pulau Lombok di Ampenan.

Bataviaasch handelsblad, 16-06-1894
Dalam daftar tersebut, ekspedisi militer ke Lombok dipimpin oleh Generaal Majoor JA Vetter sedangkan wakil adalah Generaal Majoor PPH van Ham. Pasukan terdiri dari Batalion-6 Luit. Kol van Bijlevelt, Batalion-7 dipimpin oleh seorang majoor., Batalion-9 dipimpin oleh Luit. Kol van Pabat. Juga meliputi pasukan kaveleri, geni dan artileri, topografi, kesehatan, administrasi militer dan officieren. Juga dalam daftar ini termasuk pasukan yang menuju Bali. Ada sembilan dokter dalam tim kesehatan plus seorang apoteker dan seorang dokter hewan. Salah satu dokter tersebut adalah CJ Neeb. Sebelum berangkat korp ekspedisi Lombok ini diadakan jamuan makan malam oleh Gubernur Jenderal di Societeit Concordia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-06-1894). Dalam berita ini juga disebutkan bahwa kemarin sebanyak 54 pekerja paksa tiba dari Bandjermasin dan hari ini 120 dari Makassar, semuanya akan menuju Lombok. Para kerja paksa adalah tahanan dalam berstatus pekerja paksa.

Sementara pertempuran terjadi, Dr. CJ Neeb yang juga seorang fotografer mengabadikan spot dan kejadian tertentu dan koleksinya dikirimkan ke surat kabar di Batavia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-09-1894). Disebutkan bahwa penerbit surat kabar Bataviaasch nieuwsblad akan dipamerkan agar para pembaca atau warga dapat kesempatan untuk melihat ekspedisi dalam bentuk foto. Dr CJ Neeb, tidak hanya bertugas sebagai dokter di TKP juga telah bertindak bagai jurnalis.

Bagaimana jalannya perang day to day dapat dibaca di surat kabar. Surat kabar terus mendapat pasokan berita dari TKP apakah kiriman seseorang atau press release dari komandan militer atau pejabat pemerintah yang berwenang. Perang ini tampak transparan. Semua orang mengetahui.

Dalam perang ini Pemerintah Hindia Belanda dibantu oleh Goesti Djelantik dari kerajaan Karangasem (Bali). Ini seakan balas demdam kerajaan Bali Karangasem terhadap kerajaan Bali Selaparang (Lombok). Pada Perang Bali tahun 1846 untuk menghukum radja Boeleleng yang dibantu kerajaan Karangasem Bali, kerajaan Bali Selaparang Lombok ikut membantu militer Belanda dengan sebuah kapal lengkap dengan pasukannya.

Sementara Dr CJ Neeb sudah berpartisipasi dalam perang di Lombok, Luitenant WE Asbeek Brusse yang baru lulus akademi militer Breda tengah bersiap-siap dalam pelayaran ke Hindia. Kepastian berangkat baru tanggal 6 Oktober dengan kapal ss Conrad dari Amsterdam. Berdasarkan pengumuman dari komandan militer Hindia Belanda Luitenant WE Asbeek Brusse yang baru tiba dari Belanda sudah ditempatkan di kesatuan di Semaramg (lihat Soerabaijasch handelsblad, 03-12-1894). Tidak disebutkan di kesatuan mana. Setelah usai perang di Lombok, Luitenant WE Asbeek Brusse ditransfer ke  batalion di Willem I (Ambarawa).

WE Asbeek Brusse menikah dengan Annete ML Homburg di Willem I Ambarawa (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 26-08-1896). WE Asbeek Brusse kemudian ditransfer ke Banjoe Biroe (lihat Het vaderland, 04-02-1897). WE Asbeek Brusse mendapat kenaikan pangkat menjadi letnan dua (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-05-1897). Diberitakan WE Asbeek Brusse tiba di Soerabaja dari Ampenan (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 30-08-1897). Letnan satu infantri WE Asbeek Brusse akan berangkat ke Eropa status cuti setahun karena sakit (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 02-11-1897). WE Asbeek Brusse dan istri dengan kapal ss Pr, Marie berangkat dari Batavia menuju Amsterdam (lihat Sumatra-courant : nieuws- en advertentieblad, 16-11-1897).

Pada tahun 1898 diberitakan buku yang ditulis Dr CJ Neeb dan Luitenant WE Asbeek Brusse telah terbit dengan judul Naar Lombok (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 12-09-1898).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Perang Lombok dan Penulisan Sejarah Lombok

Pada awal perang di Lombok Dr CJ Neeb sudah mengirim foto-foto ke surat kabar di Batavia. Naluri jurnalis Dr CJ Neeb sudah mulai muncul dimana pun berada. Pada saat perang masih berlangsungdi Lombok sebuah artikel dikirim Dr CJ Neeb ke sebuah majalah bernama Eigenhaard di Belanda (lihat Dagblad van Zuidholland en 's Gravenhage, 02-04-1895). Judul artikelnya adalah Een verwoeste kampong op Lombok. (Bij de plaat naar een photo opame van Dr JC Neeb). Sepulang dari perang di Lombok Dr CJ Neeb diangkat lagi menjadi petugas kesehatan di angkatan darat Hindia Belanda (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 10-02-1896). Tidak disebutkan ditempatkan dimana. Dr CJ Neeb  membuka praktek dokter di Soerabaja (lihat Soerabaijasch handelsblad, 30-03-1898).

Dr CJ Neeb dipindahkan ke Djambi (lihat Sumatra-courant : nieuws- en advertentieblad, 27-01-1899). Disebutkan ahli kesehatan. CJ Neeb, sekarang di Djambi, sebelumnya di garniszosn di Soerabaja, tidak akan lagi tetap melayani praktek dokter.

Seperti disebutkan di atas, Luitenant WE Asbeek Brusse pernah bulan Agustus 1897 ke Soerabaja dari Ampenan. Saat inilah diduga Dr CJ Neeb dan Luitenant WE Asbeek Brusse menyelesaikan buku mereka. Beberapa bulan kemudian pada bulan November WE Asbeek Brusse sakit dan cuti kembali ke Eropa. Buku mereka ini telah menambah khasanah data dan informasi dalam pengetahuan tentang Lombok.

Lantas seperi apa isi buku mereka yang berjudul Naar Lombok tersebut? Seperti dinyatakan dalam kata pengantar buku itu bahwa ‘niat kami dengan adalah untuk menyediakan sesuatu dalam bidang ilmiah, namun kami hanya ingin merangkum dalam sejumlah cerita dengan cara dan gaya tulisan kami’. Buku ini mengisahkan keseharian mereka selaa di Lombok dan juga interaksi mereka dengan penduduk. Di dalam buku ini mereka memilih karakters seorang perwira, yang telah meninggalkan rumah yang nyaman dan istri, untuk tugas selama 14 bulan di Lombok. Menurut mereka kehidupan di Lombok benar-benar baru, hanya sedikit yang diketahui tentang Lombok dan hampir tidak ada yang diketahui masyarakat umum. Itulah sebab buku itu mereka buat.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar