*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini
Harimau Bali (Panthera
tigris balica) sudah lama punah. Menurut Dr R van Eck (1878) harimau dan
banteng liar di pulau Bali hanya ditemukan di afdeeling Boeleleng dan
afdeeeling Djembrana. Salah satu favorit pelukis terkenal Raden Saleh adalah
melukis hewan besar yang masih liar, dua diantaranya adalah harimau dan banteng
liar. Lantas kapan harimau Bali punah? Harimau terakhir di sekitar Batavia
dibunuh pada tahun 1884 (lihat Handelsblad, 18-09-1886).
Di
wilayah Indonesia (baca: Hindia Belanda) harimau hanya ditemukan di pulau
Sumatra, pulau Jawa dan pulau Bali. Ketika terjadi kenaikan permukaan air di
jaman kuno, lalu terbentuk pulau Sumatra, pulau Jawa dan pulau Bali. Perbedaan
pulau ini yang kemudian menyebabkan populasi harimau terpisah dan membentuk
tiga subspesies: harimau Sumatra (Panthera
tigris sumatrae), harimau Jawa (Panthera
tigris sondaica) dan harimau Bali. Lantas mengapa harimau Madura disebut
harimau Jawa, sedangkan harimau Bali bukan disebut harimau Jawa? Lalu sejak
kapan harimau Jawa punah di (pulau) Madura?
Yang jelas harimau Bali sudah lama punah,
sementara harimau Jawa belum lama amat. Sedangkan harimau Sumatra masih banyak
ditemukan. Okelah. Harimau Bali pernah eksis, namun bagaimana sejarah harimau
Bali kurang terinformasikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah
nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah
seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan
tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan
imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*..
Harimau Bali
Punahnya harimau Bali membuat dunia heboh. Satu
subspesies kucing besar telah tiada. Mungkin banyak yang menangisi, terutama
para zoologist. Ada satu foto harimau Bali yang dihubungkan dengan nama seorang
Hungarian Baron Oscar Vojnich. Di dalam bukunya berjudul ‘On the East Indian
Group of Islands’ (1913) Vojnich mencatat telah menembak mati harimau Bali pada
tanggal 3 November 1911 seperti yang dikutip berikut (berikut foto):
‘In the
western part of Bali Island, along the northern shore, in the mountains of
Goendoel, we discovered tiger footprints...’.’On November 2nd, while collecting
twigs to be used for constructing a fence around the traps, the carcass of a
freshly killed kidang (a roelike animal) was encountered by the people. The
trap was set in front of the kidang, in the thicket. Munaut was almost certain
that the tiger would be caught in another day. I was much less convinced, as
the many human tracks could have warned the tiger. But no, it came to feed on
the slightly smelly joint, and the trap caught one of its forelegs, just below
the wrist.’ Foto ini juga telah dimuat di Wikipedia.
Dalam foto tersebut terkesan ada kejanggalan.
Empat orang pribumi dalam foto tersebut sepintas bukan kostum orang Bali, tetapi
lebih sesuai kostum orang Sumatra. Ada perbedaan antara penutup kepala dan
pakaian (baju) antara orang Bali dan orang Sumatra pada era yang sama. Apakah
identifikasi foto berbeda dengan teks? Atau apakah Baron Oscar Vojnich telah
berbohong?
Kehadiran
Baron Oscar Vojnich di Hindia Belanda benar adanya. Oscar Vojnich memang
benar-benar ke Bali. Sekitar dua minggu setelah mengaku menembak harimau
tanggal 3 November di Bali, Oscar Vojnich segera kembali ke Eropa. Namun
sebelum ke Eropa Oscar Vojnich singgah ke Sumatra. Dalam manifest kapal Oscar
Vojnich berangkat ke Padang tanggal 22 November 1911 (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 22-11-1911). Disebutkan kapal ss Sindoro di Tandjoeng Priok
hari ini berangkat menuju Nederland yang mana salah satu dari beberapa
penumpang turun di Padang adalah Oscar Vojnich. Foto mengangkut harimau mati di
Solok, 1900 (KITLV)
Okelah, Oscar Vojnich dalam bukunya mengaku telah
menembak harimau Bali. Namun setelah dilacak lebih lanjut untuk membuktikan
kebenaran foto di atas ditemukan keterangan yang berbeda dengan apa yang
ditulis di dalam bukunya dengan dua berita yang ditulis seseorang dari
Banjoewangi yang dimuat pada surat kabar Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie.
Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie. 28-10-1911: ‘Surat dari
Banjoewangi. Menjelang Jumat, seorang turis diharapkan datang ke sini
[Banjoewangi], yang telah mengunjungi semua bagian dunia dan Mr. Munaut dari Soerabaja,
pedagang senjata di sana, pemburu harimau yang terkenal, yang di hutan-hutan disini
dan di Djember, Loemadjang, Trenggalek, dll. Sudah begitu banyak harimau,
kumbang dan banteng (banteng liar) didapatnya. Turis itu, yang juga menjadi Nimrod
sejati, telah mengundang Tuan Munaut untuk menemaninya ke sini untuk berburu hewan
besar bersamanya yang akan menjelajah hutan Merawang yang luas dan hutan-hutan
lainnya di wilayah ini. Dari sini mereka akan menyeberang ke Badoeng (Bali)
untuk berburu disana juga, tetapi hanya untuk raja harimau. Tuan Munaut akan
membawa beberapa pembantu bersamanya. Semua biaya ditanggung oleh turis itu.
Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 21-11-1911: ‘Dalam surat sebelumnya
saya menyebutkan tujuan kunjungan ke Banjoewangi dan Bali (untuk berburu hewan besar)
dari seorang turis yang melakukan perjalanan ke seluruh dunia, seorang orang
kaya bernama Moynich [Vojnich] dan bahwa pada saat itu ia akan ditemani oleh
pedagang senjata di Soerabaja, Munaut, pemburu harimau dan banteng yang
terkenal. Tuan-tuan itu memang sudah tiba disini, namun tanpa menembak apa pun,
mereka kemudian menyeberang ke Bali. ke Singaradja dan beberapa daerah lain dan
setelah berhari-hari berkeliaran akhirnya mereka melihat, dan kebetulan, jejak
harimau di Goenoeng Goendool. Tuan-tuan itu ngepos disana, Hongaria, juga
Nimrod sejati dan pemburu itu, untuk menjerat binatang itu jatuh. Selain itu,
tidak ada harimau yang ditemukan di daerah itu, jadi klaim itu tidak benar
bahwa disitu penuh dengan raja harimau di Bali Utara. Banyak rusa dan kijang
terlihat disana, tetapi hewan-hewan itu sangat kurus sehingga Hongaria tidak
merasa ingin menembak mereka. Turis ini sudah sangat senang dengan kunjungannya
ke Bali, ia menikmati alam yang indah dan sering menghabiskan waktu berjam-jam
di teluk Gilie Manook, mengagumi karang dan tanaman laut lainnya dimana banyak
ikan berwarna-warni bergerak bersama atau di antaranya. Dia juga melihat
beberapa hal di Maloekoe, tetapi apa yang dilihat di Bali melampaui semua yang
dia lihat sejauh ini dalam keindahan. Tuan Hongaria tidak menyesali uang f 1000,
yang harus dia keluarkan untuk perjalanan ke Bali. Orang Hongaria sekarang
berada di dataran tinggi Jang, di wilayah ini, untuk menikmati panorama yang
dingin dan indah’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Harimau Jawa dan Harimau Sumatra
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Aotearoa
BalasHapus