Minggu, 18 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (27): Balabalagan dan Sejarahnya di Selat Makassar; Kalimantan Timur, Mengapa Kini Masuk Sulawesi Barat

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini

Balabalagan adalah suatu kepulauan yang betrada di timur pantai Kalimantan (Selat Sulawesi). Lantas apakah ada sejarahnya? Tentu saja ada, hanya saja kurang terinformasikan. Hal ini boleh jadi karena kepulauan (karang) boleh jadi dianggap tidak penting. Karena itu tidak ada yang tertarik menulisnya. Namun sejarah, tetaplah sejarah. Seharusnya sejarah Balabalagan haruslah dianggap penting, karena kini Balabalagan sudah berada di halaman ibu kota Republik Indonesia.

Adakalanya suatu hal dapat dianggap remeh. Hal itulah yang terjadi dengan pulau Sipadan dan pulau Ligitan. Pada era Pemerintah Hindia Belanda soal perbatasan di laut kurang tuntas dan hanya secara tegas diselesaikan batas di pulau Sebatik. Lalu, soal kepulauan Balabalagan sudah dianggap masuk wilayah pantai timur Borneo (Kalimantan). Itu berarti sudah jelas tentang kepulauan Balabalagan. Namun menjadi tidak jelas ketika provinsi Sulawesi Selatan dimekarkan dengan membentuk provinsi Sulawesi Barat, kepulauan Balabalagan dimasukkan ke wilayah provinsi Sulawesi Barat. Lantas bagaimana reaksi provinsi Kalimantan Timur? Tentu saja tidak sehangat pulau Sipadan dan pulau Ligitan, karena Balabalagan masih berada di wilayah NKRI. Apa, iya?

Sejarah Balabalagan sesunguhnya bukan baru. Sejarah Balabalagan bahkan sudah tercatat sejak lampau? Sejarah Balabalagan dimulai dari pantai timur Borneo. Namun yang menjadi pertanyaan mengapa kini kepulauan Balabalagan masuk wilayah Sulawesi Barat? Okelah, itu satu hal. Hal yang lebih penting bagaimana sejarah Balabalagan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Balabalagan

Sejak tahun 1840 angkatan laut Hindia Belanda mulai intens melakukan pengukuran pulau-pulau termasuk mengidentifikasi pulau-pulau kecil (bahkan batas terluar Hindia Belanda). Salah satu hasil pengukuran navigasi pelayaran adalah titik pulau tertimur dari kepulauan Balabalagan yakni dengan koordinat 2 32 50 LS dan117 56 59 BT (lihat  Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indië, 1874). Sementara untuk titik terdekat dari kepulauan adalah Hoek Aroe (Tanjung Aru) pada posisi  2 10 8 LS dan 116 34 39 BT.

Pemetaan di daratan seperti lebar sungai, tinggi gunung, danau dan lokus geografis yang lainnya dilakukan oleh para ahli yang dikirim ekspedisi. Pengukuran juga dilakukan oleh satuan militer dan pejabat yang ditempatkan di wilayah pedalaman. Namun untuk pengukuran kedalaman laut, arus laut, identifikasi pulau dan pengukuran panjang dan lebar dilakukan oleh angkatan laut yang dalam tugasnya melakukan patroli atau survei pada jalur navigasi yang akan dikembangkan untuk pelayaran non militer karena adanya pembentukan cabang peerintahan baru. Salah satu tokoh penting dalam urusan pengukuran ini adalah perwira P Baron Melvill van Carnbee yang juga aktif mengelola kelautan dan pelayaran Moniteur des Indes (1845-1849). P Baron Melvill van Carnbee banyak menyumbang tulisan pada majalah ini. Pada tahun 1850 Melvill dipromosikan sebagai ajudan ke Wakil Laksamana van den Bosch.

Kepulauan Balabalagan sebelunya disebut kepulauan Paternoster. Pulau ini sudah ada penghuni seperti yang dinyatakan seseorang pada tahun 1872 (lihat Leeuwarder courant : hoofdblad van Friesland, 02-08-1972) Disebutkan seseorang mengirim surat kepada tantenya di Balabalangan di kepulauan Patermoster yang termasuk wilayah Kalimantan Tenggara (Zuid Oost van Borneo).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar