*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini
Orang Punan adalah salah satu etnik penduduk asli pulau Borneo. Orang Punan mendiami wilayah terdalam di jantung pulau Kalimantan sejak dari doeloe hingga kini. Ketika banyak penduduk asli yang sudah menetap, Orang Punan masih mempraktekkan tradisi lama: berpindah-pindah (nomaden) karena wilayah mereka yang luas dan kaya. Mereka tidak kekurangan sumberdaya protein (hasil berburu dan penangkapan ikan). Hal itulah yang menyebabkan Orang Punan di jamannya tidak kekurangan dan menjadi sangat tangguh dan berbudi baik.
Bagaimana sejarah Orang Punan? Seperti umumnya penduduk asli di berbagai pulau besar di Indonesia, Orang Batak, Orang Kerinci dan Orang Kemering di Sumatra, Orang Punan termasuk yang terakhir berinteraksi dengan orang asing (Eropa). Penduduk pendatang di pantai cenderung menarik garis dengan penduduk asli pedalaman. Namun semua menjadi jelas ketika orang Eropa berhasil memasuki wilayah pedalaman di kawasan Orang Punan. Lalu bagaimana sejarah Orang Punan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Punan: Jantung Pedalaman Borneo
Nama Punan, paling tidak sudah didentifikasi pada permulaan pembentukan cabang pemerintah Hindia Belanda di daerah aliran sungai Kapoeas (Westkust van Borneo). Nama Punan dijadikan sebagai suatu wilayah setingkat district (lihat Javasche courant, 07-03-1846). Distrik Poenan adalah distrik terjauh di hulu sungai Kapoeas.
Penduduk Dajak Taman pada masa ini di sekitar wilayah Putussibau. Sementara penduduk Poenan berada di wilayah aliran sungai Kapoeas ke arah hulu. Wilayah Taman dan Poenan ini kemudian dikenal Boven Kapoeas (kini kabupaten Kapuas Hulu). Orang Poenan pertama bertemu dengan orang asing (Eropa) pada tahun 1855 ketika dilakukan ekspedisi ketiga ke hulu sungai Kapoeas pada tahun 1855 (lihat Nederlandsche staatscourant, 03-07-1855).
Meski sungai Kapuas sudah dikenal sejak jaman kuno, yang disebut sungau Laue atau Lauwe (hingga era VOC). Namun baru pada era Pemerintah Hindia Belanda sungai terpanjang ini dapat disusuri hingga jauh ke pedalaman (dengan enggunakan kapal perang penjelajah). Ekspedisi pertama dilaporkan DWC Baron van Lynden pada tahun 1847 setelah pembangian wilayah-distrik ditetapkan pemerintah pada tahun 1846 (lihat Javasche courant, 07-03-1846). Ekspedisi kedua dilakukan komandan kapal Letnan J Groll pada bulan Junij dan Julij 1851. Ekspedisi kedua ini baru sampai Boenoet.
Dalam ekspedisi ketiga yang dipimpin oleh Algemeene Secretaris, Gouvernements-Commissaris voor de Wester-afdeeling van Borneo, A. Prins bertemu delegasi Orang Poenan di muara Samoes di sungai Mendalam. Disebutkan A Prins telah bertemu dengan para pemimpin penduduk (dajak) Taman dan Kajan. Juga disebutkan A Prins telah menerima kedatanan delegasi Orang Poenan dalam dua perahu.
A Prins dalam laporannya (lihat Nederlandsche staatscourant, 03-07-1855) menyatakan sebagai berikut: ‘suku-suku disini termasuk Taman tidak satupun dari mereka terbukti berhutang budi kepada seorang pangeran Melayu sebagai bagian dari pemerintahan. Seperti Batang Loepar gelar hanya dikaitkan dengan pimpinan mereka. Di sungai Mendalam kami menerima kunjungan lagi dari dajak Poenan dalam dua perahu. Suku dajak ini mendiami daerah dimana mata air Kapuas bermula. Mereka tidak tinggal di rumah dan tidak membudidayakan ladang, tetapi hidup mengembara, dan tidak memakan apa yang dihasilkan hutan untuk tanaman dan herba mereka yang terkenal bergizi dan perburuan dan penangkapan ikan bagi mereka (subsisten). Saat ini saya belum dapat memberikan informasi yang tepat tentang populasi berbagai suku dajak (Poenan) ini’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Orang Punan di Era Modern
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar