Jumat, 23 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (34): Ir. Gusti Mohamad Noor, Bangsa Dayak dan Tokoh Kalimantan; Tjilik Riwut, Pejuang Utama Orang Dayak

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini

Ir. Goesti Mohamad Noor bukan orang biasa. Ir. Goesti Mohamad Noor adalah berpendidikan dan memiliki dedikasi dalam pembangunan bangsa. Ir. Goesti Mohamad Noor dapat dikatakan tokoh modern dari pulau Kalimantan. Ir. Goesti Mohamad Noor menyelesaikan pendidikan tinggi THS di Bandoeng (kini ITB), menjadi anggota Volksraad (DPR) dan diangkat menjadi Gubernur Kalimantan pada awal era Republik Indonesia. Lantas apakah Ir. Goesti Mohamad Noor adalah seorang Republiken?

Nama Ir. Goesti Mohamad Noor menjadi lebih penting karena pada tanggal 8 November 2018, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Ir. Goesti Mohamad Noor. Itu berarti menambah daftar pahlawan nasional dari pulau Kalimantan. Sebelumnya sudah terdapat tiga pahlawan nasional asal daerah Kalimantan Selatan yakni Pangeran Antasari (1968); Hasan Basri (2001); dan Idham Chalid (2011). Sementara pahlawan nasional lainnya asal Kalimantan adalah Tjilik Riwut dari Katingan, Kalimantan Tengah (1998); dan Abdul Kadir dari Melawi, Kalimantan Barat (1999). Lantas siapa lagi yang dapat diusulkan? Bagaimana dengan Kalimantan Timur?

Bagaimana sejarah Ir. Goesti Mohamad Noor? Tentu saja sudah ditulis. Namun sejauh fakta dan data terus ditemukan, narasi sejarah Ir. Goesti Mohamad Noor harus tetap ditambahkan. Namun perlu disadari bahwa sejarah adalah narasi dan fakta dan karena itu penulisan baru sejarah Ir. Goesti Mohamad Noor haruslah dipandang sebagai pemurnian sejarah. Ir. Goesti Mohamad Noor berjuang ketika bangsa Dayak juga sedang berjuang yang dipimpin oleh Tjilik Riwut. Lantas bagaimana Ir. Goesti Mohamad Noor terhubung dengan Tjilik Riwut? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Ir. Goesti Mohamad Noor

Goesti Mohamad Noor lulus HBS lima tahun di Soerabaja pada bulan Mei 1923 (lihat De Indische courant, 26-05-1923). Disebutkan lima siswa lulus, hanya Goesti Mohamad Noor pribumi, sementara lima siswa mengulang dan satu siswa gagal. Ini dapat dikatakan Goesti Mohamad Noor dapat bersaing dengan orang Belanda. Goesti Mohamad Noor kemudian lulus seleksi di Technische Hoogeschool (THS) te Bandoeng. THS mulai dibuka tahun 1920 sebagai perguruan tinggi pertama di Hindia Belanda.

Selama ini siswa-siswa lulusan Hindia Belanda melanjutkan studi ke Belanda. Mahasiswa pribumi pertama di Belanda adalah Raden Kartono pada tahun 1896 (lulusan HBS Semarang). Raden Kartono adalah abang dari RA Kartini. Mahasiswa kedua adalah Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan (1905), lalu disusul oleh Abdoel Rivai dan F Laoh. Pada tahun 1908 jumlah mahasiswa pribumi di Belanda sekitar 20 orang, Soetan Casajangan berinisiatif mendirikan organisasi mahasiswa yang disebut Indische Vereeniging (pada tahun 1924 Mohamad Hatta dkk namanya diubah menjadi Perhimpoenan Indonesia).

Pada tahun 1925 Goesti Mohamad Noor lulus ujian tahun kedua (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 08-05-1925). Ini menunjukkan bahwa Goesti Mohamad Noor selama kuliah Goesti Mohamad Noor lancar-lancar saja. Hal serupa juga pada Raden Soekarno yang masuk pada tahun 1922 (setahun lebih awal dari Goesti Mohamad Noor).

Pada tahun 1925 belum ada yang lulus mahasiswa pribumi. Hal ini karena dua mahasiswa pribumi yang masuk angkatan pertama tahun 1920 gagal ujian di tahun pertama. Oleh karena itu, Raden Soekarno, M Anwari, RM Koesoemaningrat, JAH Ondang dan M Soetoto yang masuk tahun 1922 adalah yang senior. Mereka ini lulus ujian tahun ketiga (candidaat-examen). Yang lulus ujian tahun kedua bersama Goesti Mohamad Noor adalah H Laoh dan M Putuhena. Sedangkan yang lulus ujian tahun pertama adalah BRM Saloekoe dan AM Semawie,

Akhirnya Goesti Mohamad Noor lulus di THS pada tahun 1927 dengan gelar insinyur. Kemudian Ir. Goesti Mohamad Noor diangkat pemerintah sebagai insinyur kelas ketiga (lihat De koerier, 04-07-1927). Ir. Goesti Mohamad Noor ditempatkan sebagai hoofd der Irrigatieafdeeling Pemali-Tjomal yang juga merangkap sebagai insinyur kelas 3 berkedudukan di Tegal.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Tjilik Riwut dan Orang Dayak

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar