*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini
Kota Pontianak bukanlah kota kuno. Kota kuno berada di Landak dan Tajan, dua lota di masa lampau semasih berada di pantai. Kota Pontianak adalah kota baru yang terbentuk di suatu delta. Suatu delta yang terbentuk akibat proses sedimentasi jangka panjang dari dua sungai besar, sungai Landak yang bermuara di Landak dan sungau Lauwe yang bermuara di Tajan. Kota Landak dan kota Tajan diduga kuat adalah dua kota dari penduduk asli (Dayak).
Lantas bagaimana sejarah asal-usul Kota Pontianak? Kita tidak lagi fokus tentang asal-usul kesultanan Pontianak (sudah ada di artikel lainnya), kita lebih fokus pada aspek teknis asal-usul terbentuknya Kota Pontianak yang sekarang. Lalu bagaimana permulaan terbentuknya kota? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Kota Pontianak di Era VOC: Pertemuan Sungai Landak dan Sungai Kapoeas Ketjil
Pada peta-peta lama (buatan Portugis) nama Pontianak belum muncul. Nama yang diidentifikasi adalah Laue dan Hermata. Pada era VOC (Belanda) kerajaan Laue (Lauwe) telah relokasi ke pedalaman (yang diduga kemudian sebagai Melawie), sedangkan Hermata adalah Mempawah atau Singkawang, Pada Peta 1724 (VOC-Belanda) nama kerajaan di arah huli diidentifikasi kerajaan Landak dan kerajaan Tajan. Sedangkan di hilir ada dua nama tempat: Moeara Landak dan tetangganya Trap. Nama Moeara Landak diduga kuat kemudian menjadi nama Pontianak. Nama Trap sendiri mengindikasikan nama tempat Eropa (seorang pedagang VOC pada era tersebut).
Nama Pontianak paling tidak sudah diketahui pada tahun 1780 (lihat Noordhollandsche courant, 16-06-1780). Disebutkan pada tanggal 6 November, Resident Pontianak Klock mengusulkan kepada Onderkoopman dan Sergeant Martheze untuk memasang bendera. Besar dugaan pedagang-pedagang VOC (yang dipimpin Residen Klock) telah membuat kontrak dengan kerajaan Pontianak (di Moeara Landak).
Pemerintah VOC membuat kontrak pada tanggal 5 Juli 1779 dengan Soeltan Pontianak dimana area yang digunakan adalah milik Soeltan(lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1840). Anak Soeltan ditempatkan sebagai panembahan Manpawah pada tanggal 20 Januari 1787 (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1850).
Kapan terbentuknya kerajaan (kesultanan) Pontianak tidak diketahui secara pasti. Demikian juga sejak kapan nama Pontianak muncul juga tidak diketahui secara pasti. Yang jelas pada tahun pada tahun 1779 pedagang-pedagang VOC sudah membuat kontrak dengan radja (soeltan) Pontianak. Pada Peta 1724 di tempat dimana kraton Pontianak berada hanya diidentifikasi sebagai suatu nama tempat (Moeara Landak) dan tetangganya tempat dimana orang Eropa (Belanda) berada. Apakah pedagang-pedagang VOC yang membesarkan dan meninggikan Pontianak?
Di dalam Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1850 disebutkan bahwa (kerajaan) Landak memiliki hubungan dengan (kesultanan) Banten. Kesultanan Landak lambat laut makin khawatir dengan semakin menguatnya Pontianak. Oleh karena jarak antara Banten dan Landak begitu jauh, kesultanan Banten menyerahkan perlindungannya kepada pemerintah VOC. Pontianak sebelum menjadi kerajaan (kesultanan) diduga adalah kesahbandaran dari (kesultanan) Landak. Lalu dengan kehadiran Pemerintah VOC di muara sungai Landak, kerajaan (baru) Pontianak dibesarkan, kerajaan yang terpisah dengan kerajaan (kesultanan) Landak. Hubungan Pontianak dengan Mampawah baru terbentuk setelah kehadiran VOC yakni Soeltan Pontianak menempatkan anaknya sebagai panembahan di Mampawah di pantai barat Borneo. Nama Mampawah sendiri sudah sejak lama ada sebagai suatu kerajaan (lihat Peta 1659).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Pontianak Era Pemerintah Hindia Belanda
Pontianak tidak hanya nama baru, juga suatu kawasan baru yang terbentuk dari proses sedimentasi jangka panjang. Nama Mampawah lebih tua dari nama Pontianak. Dari semua nama-nama tempat di sekitar Pontianak, dua nama kuno adalah Landak dan Tajan, dua tempat yang sudah eksis sejak jaman kuno dimana terdapat penduduk asli (Dayak). Dalam konteks masa itu, penduduk yang mendiami sekitar Moeara Landak (kemudian disebut Pontianak) adalah penduduk pendatang di kawasan (daratan) baru.
Penduduk pendatang pertama menempati area di suatu tanjung (pertemuan sungai Landak dan sungai Kapoeas Ketjil). Area ini tentu sangat strategis untuk pusat perdagangan, karena menjadi hub bagi pedagang yang datang dari lautan dan penduduk asli yang berasal dari pedalaman di sepanjang daerah aliran sungai Landak dan daerah aliran sungai Tajan (sungai Kapoeas). Hub ini kelak menjadi kota Pontianak.
Oleh karena area (kawasan perdagangan Pontianak) ini terbentuk bukan pada era Portugis, maka muncul pendatang baru di Pontianak yakni pedagang-pedagang Belanda (VOC). Sebagaimana diketahui, pedagang-pedagang VOC sejak tahun 1711 sudah membentuk pos perdagangan di Bandjarmasin (pantai selatan Borneo). Pos perdagang yang baru di Pontianak adalah perluasan pos perdagangan VOC di pantai barat Borneo. Tentu saja saat pedagang-pedagang VOC datang, Pontianak sudah menjadi pusat perdagangan lokal (yang juga sudah banyak pedagang-pedagang Cina datang), Para pedagang-pedagang VOC mengambil tempat di arah hilir sungai, di belakang area pedagang-pedagang Cina. Area pedagang-pedagang Cina berseberangan dengan kraton Pontianak. Tiga area inilah yang menjadi cikal bakal kota Pontianak yang sekarang.
Seperti di berbagai tempat, pedagang-pedagang VOC tidak pernah datang untuk (langsung) merebut area baru. Mereka datang untuk berdagang. Oleh karena itu penduduk pendatang pertama di Pontianak dan penduduk pendatang baru Cina adalah sumber potensi pedagang-pedagangVOC (partner perdagangan). Pedagang-pedagang VOC biasanya mengambil tempat pada area marjinal di sisi luar (jalur escape). Area marjinal ini, seperti rawa-rawa atau area banjir yang jarang ditempati oleh orang lain. Oleh karena marjinal, jika mereka harus menyewa maka harga sewa lahannya akan murah. Namuin demikian karena mereka membawa peralatan dan teknologi serta pengetahuan yang cukup, area marjinal itu dapat mereka vermak menjadi area yang sesuai dengan kebutuhan mereka, yakni dengan membuat kanal (drainase) untuk membangun fasilitas seperti bangunan permanen dan bahkan benteng. Kanal yang dibuat dirancang menjadi suatu barier (garis pertahanan yang juga dengan sendirinya menjadi jalan tol ait atau pelabuhan).
Kota Pontianak yang sekarang secara teknis di masa lalui, para pedagang VOC (Belanda) menginisiasi area di Pontianak menjadi suatu kawasan hunian mereka sendiri. Seperti disebutkan di atas, area hunian (untuk perdagangan) ini antara lain tempat Residen (kepala pedagang, Hooftkoopman), Onderkoopman, gudang komoditi, bedeng-bedeng para pekerja (orang pribumi dari wilayah lain) dan tentu saja barak-barak pasukan (militer). Area inilah yang kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi area Eropa (yang pada tahap lebih lanjut diintegrasikan dengan area Cina). Dua area inilah yang secara teknik menjadi permulaan kota Pontianak (yang sekarang).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar