Rabu, 18 November 2020

Sejarah Riau (3): Sejarah Sungai Siak di Pantai Timur Sumatra; Ekspedisi Thomas Dias ke Pedalaman di Pagaruyung (1684)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini

Tipologi pulau Sumatra mirip pulau Jawa. Sungai-sungai di Sumatra yang mengalir ke arah timur cenderung panjang seperti sungai Musi, sungai Batanghari, sungai Siak dan sungai Barumun. Sungai-sungai ini dapat dilayari jauh ke pedalaman. Orang Eropa sangat tertarik menyusuri sungai-sungai tersebut jauh ke pedalaman untuk mendapatkan sumber-sumber ekonomi dalam perdagangan. Itulah sebabnya mengapa pemerintah VOC pada tahun 1684 mengutus Thomas Dias ke pedalaman di Pagaroejoeng melalui sungai Siak.

Pada tahun 1666 pemerintah VOC mengubah kebijakannya dari perdagangan yang longgar di pantai (atau pulau-pulau luar) dengan kebijakan baru yang mana penduduk dijadikan sebagai subjek (berkolaborasi dengan para pemimpin lokal). Dengan begitu volume perdagangan VOC dimungkinkan meningkat lebih besar. Upaya pertama dilakukan adalah mengirim ekspedisi ke pedalaman. Di Jawa ekspedisi pertama dilakukan pada tahun 1687 di bawah pimpinan Sersan Scipio ke wilayah hulu sungai Tjiliwong. Ekspedisi hulu sungai Tjiliwong ini tiga tahun setelah ekspedisi Siak.

Lantas apa pentingnya ekspedisi Thomas Dias ini? Itulah ekspedisi pertama Eropa ke pedalaman Sumatra. Mengapa ekspedisi dilakukan ke Pagaroejoeng melalui sungai Siak padahal dapat dijangkau melalui jalan pendek dari pantai barat Sumatra? Itu awal sejarah Siak di pantai timur Sumatra. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sungai Siak dan Pagaroejoeng

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar